Teknologi pendidikan merupakan suatu
disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di
lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif, lebih
efisien, lebih banyak, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada produk
yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat
akhir-akhir ini dan menawarkan sejumlah
kemungkinan yang semula tidak terbanyangkan, telah membalik cara
berpikir kita dengan “bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut
untuk mengatasi masalah belajar”.
Berkembanganya penerapan teknologi
pendidikan boleh dikatakan berasal dari Amerika Serikat. Pada awal
perkembangan sekitar seratus tahun yang lalu, teknologi itu terkenal
sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan
sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun
1930) penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya secara
massal media belajar-pengajaran untuk digunakan di sekolah secara
meluas. Sepuluh tahun kemudian, saar Amerika Serikat terlibat dalam
perang dunia II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam
mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu diperlukan
latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering
mungkin. Dikembangkanlah cara peralatan dengan menggunakan berbagai
media dan simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatan
bersenjata tersebut. Mulailah dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology).
Seusai perang dunia II mulai dikembangkan
pengalaman di kalangan angkatan bersejata tersebut untuk keperluan
pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi
mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari perpustakaan,d engan
menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi nama Pusat
Sumber Belajar (PSB). Program studi atau keahlian dalam teknologi
pendidikan mulai dibuka dibeberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat,
Inggris dan Kanada.
Namun pendidikan dalam lingkungan sekolah
ini lebih berorientasi teoritis dan menganggap fungsinya adalah
mempersiapkan peserta didik untuk masa depa yang siap latih. Padahal
dengan semakin berkembangnya kegiatan sosial-ekonomi diperlukan tenaga
yang kompeten lebih banyak dan cepat. Hal ini memicu tumbuh dan
berkembangnya lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan dan kursus
sebagai upaya pendidikan berkelanjutan yang bersifat terapan.
Lembaga-lembaga ini ada yang berdiri sendiri, namun banyak yang
merupakan bagian dari organisasi bisnis, industri dan publik, serta
organisasi pemerintah. Untuk mereka ini lebih tepat digunakan istilah
“teknologi pembelajaran”, karena mereka lebih berkepentingan dalam
membelajarkan orang dalam lingkungan kerja mereka sendiri atau
pembelajaran untuk penguasaan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan
ini dapat digambarkan pada gambar berikut:
Di Indonesia sendiri penerapan teknologi
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan perkembangan seperti halnya di
Amerika Serikat, hanya terpaut waktu yang cukup lama. Perkembangan itu
boleh dikatakan baru dikenal sekitar awal tahun 1950, dengan
didirikannya Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balat
Alat Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung. BKTPG yang sekarang menjadi
Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis) bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan bahan
pelajaran tertulis dengan berpegangan pada konsep belajar mandiri. BAPP
pada awal tahun 1970 diintegrasikan dengan Pusat Pengembangan Penataran
Guru bisang studi.
Kalau kita simak gambaran perkembangan
tersebut, dapat kita simpulkan bahwa mayoritas para tenaga kependidikan
dan pembelajaran (termasuk guru, widyaiswara, bahkan manajer HRD) masih
ada dalam lingkaran terkecil Peragaan Ajaran atau lingkaran berikutnya
Media Pembelajaran. Mereka belum menyadari bahwa tuntutan perkembangan
zaman sekarang sudah pada lingkaran Teknologi Kinerja dan Teknologi
Pembelajaran. Dapat diibaratkan bahwa bila mereka itu bekarya dalam
profesi kesehatan, masih mengandalkan pada stetoskop dan tensimeter
saja. Mereka belum menyadari perlunya CT scan dan berbagai proses dan
sumber yang canggih.
Beberapa bentuk penerapan teknologi
pembelajaran secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan
karena itu merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut:
- Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan Anak oleh Maysarakat, Orang tua dan Guru) di kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974 dan disebarkan di kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978
- Pemasyarakatan P4 melalui permainan yang diujicobakan di kabupaten Batu, Malang
- Proyek Pendidikan Melalui Satelit (Ruyal Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian timur (BKSPT INTIM)
- Program Pendidikan karaktet memalui serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia = Amir Cici Ito) = serial televisi pendidikan pertama (dan terakhir)
- Program KEJAR Paket A dan B
- Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
- SLTP terbuka
- Universitas Terbuka
- Sistem Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
- Jaringan sistem belajar jarak jauh (Indonesian Distance learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMOE Open Learning Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas
Daftar ini sama sekali tidak
komprehensif, karena masih banyak bentuk penerapan lain. Beberapa
kegiatan ini memang sudah terhenti karena berbagai alasan kebijakan
maupun pendanaan.