I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu
system politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari
system tersebut dan bagaimana melaksanakan tujuannya. Negara adalah
suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
2. Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu
tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya
dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh
tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi
sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku
individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
II. PEMBAHASAN
Makalah Ilmu Politik Dan Psikologi Sosial
A. Pengertian
1. Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti
kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang
berarti warganegara,politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan
negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang
berarti kewarganegaraan.
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang
ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa
hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang
atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles
melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari
manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam
masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika
ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu
dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui
interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam
suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan
membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu
aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai
kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),
kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
- Pengertian Politik menurut para ahli:
a. ROD HAGUE
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok
mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat
melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara
anggota-anggotanya
b. ANDREW HEYWOOD
Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan
kerjasama
c. CARL SCHMIDT
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
d. LITRE
Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur Negara
e. ROBERT
Definisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia
f. IBNU AQIL
Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi
manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh
Rosulullah S.A.W
2. Psikologi Sosial
Akar psikologi sosial di letakkan di akhir 1800an, ketika psikologi
sebagai suatu disiplin yang berkembang di Eropa. Ketika Perang Dunia
Pertama banyak psikolog melaju ke Amerika Serikat, psikologi sosial
mulai muncul sebagai suatu disiplin yang berbeda di tahun 1920. Salah
satu pengaruh utama di lapangan adalah Kurt Lewin, yang disebut “bapak”
psikologi sosial oleh beberapa orang; lain psikolog sosial terkenal
termasuk Zimbardo, Asch, Milgram, Festinger, Ross, dan Mischel.
- Pengertian Psikologi Sosial menurut Para Ahli
a. Hubert Bonner
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
b. A.M . chorus
Psikologi Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
c. Michener & Delamater : 1999
Psikologi Sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari prilaku sosial manusia.
d. Gordon Allport : 1985
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan
menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara nyata/aktual, dalam
bayangan/imajinasi dan dalam kehadiran yang tidak langsung (implied).
e. Shaw & Costanzo : 1970
Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
B. Perkembangan Ilmu Politik dan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
1. Ilmu Politik
Perkembangan Ilmu Politik. Ilmu politik adalah salah satu ilmu tertua
dari berbagai cabang ilmu yang ada. Sejak orang mulai hidup bersama,
masalah tentang pengaturan dan pengawasan dimulai. Sejak itu para
pemikir politik mulai membahas masalah-masalah yang menyangkut batasan
penerapan kekuasaan, hubungan antara yang memerintah serta yang
diperintah, serta sistem apa yang paling baik menjamin adanya pemenuhan
kebutuhan tentang pengaturan dan pengawasan.
Ilmu politik diawali dengan baik pada masa Yunani Kuno, membuat
peningkatan pada masa Romawi, tidak terlalu berkembang di Zaman
Pertengahan, sedikit berkembang pada Zaman Renaissance dan Penerangan,
membuat beberapa perkembangan substansial pada abad 19, dan kemudian
berkembang sangat pesat pada abad 20 karena ilmu politik mendapatkan
karakteristik tersendiri.
Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah dimulai pada tahun
450 S.M. seperti dalam karya Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lainnya.
Di beberapa pusat kebudayaan Asia seperti India dan Cina, telah
terkumpul beberapa karya tulis bermutu. Tulisan-tulisan dari India
terkumpul dalam kesusasteraan Dharmasatra dan Arthasastra, berasal
kira-kira dari tahun 500 S.M. Di antara filsuf Cina terkenal, ada
Konfusius, Mencius, dan Shan Yang(±350 S.M.).
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan,
misalnya Negarakertagama sekitar abad 13 dan Babad Tanah Jawi.
Kesusasteraan di Negara-negara Asia mulai mengalami kemunduran karena
terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh Negara-negara penjajah
dari Barat.
Di Negara-negara benua Eropa sendiri bahasan mengenai politik pada abad
ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu
politik hanya berfokus pada negara. Selain ilmu hukum, pengaruh ilmu
sejarah dan filsafat pada ilmu politik masih terasa sampai perang Dunia
II.
