Rabu, 18 Maret 2015

Agama Dan Psikologi Transpersonal


 
Indonesia penuh dengan kepercayaan akan paranormal yaitu tokoh-tokoh yang dipercayai memiliki kemampuan luar biasa seperti mengetahui masa depan (prakognisi), membaca pikiran orang lain (telepati) dan menggerakkan benda-benda di luar tubuhnya melalui pikiran (telekinesis) bahkan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib berupa roh orang mati atau jin. Semua pengalaman ini bagi tradisi mistisisme justru dianggap sebagai pengalaman sampingan dalam perjalanan untuk mencapai pangalaman mistik sejati yang disebut dengan nama unio mystica di kalangan mistisisme kristen, makrifat dikalangan sufisme agama Islam, moksha di kalangan Yogi agama Hindu, sunyata di kalangan Bodhisatwa agama Budha.
Tentu saja semua kepercayaan itu dianggap tahayul non-ilmiah di kalangan ilmuwan modern. Namun, pada akhir abad keduapuluh muncul sebuah mazhab psikologi yang disebut psikologi transpersonal yang mencoba mengawinkan psikologi modern yang mempelajari orang-orang normal dengan psikologi tradisional yang juga mepelajari pengalaman paranormal orang-orang yang mencari kesatuan dengan Realitas yang Mutlak seperti para kabalis Yahudi, mistikus Kristen, sufi Islam dan yogi Hindu. Psikologi transpersonal ini muncul sebagai kelanjutan dari gerakan potensi manusia seutuhnya di tahun 70-an.


Gerakan ini bermula dengan pengalaman-pengalaman luar biasa para hippies pencetus revolusi kebudayaan Amerika di tahun 60-an. Para hippies yang menolak kemapanan itu melakukan proses kembali ke alam meninggalkan kehidupan modern dan mengikuti kehidupan primitif suku Indian yang para dukunnya gemar mencari kebenaran dengan menghisap jamur-jamur halusinogen yang membuat halusinasi yang dianggap sebagai kebenaran
Terakhir, mazhab transpersonal merupakan aliran psikologi yang kecewa terhadap ketidakpekaan pakar psikologi terdahulu dalam menangkap peran spiritual dalam diri individu. Kehilangan sensibilitas pada peran itu, mengakibatkan ketidakmampuan referensi psikologi tiga mazhab sebelumnya untuk mengungkap fenomena kesehatan mental secara tuntas. Peran agama dan keberagamaan individu, menurut mazhab transpersonal adalah mutlak dan berintegritas dengan individu yang sehat.
Psikologi Transpersonal sebagai sintesa dari Psikologi Timur tradisional dan psikologi Barat Modern. Jika dalam psikologi modern jiwa dianggap sebagai fungsi dari proses otak yang material, Psikologi tradisional menganggap yang material adalah komponen terrendah dari jenjang yang tangga tertingginya adalah roh sebagai substansi yang imaterial. Jenjang kesadaran ini sejajar dengan jenjang realitas di mana dunia material adalah anak tangga terbawahnya dan Tuhan sebagai Realitas tertinggi. Hidup manusia adalah proses kembali ke Realitas tertinggi.



II. Pengertian Psikologi transpersonal
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok dari psikologi transpersonal, yakni studi mengenai pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta, dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal. Psikologi transpersonal bukanlah agama, bukan ideologi, bukan juga metafisika dan bahkan bukan New Age (seperti praktik aura, crsytal, aromatherapy, kajian UFO, dll) meskipun ada sedikit irisan dengannya.
III. Cabang-cabang Psikologi transpersonal
Tapi definisi ini tidak mengakomodasi kepentingan orang-orang yang berhubungan dan mengklaim diri sebagai pengikut mazhab transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus membagi mazhab transpersonal ini juga dalam empat cabang.
A. Kelompok Mistis magis
Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi.
B. Kelompok psiko-fisiologis
Kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya sebagai Holotrophic Breathwork.
C. kelompok transpersonalis postmodern
Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa. Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik. Mereka justru mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.
D. Kelompok integral.
Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral. Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang tokohnya adalah Ken Wilber, yang nanti akan dibahas pada bab khusus. Kelompok pertama, kedua dan ketiga merupakan kelompok yang berada–bahkan bersebarangan–dengan agama formal. Helena Blavastky, yang berada pada kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.
IV.Psikoterapi dalam dengan instrumen Psikologi
Psikoterapi mempunyai pengertian terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mental dan emosi, yang dilakukan dengan instrumen psikologi. Tentu saja terapi yang diberikan mempunyai banyak variasi, dengan menginduk kepada teori psikologi tertentu. Ambil contoh untuk psikoterapi analitis, sejenis terapi yang diberikan yang merujuk kepada teori psikoanalisa. Dalam pandangan psikoanalisa, gangguan kepribadian atau mental terjadi karena setiap orang memiliki semacam mekanisme pertahanan diri. Salah satu mekanisme tersebut ialah represi, yakni membawa ke pikiran bawah sadar (unconsciousness) berbagai pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis. Inilah yang menyebabkan gangguan kepribadian. Seorang ahli psikoterapi, jika merujuk teori ini, akan berusaha mengangkat kembali ke alam sadar, trauma dan pengalaman yang direpresi ke bawah sadar. Terapi seperti ini dinamakan asosiasi bebas. Si pasien di buat relaks, terkadang dihipnotis, dan dibiarkan bicara segala hal yang ada di pikirannya. Dari ucapan-ucapannya tersebut, seorang terapis akan menentukan motif-motif bawah sadarnya
A. Psikoterapis behavioral
Sedangkan psikoterapis behavioral, di mana gangguan mental disebabkan kegagalan dalam merespon stimulus dari lingkungan sekitarnya. Terapi yang diberikan adalah dengan memberikan pengondisian ulang respon-respon pasien terhadap suatu stimulus, agar menjadi lebih efektif dan rasional. Ini dilakukan dengan memberikan penghargaan atas suatu respon tertentu, dan memberikan hukuman atas respon lainnya, sehingga si pasien diarahkan pada kondisi respon yang tepat
B. Psikoterapi dari aliran humanistik
Terapi yang lebih positif, yang berorientasi kepada klien (pasien) diberikan oleh psikoterapi dari aliran humanistik. Seorang terapis adalah orang yang membantu pasien agar lebih mengenali, memahami dan mengerti keadaannya sendiri. Klien dibiarkan mencari dan menggali problemnya, sedangkan fungsi seorang terapis hanya berupaya menciptakan suasana yang mendukung pasien dalam menjalankan penggalian masalahnya sendiri. Selain itu, ada juga psikoterapi gestalt, psikoterapi grup, psikoterapi realitas dll, yang dikembangkan para psikolog belakangan.
C. Psikoterapi  Transpersonal
Tentu saja pertanyaannya kemudian, psikoterapi apa yang disodorkan oleh para tokoh psikologi transpersonal dalam menerapi para pasien gangguan psikis. Landasan psikoterapi transpersonal adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan semesta. Dalam tataran praktisnya, proses gangguan mental, lebih diakibatkan faktor internal dalam dirinya yang tidak bisa menempatkan diri dalam bagian keseluruhan tersebut. Dalam beberapa metode, jenis terapi yang diberikan ada beberapa kesamaan dengan psikoterapi humanistik.
Konsep bahwa manusia menerapkan bagian yang tak terpisahkan dari semesta secara keselutuhan, sangat kuat dalam pandangan mistik Timur. Dalam agama hindu, kita mengenal konsep Hiranyagarbha, sebagai pikiran universal yang menjadi basis penciptaan dunia. Sehingga dengan mencoba menghubungkan dan menjernihkan pikiran kita dalam pikiran Brahman, dengan sendirinya potensi spiritual kita akan tergali.
V. Perbedaan Psikoterapi dalam Psikologi modren  dan
Psikoterapi psikologi transpersonal
Dengan kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback. Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini. Jenis terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi, ialah meditasi. Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran di luar kondisi normal (altered states of consciousness).
Ada juga terapi medan energi, seperti chikung, chkara, aura, yang merupakan badan energi atau benda mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang. Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum dipakai oleh para ahli psikologi transpersonal. Tapi ada kecenderungan belakangan ini, terapi yang dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi dengan terapi menggunakan musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian (aromaterapi) dan visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental, seperti zikir, bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll.

VI. Tokoh-tokohnya Psikologi Transpersonal
1. Pelopor Sigmund Freud dipandang sebagai pelopor ke arah psikologi
Transpersonal Hampir semua tokoh-tokoh dari psikologi aliran ini, berusaha sedapat mungkin memberikan arti bernuansa spiritual terhadap kata psikologi. Mereka seringkali merujuk kepada akar katanya, yakni psyche. Jika definisi modern mengarah kepada proses mental, maka definisi awal psyche sebenarnya adalah napas kehidupan, ekuivalen dengan makna soul, atau jiwa.
Sigmund Freud dipandang sebagai pelopor ke arah psikologi transpersonal atas jasanya memetakan ketidaksadaran sebagai komponen penting kepribadian manusia. Tiga puluh tahun sebelum Freud menyusun teorinya, tepatnya di tahun 1869, von Hartmann menerbitkan buku Philosophy of The Unconscious.
Dalam buku tersebut ia menjelaskan filsafat Schopenhauer, di mana Schopenhauer sendiri secara eksplisit mengambil konsep tersebut dalam khazanah mistik Timur : Buddha dan Upanishad. Dijelaskannya bahwa di bawah kesadaran individu terletak kesadaran kosmis, yang dalam sebagian besar orang masih dalam bentuk ketidaksadaran, yang bisa dibangkitkan. Dengan membuat ketidaksadaran ini menjadi sadar, seseorang tersebut akan menjadi sosok hebat. Sedangkan Freud sendiri mengambil konsep Id dari buku George Groddeck, The Book of the It, yang mengambil konsep eksistensi Tao Kosmos atau Ruh (spirit) Universal.
Apa yang dirintis Freud saat itu, setidaknya membuka jalan bagi suatu pandangan bahwa apa yang nampak dalam perilaku manusia, sebenarnya hanyalah bagian kecil dari kepribadian. Manusia tetaplah memiliki aspek yang tersembunyi dalam dirinya, yang justru sebagian besar perilaku yang nampak hanyalah manifestasi dari apa yang tidak nampak, yang disebut sebagai ketidaksadaran. Meskipun Freud menempatkan hal-hal yang negatif bagi konstruksi ketidaksadaran, tapi ia berhasil membuka jalan bagi penerusnya—dalam hal ini Jung—untuk menempatkan aspek spiritual terhadap ketidaksadaran manusia.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi besar bagi pembentukan angkatan psikologi yang keempat : psikologi transpersonal.
2. Atkinson, Rita. L., et all, Introduction to Psychology, 11th ed, Harcourt Brace & Company
3. Wilber, Ken, Integral Psychology, Shambala, Boston & London, 2000
4. Hall, Calvin S. dkk, Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Kanisius, Cetakan kelima, 1995
5. Hall, Calvin S. dkk, Teori-teori Sifat dan Behavioristik, Kanisius, Cetakan kedua, 1995
6. Maslow, Abraham, Psikologi Sains, Teraju, Oktober 2004
7. Tart, Charles T. et. all, Transpersonal Psychologies, Harper & Row Publisher. 1975
8. Keyna, Ruth, Introduction to Indian Philosophy, TATA McGRAW HILL PUBLISHING CO. LTD, 1970
9. Wilber, Ken, The Atman Project, The Theosophical Publishing House, 1980
10. Keraf, Sony, Pragmatisme Menurut William James, Kanisius
VII.,Konsep siklus kehidupan
Sebenarnya banyak jenis sintesa teoritis yang diajukan oleh psikolog-psikolog transpersonal, akan tetapi disini  hanya akan mengajukan tiga macam sintesa yang merupakan representasi pemikiran dunia Barat pada umumnya: yang modernis, yang posmodernis dan yang integralis. Psikologi transpersonal yang modernis diwakili oleh Psikoanalisis Transpersonal oleh Michael Washburn. Yang posmodernis diwakili oleh Spriritualitas Partisipatif yang diajukan oleh Jorge Ferrer. Sedangkan yang integralis, yaitu yang memadukan sintesa modernis dengan sintesa posmodernis diajukan oleh Ken Wilber dalam Psikologi Integral.
Ken Wilber sendiri, sebenarnya di tahun 1980, telah mensitesakan psikologi perkembangan Barat modern dengan psikologi mistik Timur dalam suatu konsep yang disebutnya Spektrum Kesadaran. Wawasan spektrum kesadaran itu kemudian disempurnakannya dalam suatu konsep yang disebutnya Proyek Atman. Konon, menurut Ken Wilber muda, atman alias roh manusia terpisah dari Brahman alias Realitas Mutlak. Karena terpisah itu sang atman menginginkan kembali menyatu dengan Brahman. Keinginan ini disebut sebagai proyek Atman.
Proyek Atman inilah yang menurut Wilber sebagai pendorong jiwa manusia untuk berkembang tahap demi tahap: tahap prapersonal, tahap personal dan tahap transpersonal. Tahap prapersonal ke tahap personal disebutnya jalur luar yang diteliti oleh psikologi perkembangan Barat modern. Sedangkan tahap personal ke tahap transpersonal disebutnya sebagai jalur dalam. Kedua jalur itu sinambung, menjadi suatu lingkaran dari Brahman ke Ego kembali ke Brahman. Lingkaran perkembangan dan pengembangan inilah yang disebutnya sebagai siklus kehidupan.
Nah, konsep siklus kehidupan inilah yang juga digunakan okeh Michael Washburn dan John Ferrer. Hanya saja Washburn mengganti Brahman dengan istilah yang lebih netral: The Dynamic Ground. Sedangkan Ferrer menggunakan istilah yang lebih misterius: The Mystery. Dynamic Ground nya Washburn itu tak lain dari Collective Unconscious nya Jung yang diperluas. Mystery nya Ferrer, sepertinya, adalah Tao yang tak ternamakan nya Lozi dalam nama lain. Soalnya Mystery nya Ferrer melahirkan energi gelap dan energi kesadaran yang mirip Yin dan Yang dalam Taoisme.
Dinamika yang menggerakkan sikus kehidupan Wasburn dan Ferrer itu berbeda dari Atman Project nya Wilber. Washburn mengatakan bahwa transisi fase prapersonal ke fase personal melalui fase represi primal terhadap energi insting alias Libido nya Freud. Sedangkan dalam teori Ferrer transisi yang sama terjadi melalui inhibisi dimensi-dimensi energi gelap berupa naluri, seks dan sebagian emosi. Sementara itu transisi fase personal ke transpersonal menurut Washburn yang modernis adalah melalui meditasi individual. Sedangkan menurut Ferrer yang posmodernis adalah melalui kegiatan keagamaan yang kolektif dengan dialog terbuka pluralistik.
Wilber sendiri pemikiranya telah berkembang. Dia pun tak mau lagi menggunakan istilah transpersonal. Dia sekarang mengembangkan psikologi integral yang katanya pos-posmo. Sebagai pos-posmodernis dia mensintesakan psikologi tradisional yang pramodern dengan psikologi modern yang ilmiah dan dengan interpretasi pluralis posmodern dalam suatu model yang disebutnya AQAL singkatan dari All-Quadrant All-Level. Konsep kembali ke Brahman dalam teori spektrum kesadarannya telah ditinggalkannya.
Lingkaran Siklus kehidupannya telah dibukanya menjadi suatu jalur spiral dalam kwadran subyektivitas. Kuadran ini adalah kuadran kiri atas. Kuadran kiri bawah adalah intersubyektivitas kultural yang digandrungi kaum posmodernis. Kuadran kanan atas adalah obyektivitas fisikal yang yang dianggap sebagai satu-satunya realitas oleh saintis modernis. Akhirnya, kuadran kanan bawah adalah interobyektivitas yang meliputi sistem obyek-obyek yang berinteraksi yang dipelajari sains posmodern tentang Chaos dan kompleksitas.
Tahap-tahap dalam teori spektrum kesadarannya kini menjadi lingkaran-lingkaran konsentris yang disebutnya sebagai holon-holon. Holon-holon itu membentuk sebuah hirarki holon atau holarki yang dilukiskan sebagai lingkaran-lingkaran konsentris. Holarki itulah struktur kosmos, yang berbeda dari Tao yang hanya memiliki dua komponen, memiliki empat muka yang direpresentasikan oleh empat kuadran yang dibentuk oleh silang sumbu yang saling tegak lurus satu sama lainnya: Sumbu individu-sosial yang vertikal dan sumbu interior-eksterior yang horisontal.
VIII. PERBANDINGAN TRANSPERSONAL DENGAN YAN LAIN

Psikologi secara sederhana sekali bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Sekali lagi, perilaku manusia. Ada resiko yang tidak kecil dalam definisi ini. Apakah perilaku itu? Untuk menjawabnya, kita tidak bisa memberi jawaban tunggal. Definisi perilaku sangat tergantung pada kacamata atau sudut pandang yang kita gunakan.
Kita bisa mengerucutkan berbagai definisi perilaku pada aliran-aliran psikologi yang berkembang sejak Wilhelm Wundt mendirikan Laboratorium psikologi pertama di Universitas Leipzig pada bulan Desember 1879. Tabel berikut akan memberi gambaran tentang orientasi pemikiran dalam aliran-aliran psikologi. Orientasi pemikiran dalam aliran-aliran psikologi
A. Strukturalisme orientasinya Struktur kesadaran
B. Fungsionalisme orientasinya Fungsi/cara bekerja kesadaran
C. Behaviorisme orientasinya Pola stimulus-repons
D. Psikoanalisis orientasinya Dunia ketidaksadaran
E. Psikologi Gestalt orientasinya Persepsi menyeluruh terhadap objek
F.Psikologi humanistic orientasinya Kesadaran dalam totalitasnya
G.Psikologi kognitif orientasinya Korelasi kesadaran dan fungsi kognitif
H.Psikologi transpersonal orientasinya Struktur dan pergerakan jiwa dari kesadaran sampai pada diri terdalam
Nah setelah kita mengerti bagaimana aliran-aliran itu berbicara tentang perilaku, bisa kita menggarisi sedikit perbedaan yang ada pada mereka, sehingga dapat kita perhatikan bagaimana ketidakpuasan para tokoh pendiri aliran transpersonal pada aliran psikologi yang ada, dan yang notabenenya tidak mampu menjelaskan tentang hal baru yang mereka temukan belum lama ini.
Pendirian psikologi transpersonal seringkali dilekatkan dengan nama Anthony Sutich dan Abraham Maslow yang juga menjadi pendiri Mazhab Ketiga dalam psikologi yang disebut Psikologi Humanistik. Memang mereka berdualah yang berjasa dalam pendirian aliran baru ini. Upaya yang timbul dari ketidakpuasan pada teori yang tidak mampu menjelaskan hal-hal baru yang mereka temukan. Sebut saja ketika Maslow mulai meneliti aspek-aspek kehidupan religius, dan saat itu pemikiran ilmiah Amerika sedang didominasi oleh behaviorisme yang kurang simpati dengan eksplorasi dimensi batiniah. Menghadapi situasi ini, Maslow tidak terburu-buru memperkenalkan pengalaman mistis. Langkah pertama yang ditempuhnya adalah memperkenalkan istilah pengalaman-pengalaman puncak (Ing: peak experiences).

AGAMA SEBAGAI OBJEK ILMU JIWA

PEMBAHASAN

    AGAMA SEBAGAI OBJEK ILMU JIWA
    Objek Kajian Psikologi Agama
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan (emotion) dan kehendak (konasi). Gejala tersebut secara umum  memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia.Namun terkadang ada diantara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran.Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelemahan maupun sugesti.
Psikologi berasal dari kata Yunani  psyche yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan.Jadi secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama karena ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu, sedangkan ilmu psikologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah. Secara umum, psikologi memiliki arti ilmu tentang jiwa.Namun karena jiwa itu abstrak dan tidak bisa dikaji secara empiris, maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah laku manusia.Oleh karena itu karena yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah laku, maka terjadilah beberapa pemahaman yang berbeda mengenai definisi tingkah laku itu sendiri.Ada yang memahami psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab (Jalaludin dalam Bambang, 2008: 11).Sementara Robert H Touless mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tingkah laku dan pengalaman manusia.
Secara umum psikologi adalah sebuah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dan gejala kejiwaan. Dalam bahasa Arab, psikologi sering disebut dengan ilmun-nafs atau ilmu jiwa.Sedangkan kata nafs dalam bahasa Arab mengandung arti jiwa, ruh, darah, jasad, orang dan diri (Hamdani Bakran, 2007: 25).
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Perbedaan pengertian agama, menurut J.H Leuba (dalam Bambang, 2008:12), bersumber dari perbedaan pendapat penulis bagaimana mereka menggunakan istilah tersebut dalam penelitiannya.Memang agama sebagai bentuk keyakinan cukup sulit untuk diukur secara tepat.Hal inilah membuat para ahli kesulitan mendefiniskan agama.

Harun Nasution merumuskan empat hal yang terdapat dalam agama antara lain :
1.    Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia.
2.    Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan buruk manusia.
3.    Respon penyembahan manusia terhadap kekuatan gaib.
4.   Paham akan adanya sesuatu yang suci, bisa berupa kekuatan gaib, ajarannya dalam bentuk kitab atau tempat-tempat tertentu.
Dalam faktanya, agama menunjukkan berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan dan tidak boleh diabaikan.

Namun demikian, pada hakikatnya apapun bentuk dan definisi agama yang diberikan para ahli tersebut, jika tidak mewakili dari apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dilaksanakannya berdasarkan norma-norma yang berlaku, maka dengan sendirinya agama akan kehilangan maknanya. Sebagaimana menurut Frankl yang dikutip oleh E. Koswara, bahwa yang paling dicari dan diinginkan oleh manusia dalam hidupnya adalah makna, yakni makna dari segala yang dilaksanakan atau dijalaninya, termasuk dan yang terutama makna hidupnya itu sendiri. Dengan demikian keinginan kepada makna (the will to meaning) adalah penggerak utama dari kepribadian manusia dalam melakukan aktivitas prilaku hidupnya, yang dalam hal ini termasuk perilaku ritual keagamaan, yang merupakan psikoterapi terhadap psiko-patalogis manusia dari kehampaan eksistensinya sebagai manusia.
Roger M. Keesing dalam bukunya Antropologi Budaya menguraikan tiga fungsi agama, yaitu agama memberikan keterangan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang eksistensial, agama memberikan pengesahan untuk menerima adanya kekuatan di dalam alam semesta yang mengendalikan dan menopang tata susila serta tata sosial masyarakat, serta agama menambah kemampuan manusia untuk menghadapi kelemahan hidupnya dan memberikan dukungan psikologis bagi dirinya.
Dengan demikian agama bagi manusia merupakan kekuatan yang dapat mengantarkan manusia itu sendiri, supaya ia dapat mencapai kesempurnaan dan dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang realitas kematian, penderitaan, tragedi serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan makna hidupnya.
Kaitannya dengan rasa agama, Zakiah Darajat, dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Mental mengemukakan, bahwa rasa agama itu adalah sangat bersifat subyektif, intern dan individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dengan orang lain
    Psikologi agama merupakan satu bagian kajian psikologi secara menyeluruh, yang membahas masalah-masalah kejiwaan yang berkaitan dengan keyakinan seseorang.Agama yang sering dijadikan alternatif pemecahan masalah bagi kehidupan, menjadi sangat penting bagi manusia.Sebab dengan agama manusia dapat menyelesaikan gejolak hatinya yang berkaitan dengan jiwa dan kehidupan praktis mereka.Kekayaan, jabatan, kekuasaan dan segala bentuk kenikmatan duniawi, tidak menjadi jaminan bagi manusia untuk dapat menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
Apabila seseorang tergolong pada manusia yang baik, maka penyelesaiannya adalah dengan agama.Tetapi jika sebaliknya, maka pelariannya adalah pada hal-hal yang bersifat negatif.Untuk itu agama bagi kebanyakan orang adalah alternatif yang layak untuk dijadikan sebagai pandangan hidup (way of life).Dengan demikian agama sangat berkaitan dengan jiwa seseorang. Untuk itu kajian psikologi yang mempelajari gejala tingkah laku seseorang akan mempelajari pula tentang gejala keberagamaannya. Karena beragama tidak dapat dipisahkan dari hati atau keadaan jiwa seseorang, maka antara agama dan jiwanya merupakan dua hal yang berbeda dalam satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

    KETELADANAN MALAIKAT
Malaikat adalah makluk mulia mereka sangat dipercaya oleh tuhan untuk menjalankan perintahnya semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan pada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsipnya tunggal yaitu hanya berpegang pada Allah SWT memiliki kesetiaan yang tiada tara dan bekerja tanpa kenal lelah. Tidak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah hingga tuntas, dengan hasil yang sangat memuaskan, dan mereka sangat berdisiplin dalam menjalankan tugas.
Semua sistem yang berada dibawah tanggungjawabnya berjalan dengan sangat sempurna tanpa cacat sedikitpun. Inilah  contoh ontegritas yang sesungguhnya, suatu intergritas total yang telah menghasilkan suatu kepercayaan yang maha tinggi. Kepercayaan yang diberikan langsung oleh tuhan dan malaikat dengan sungguh-sungguh mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya sehingga menjadi suatu kepercayaan yang abadi.Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum adalah, kepercayaan yang dimiliki, loyalitas, dan integritas yang sangat mengagumkan.
Loyalitas adalah kesetiaan pada prinsip yang dianut.Integritas adalah bersifat jujur, konsisten, komitment, berani, dan dapat dipercaya.Integritas muncul dari kesadaran diri terdalam, yang bersumber dari suara hati.Integritas tidak menipu dan tidak berbohong.
Jadi, malaikat merupakan sebuah cermin keteladanan bagi manusia dalam segi integritas, loyalitas, memberi dan komitmen. Yang jika dipahami, diresapi dan dihayati adalah merupakan sebuah perenungan psikologis bagi pembagunan jiwa umat manusia.

    Sifat-Sifat Yang Ada Pada Rosul
1.    Shiddiq
Shiddiq artinya benar.Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
2.    Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi.Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
3.    Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan.Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi.Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
4.    Fathonah
Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun.Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.

AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN
Seseorang sosiologi agama bernama elizabeth K. Nottingham berpendapat bahwa agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi, melainkan melalui deskripsi( penggambaran). Tak ada satu pun definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan, tulis Elizabeth.
Menurut gambaran Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering “terdapat dimana-mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengkur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri, meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari didunia (Elizabeth K.Nottingham, 1985:3-4).

A. Agama Dalam Kehidupan Individu
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakanseseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya.
Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan pemerintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang gaib (supranaturaal).
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat maupun berdoa. Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama.

B. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu:
    1. Masyarakat Homogen
    2. Masyarakat Majemuk
    3. Masyarakat Heterogen.

C. Agama dan Pembangunan
Prof.Dr.Mukti Ali Mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan adalah:
1. Sebagai Ethos Pembangunan
     Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan sesuatu tatanan nilai moral dalam sikap.
2. Sebagai Motivasi
   Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.

KESIMPULAN
Agama bagi sebagaian orang merupakan bentuk ungkapan moral yang paling tinggi, yang selalu menjadi kebutuhan ideal bagi manusia.Karena agama merupakan pandangan hidup yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari dirinya. Agama juga memberikan semesta simbolik bagi manusia untuk mengetahui makna dibalik kehidupannya, serta memberikan penjelasan secara komprehensif mengenai berbagai pertanyaan yang tak terjawab, karena agama merupakan
suatu kepercayaan dalam bentuk spiritual.Agama bagi manusia merupakan kekuatan yang dapat mengantarkan manusia itu sendiri, supaya ia dapat mencapai kesempurnaan dan dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang realitas kematian, penderitaan, tragedi serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan makna hidupnya.
Oleh karena itu eksistensi rasa agama bagi manusia pada hakikatnya adalah suatu pengalaman dari keyakinan yang difahaminya, sehingga agama dapat merefleksi pada diri pemeluknya yang berdimensi Ketuhanan, psikologis, dan sosiologis. Dimensi Ketuhanan tersebut merupakan sumber nilai kebenaran dan kebaikan, sedangkan dimensi psikologis adalah sisi lain dari keyakinan seseorang yang sangat individual, adapun dimensi sosiologis adalah bentuk pengalaman manusia dari suatu yang telah diyakininya guna membentuk sistem sosial lingkungan yang lebih bermoral.
Psikologi agama pada dasarnya, secara komprehensip membahas dan mengkaji tentang fenomena-fenomena keadaran dan pengalaman psikologis atau tentang rasa keagamaan manusia, yang bertujuan dan berfungsi sebagai penyadaran psikopatalogis manusia dewasa ini. Yakni bagaimana agama dalam hal ini, memiliki peran dan fungsi untuk merehabilitasi, mengantisipasi, dan mengentaskan permasalahan-permasalahan kejiwaan manusia yang diakibatkan oleh pengaruh perkembangan sosio-kultur yang harmonis dengan sebuah pendekatan psikologis.
Yaitu dengan membahas situasi dan kondisi tentang perubahan perkembangan penerimaan dan pengalaman agama pada setiap priode tertentu, yaitu pada masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa lansia (usia lanjut). Karena pada masa-masa tersebut perkembangan keagamaan masing-masing individu berbeda-beda, baik dari aspek kwantitas maupun dari aspek kualitas keberagamannya.

DAFTAR PUSTAKA

    Agustian, Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (ESQ): Berdasarkan Rukun Iman Dan Rukun Islam. 2001, Jakarta: Agra.
    Daradjat, Zakiah, Prof. Dr. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
    Jalaludin, Prof.Dr.H.2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Silabus Metode Pembelajaran




Silabus Perkuliahan

Perte
muan
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pokok
Metode
Sumber
1
Mengetahui pengertian, kedudukan, fungsi metode pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan Islam
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode pembelajaran pendidikan agama Islam
2. Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan metode pengajaran agama dalam pendidikan Islam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi metode pengajaran agama.
Pengertian, kedudukan, dan fungsi metode pembelajaran pendidikan agama Islam
Ceramah
Terlampir
2
Mengetahui tujuan dan peran guru dalam metode pembelajaran pendidikan agama Islam
(andika Yulianto)
1.    Dapat mengetahui tujuan metode pembelajaran pendidikan agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar
2.    Dapat mengetahui peran guru mengaplikasikan metodologi pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan dan peran guru dalam metode pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
3
Mengetahui pengertian siswa, tipologi belajar siswa dan penerapan metodenya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Elya )
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian siswa berdasarkan al-Qur’an.
2.    Mahasiswa dapat mengetahui tipe belajar visual, ciri dan penerapan metodenya dalam pembelajaran.
3.    Mahasiswa dapat mengahui tipe belajar auditori, ciri dan penerapan metodenya dalam pembelajaran.
4.    Mahasiswa dapat mengetahui tipe kinestetik, ciri, dan penerapan metodenya dalam pembelajaran.
Pengertian siswa dan tipologi belajar siswa
Diskusi
Terlampir
4
Mengetahui ilmu jiwa belajar dalam metode pembelajaran PAI
(fitra)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui definisi ilmu jiwa belajar.
2.    Mahasiswa dapat mengetahui aspek-aspek perkembangan dalam penentuan metode.
3.    Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu jiwa dalam penerapan metode pengajaran agama
Ilmu jiwa belajar dalam metodologi pengajaran
Diskusi
Terlampir
5
Memahami desain metode ceramah dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Firman )
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode ceramah.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode ceramah dalam al-Qur’an
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode ceramah.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode ceramah dalam pembelajaran.
Desain metode ceramah dalam pembelajaran agama Islam
Diskusi
Terlampir
6
Memahami desain metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
(Hana)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode diskusi.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode diskusi dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode diskusi.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode diskusi dalam pembelajaran.
Desain metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
7
Memahami desain metode tanya jawab dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Kedriyadi)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode tanya jawab.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode tanya jawab dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode tanya jawab.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode tanya jawab dalam pembelajaran.
Desain metode tanya jawab dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
8
Memahami desain metode bercerita dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Klyn)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode bercerita.
5.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode bercerita dalam al-Qur’an.
6.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode bercerita.
7.    Mahasiswa dapat membuat desain metode bercerita dalam pembelajaran.
Desain metode bercerita dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
9
Ujian Tengah Semester (UTS)
Ujian Tengah Semester (UTS)
10
Memahami desain metode eksperimen dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
( Mahdan Anshori)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode eksperimen.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode eksperimen dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode eksperimen.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode eksperimen dalam pembelajaran.
Desain metode eksperimen dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
11
Memahami desain metode drill dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Thohir)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode drill.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode drill dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode drill.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode drill dalam pembelajaran.
Desain metode drill dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
12
Memahami desain metode resitasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Ilyasa)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode resitasi.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode resitasi dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode resitasi.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode resitasi dalam pembelajaran.
Desain metode resitasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
13
Memahami desain metode demonstrasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
(Nia )
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode demonstrasi.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode demonstrasi dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode demonstrasi dalam pembelajaran.
Desain metode demonstrasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
Diskusi
Terlampir
14
Memahami disain metode inquiri dalam pembelajaran
( Nur Hamim)
1.    Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metode inquiri.
2.    Mahasiswa dapat menjelaskan dasar metode inquiry dalam al-Qur’an.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode inquiri.
4.    Mahasiswa dapat membuat desain metode inquiri dalam pembelajaran.
Desain metode inquiri dalam pembelajaran
Diskusi
Terlampir
15
Mahasiswa mempraktekkan penerapan matode ceramah dalam pembelajaran PAI
(Ramlan)
1.    Mahasiswa membuat desain metode ceramah
2.    Mahasiswa mempraktekkan metode ceramah dalam pembelajaran PAI
Desain dan Praktek Metode Ceramah
Demonstrasi
Terlampir
16
Mahasiswa mempraktekkan penerapan matode tanya jawab dalam pembelajaran PAI
(Siti Aisyah)
1.    Mahasiswa membuat desain metode ceramah
2.    Mahasiswa mempraktekkan metode ceramah dalam pembelajaran PAI
Desain dan Praktek Metode Tanya jawab
Demonstrasi
Terlampir
17
Evaluasi Mata Kuliah Metode Pembelajaran PAI 1
( Boby)
Evaluasi Mata Kuliah Metode Pembelajaran PAI 1
Evaluasi Mata Kuliah Metode Pembelajaran PAI 1
Diskusi
Terlampir
18
Ujian Akhir Semester (UAS)

Referensi

1.    Arifin, M. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
2.    al-Attas, Syed Muhammad al-Nuqaib. 1984. Konsep Pendidikan dalam Islam. terj. Haidar Bagir. Bandung: Mizan
3.    an-Nahlawi, Abdurrahman. 1996. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. terj. Hery Noer Aly. Bandung: Diponegoro
4.    Qutb, Muhammad. 1993. Sistem Pendidikan Islam. terj. Salman Harun. Bandung: al-Ma’arif
5.    Ramayulis. 1994. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
6.    Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
7.    Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis Tarbawi, Membangun Kerangka Pendidikan Ideal Perspektif Rasuullah. Jakarta: Kalam Mulia
8.    Abuddin Nata. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama
9.    Kadar M. Yusuf. 2011. Tafsir Tarbawi. Pekanbaru, Riau: Zanafa Publishing
10.  Abin Syamsuddin Makmun. 2007. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modal. Bandung: Remaja Rosdakarya
11.  Wina Wina Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
12.  Zakiah Daradjat. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
13.  Ahmad Tafsir. 2003. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
14.  Ahmad Tafsir. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
15. Nana Sudjana. 1986. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
16.  Zurinal Z dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press
17.  Darwyan Syah, et. al. 2006. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Faza Media
18.  Munzier Suparta & Hery Noer Aly. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Amissco
19.  Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis Tarbawi, Membangun Kerangka  Pendidikan Ideal Perspektif Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.
20.  Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta