Sistem Pelaksanaan Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah
A. Masa Pembinaan Pendidikan Islam
Masa pembinaan pendidikan Islam yang
dimaksud adalah masa di mana proses penurunan ajaran Islam kepada Muhammad SAW
dan proses pembudayaanya berlangsung. Yang dimaksudkan Proses pembudayaan di
sini adalah masuknya Islam ke dalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan
menjadi unsure yang menyatu dalam kebudayaan manusia. Masa tersebut berlangsung
sejak Muhammad SAW menerima wahyu dan menerima pengangkatanya sebagai Rosul,
sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat
Islam, sepeniggal Muhammad SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23
tahun, sejak beliau menerima wahyu pertama kali, yaitu 17 Ramadlon 13 tahun sebelum
hijrah (bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M) sampai dengan wafat beliau
pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 11 Hijrah ( bertepatan dengan tanggal 8 Juni 832
M).
Datangnya ajaran Islam yang dibawa oleh para Rosul
yang telah diutus oleh Allah adalah untuk meluruskan dan memacu perkembangan
budaya umat manusia. Demikian pula halnya dengan ajaran Islam yang dibawa oleh
Muhmmad SAW, yang dalam bentuknya yang terakhir, berfungsi untuk meluruskan
perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zamannya dan menata kembali
unsur – unsur budaya yang telah ada di kalangan bangsanya dan meletakkan
unsure– unsur baru yang akan menjadi dasar bagi perkembangan budaya berikutnya.
Tugas ini bukan hanya tertuju pada bangsanya sendiri tetapi mengarah pada
pengembangan budaya seluruh umat manusia. Namun demikian, beliau memulai dan
berhadapan langsung dengan warisan budaya bangsanya (bangsa Arab) karena
disanalah ia lahir meskipun beliau diutus oleh Allah untuk seluruh Alam.
Bangsa Arab adalah keturunan Nabi Ibrahim dari anaknya
Ismail, oleh karena itu pada hakikatnya kebudayaan bangsa Arab adalah budaya
warisan dari Nabi Ibrahim yang tentunya terdapat unsur – unsur ajaran Islam
yang telah dibudayakan oleh Ibrahim dan Ismail kedalamnya. Tetapi karena sudah
berjalan dalam waktu yang cukup panjang maka unsur – unsur Islam tersebut tidak
lagi tampak dalam bentuk yang jelas, bahkan ada yang berubah sama sekali.
Intisari ajaran Ibrahim dengan ka’bah sebagai pusatnya
adalah ajaran Tauhid dan Muhammad melalui tugasnya dengan membersihkan tauhid
ini dari syirik dan penyembahan terhadap berhala, sehingga mutiara tauhid yang
telah pudar pada masa itu menjadi cemerlang lagi dan menyinari seluruh warisan
yang ada.
Intisari ajaran tauhid yang di bawa oleh Nabi
AMuhammad dan yang digunakan olehnya untuk mengadakan opersi pembedahan
terhadap warisan Ibrahim yang telah banyak menyimpang dari aslinya tersebut
tidak lain adalah apa yang terlukiskan dakan Surat Al – Fatihah yang merupakan intisari
dari seluruh wahyu Allah yang diwahyukan kepada Muhammad. Beliau menggunakan
Surat Al Fatihah tersebut sebagai alat dan sekaligus criteria / pedoman dalam
melaksanakan operasi pembedahan terhadap warisan Ibrahim. Kemudian dalam
praktek pelaksanaanya belaiu selalu menerima petunjuk dan intruksi dari Allah melalui
wahyu – wahyu yang diturunkan kemudian.
Dengan demikian pendidikan Islam pada pembinaan ini
dilaksanakan oleh Rosul berdasarkan petunjuk san bimbingang langsung dari
Allah. Pelaksanaan pembinaan pendidikan Islam pada zaman Nabi tersebut dapat
dibedakan menjadi dua tahap yaitu fase Makkah sebagai fase awal pembinaan
pendidikan Islam dan fase Madinah sebagai fase lanjutan (penyempurnaan)
pembinaan pendidikan Islam.[1]
1.
Pelaksanaan Pendidikan Islam
Periode Makkah.
Pendidikan dan pengajaran yang
diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan
kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran
pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa
Makkah meliputi:
a. Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata
jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
b. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah
dan kejadian alam semesta.
c. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad
SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran
tauhid.
d. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan
tempat kediaman.[2]
Adapun tahapan pendidikan Islam Fase Makkah ini dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Pendidikan Islam Secara
Rahasia Dan Perorangan
Yaitu ketika
awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara
sembunyi – sembunyi, dimulai dari diri beliau sendiri dan keluarga dekatnya.
Tahap ini berlangsung selama 3 tahun.
2. Tahap pendidikan Islam secara
terang – terangan
Tahap ini
dilaksanakan ketika turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara
terang – terangan. Ketika wahyu itu turun belaiu mengundang keluarga dekatnya
untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati – hati terhadap azab
yang keras dikemudian hari bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhannya
dan Muhammad sebagai utusan_Nya.
3. Tahap pendidikan Islam untuk umum.
Tahap ini di
dasarkan pada perintah Allah surat Al Hijr ayat 94 – 95, yang artinya : “
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami
memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu),”
2. Pelaksanaan
Pendidikan Islam Periode Mandinah
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah
islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu
kesatuan sosial dan politik.
Masalah pertama yang di hadapi Nabi Muhammad SAW dan
kaum Muhajirin adalah tempat tinggal. Untuk sementara para kaum Muhajirin bisa
menginap dirumah-rumah kaum anshor. Tepi beliau sendiri memerlukan suatu tempat
khusus ditengah-tengah
ummatnya sebagai pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambang persatuan dan
kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang
kehidupan yang berbeda.
Oleh karena
itu Nabi memerintahkan untuk membangun masjid. Masjid itu telah menjadi pusat
pendidikan dan pengajaran.
Tugas
selanjutnya yang dihadapi Nabi adalah membina dan mengembangkan persatuan dan
kesatuan masyaraka islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu
kesatuan social
dan kesatuan politik.
Setelah
selesai Nabi Muhammad SAW mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi
bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk
Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan
kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada serangan
musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum
Muslimin, disamping itu kaum Yahudi bebas memeluk agamanya dan bebas beribadah
menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
b. Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di
sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c. Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris
ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda
muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru
alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan
dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:
· Pada surat
At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota
keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
· Pada surat
An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam
keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
· Pada surat
Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan
kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah
SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.[3]
Adapun garis-garis besar materi
pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan Tauhid
2. Pendidikan Shalat
3. Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
4. Pendidikan adab dan sopan santun
dalam keluarga
6. Pendidikan kesehatan
7. Pendidikan akhlak.[4]
B. Kurikulum
Pendidikan Islam Pada Masa Rosulullah
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman
Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas
tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang
mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana
saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi,
sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan
materi-materi pendidikan islam.Dapat dibedakan menjadi dua periode:
1. Makkah
·
Materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat
Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan
sunnah dan hadits.
·
Materi yang
diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada
keimanan, ibadah dan akhlak.
2. Madinah
·
Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama
membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
·
Materi
pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah,
kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
·
Metode yang
dikembangkan oleh Nabi adalah:
a. Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan
penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan
ilmiah.
b. Materi ibadah : disampaikan dengan metode demonstrasi
dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode
peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan
dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[5]
[1] . Dra.Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008, hal 14 – 18
[2] . Mahmud Yunus, op.cit., hal 5 - 6
[3] . Dra.Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
cet.9,2008 hal 55
[5] . Dr.Armai Arief, MA, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 135-136