Di Amerika Serikat terjadi perkembangan berbeda, karena ada keinginan
untuk membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri
pada pengumpulan data empiris. Perkembangan selanjutnya bersamaan dengan
perkembangan sosiologi dan psikologi, sehingga dua cabang ilmu tersebut
sangat mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan
dengan cepat, dapat dilihat dengan didirikannya American Political
Science Association pada 1904.
Perkembangan ilmu politik setelah Perang Dunia II berkembang lebih
pesat, misalnya di Amsterdam, Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, walaupun penelitian tentang negara di Belanda masih
didominasi oleh Fakultas Hukum. Di Indonesia sendiri didirikan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, seperti di Universitas Riau. Perkembangan
awal ilmu politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ilmu hukum,
karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju pada saat itu.Sekarang,
konsep-konsep ilmu politik yang baru sudah mulai diterima oleh
masyarakat.
Di negara-negara Eropa Timur, pendekatan tradisional dari segi sejarah,
filsafat, dan hukum masih berlaku hingga saat ini. Sesudah keruntuhan
komunisme, ilmu politik berkembang pesat, bisa dilihat dengan
ditambahnya pendekatan-pendekatan yang tengah berkembang di
negara-negara barat pada pendekatan tradisional.
Perkembangan ilmu politik juga disebabkan oleh dorongan kuat beberapa
badan internasional, seperti UNESCO. Karena adanya perbedaan dalam
metodologi dan terminologi dalam ilmu politik, maka UNESCO pada
tahun1948 melakukan survei mengenai ilmu politik di kira-kira 30 negara.
Kemudian, proyek ini dibahas beberapa ahli di Prancis, dan menghasilkan
buku Contemporary Political Science pada tahun 1948.
Selanjutnya UNESCO bersama International Political Science Association
(IPSA) yang mencakup kira-kira ssepuluh negara, diantaranya negara
Barat, di samping India, Meksiko, dan Polandia. Pada tahun 1952 hasil
penelitian ini dibahas di suatu konferensi di Cambridge, Inggris dan
hasilnya disusun oleh W. A. Robson dari London School of Economics and
Political Science dalam buku The University Teaching of Political
Science. Buku ini diterbitkan oleh UNESCO untuk pengajaran beberapa ilmu
sosial(termasuk ekonomi, antropologi budaya, dan kriminologi) di
perguruan tinggi. Kedua karya ini ditujukan untuk membina perkembangan
ilmu politik dan mempertemukan pandangan yang berbeda-beda.
Pada masa-masa berikutnya ilmu-ilmu sosial banyak memanfaatkan
penemuan-penemuan dari antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi,
dan dengan demikian ilmu politik dapat meningkatkan mutunya dengan
banyak mengambil model dari cabang ilmu sosial lainnya. Berkat hal ini,
wajah ilmu politik telah banyak berubah dan ilmu politik menjadi ilmu
yang penting dipelajari untuk mengerti tentang politik.
C. Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk
menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru.
Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat
itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan
dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain
Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh
pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di
benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka
membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti
serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha
mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk
itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku
bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk
kepentingan pemerintah kolonial.
4. Fase keempat ( setelah tahun 1930’an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat.
Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai
hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia
II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan
membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total.
Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan
kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul
semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari
belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil
mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap
bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi
tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga
kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami,
Flam dan Lapp.
D. Ilmu-Ilmu Bagian Dari Antropologi
1. Paleo-antropologi
2. Antropologi fisik
3. Etnolinguistik
4. Prehistori
5. Etnologi
- Paleo-antropologi dan antropologi fisik disebut antropologi fisik dalam arti luas.
- Etnolinguistik, prehistori dan etnologi disebut antropologi budaya.
E. Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat
atau manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah
satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan
kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah,
bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau
buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan
itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau
akal.
Mengenai kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan
secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua
kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya
meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan,
moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi juga peralatan
material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang
menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan,
senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada
kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa,
tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal
yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang
bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep
tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada
kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan
diketengahkan kembali secara lebih lengkap.
- Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1. Kebudayaan
2. Tradisi
3. Pengetahuan
4. Ilmu
5. Teknologi
6. Norma
7. Lembaga
8. Seni
9. Bahasa
10. Lambang
Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya
dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena
telah berlangsung secara turun-temurun, sukar untuk terlepas dari
masyarakat. Namun demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi
yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami
pergeseran. Paling tidak berubah bila dibandingkan dengan maksud semula
dalam konteks budaya masa lampau. Tata upacara tertentu di masyarakat
yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu
masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk ritual,
melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan
hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan
teknologi merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar.
Tiga konsep dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK.
Penyatuan tiga konsep tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat
srat satu sama lain. jika pengetahuan merupakan kumulasi dari
pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui, sedangkan ilmu merupakan
pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun) yang berkarakter
tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang
dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta
diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih
acak. Adapun penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember
daya bagi kepentingan manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan
mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan
dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan mampu memahami dan menghargai
keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimanapun.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan
budaya adlah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya ,
namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran
manusia sebagai anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan
buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan
sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur , membatasi,
dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan
orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua , di katakana
bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai. Dalam tindakan, perilaku
dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan
aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai
dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah
pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan
santun, pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi
memenuhi keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan,
industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang
luas. Bahsa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian
kalimat tertulis atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh
dari pada hanya sekedar rangkaian kalimat. Bahasa sebagai suatu konsep,
meliputi pengertian sebagai bahasa anak, remaja, bahasa orang dewasa,
bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan nialai bahasa sebagai suatu
konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat mengungkapkan perasaan,
fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain. Bahasa merupakn
alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu
mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih
sejahtera. Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.
Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di
mana ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin
bahwa bahasa menjadi lambang bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di
tafsirkan bahwa bangsa yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan
bahwa bngsa tersebut juga termasuk bangsa yang baik. Lambang-lambang
selanjutnya seperti, bendera bagi suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda
jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi suatu kelompok masyarakat
atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masing-masing. Contoh mengenai
tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada terbuat dari
napa tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan, kewibawaan,
kehormatan atau penghargaan. Demikianlah makna lambang dalam kehidupan
berbudaya dan bermasyarakat.
III. PENUTUP
Makalah Ilmu Politik Dan Psikologi Sosial
A. Kesimpulan
Kata-kata kunci dalam pembahasan antropologi, sebagai landasan kunci
dalam kehidupan berbudaya serta bermasyarakat adalah konsep-konsep dasar
yang telah dijelaskan di atas, yang mana meliputi ciri-ciri dari suatu
kebudayaan yang bermakna di dalam pola kehidupan masyarakat manusia
seperti tradisi, pengetahuan, lembaga, seni, bahasa, lambang dan
lain-lain yang mencerminkan suatu kebudayaan tersebut. Untuk mempelajari
dan mengembangkan suatu kebudayaan ada hal yang menonjol pada jenis
manusia yaitu, budaya belajar, yang membawa kemajuan yang sangat pesat
pada diri manusia. Budaya belajar, menjadi landasan pelaksanaan
pendidikan yang membawa kemajuan manusia dengan segala aspek serta unsur
kebudayaan bahkan melalui pendidikan ini, segala sesuatu yang melekat
pada diri manusia yang menjadi konsep dasar antropologi itu juga
mengalami pergeseran. Misal adanya pergeseran tradisi, nilai, norma dan
kelembagaan. Yang selanjutnya juga berdampak pada perkembangan dan
kemajuan pengetahuan, ilmu dan teknologi, bahkan juga terjadi pengaruh
sebaliknya.
REFERENSI
- Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
- Sumaatmadja Nursid. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka