Posted by Drs. H. Mutawalli, M.Pd.I on June 20, 2011
Para
sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti
menyaksikan kelahiran filsafat. Karena itu tidak ada pengantar filsafat
yang lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di
negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato: “All Western
phylosophy is but a series of footnotes to Plato”. Pada Plato dan
filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih
dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada,
menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan
dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.
1.Filsuf- Filsuf Pertama
1.Filsuf- Filsuf Pertama
Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu
Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh
perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik
pada adanya perubahan yang terus menerus di alam.
Mereka mencari suatu asas atau prinsip
yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak
henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air,
Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan
Anaximenes menunjuk udara.
Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
2. Pythagoras.
Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
2. Pythagoras.
Filosof berikutnya adalah Pythagoras.
Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak
dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan
setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi
dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu.
Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval utama dari tangga nada
yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan,
Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum
matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga
mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa
jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian
merupakan pusat dari sebuah rumah.
3. Herakletos.
3. Herakletos.
Pada jaman Pythagoras ada Herakleitos Di
kota Ephesos dan menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api
adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa
saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api.
Herakleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak
sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi.
Pernyataannya yang masyhur “Pantarhei kai uden menei” yang artinya
semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.
4. Parmenides.
Filosof pertama yang disebut sebagai
peletak dasar metafisika adalah Parmenides. Parmenides berpendapat bahwa
yang ada ada, yang tidak ada tidak ada. Konsekuensi dari pernyataan ini
adalah yang ada 1) satu dan tidak terbagi, 2) kekal, tidak mungkin ada
perubahan, 3) sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya, 4)
mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana
klaim Herakleitos.
5.Filsuf Pruralis Empedokles.
5.Filsuf Pruralis Empedokles.
Para filsuf tersebut dikenal sebagai
filsuf monisme yaitu pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu
karena terdiri dari satu unsur saja. Para Filsuf berikut ini dikenal
sebagai filsuf pluralis, karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitas terdiri
dari banyak unsur. Empedokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari
empat rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air.
Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip
yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empedokles juga menerangkan
bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang
sama.
6.Filsuf Prularis Anaxagoras.
Pluralis yang berikutnya
adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa realitas adalah terdiri dari
sejumlah tak terhingga spermata (benih). Berbeda dari Empedokles yang
mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti
api adalah panas dan air adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa
segalanya terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku bisa
tumbuh dari daging.
Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nus yang berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara “yang ruhani” dan “yang jasmani”.
Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nus yang berarti roh atau rasio. Nus tidak tercampur dalam benih-benih dan Nus mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara “yang ruhani” dan “yang jasmani”.
7.Leukippos dan Demokritos.
Pluralis Leukippos dan
Demokritos juga disebut sebagai filsuf atomis. Atomisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi,
karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos. Lebih lanjut
dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan
N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z).
Jumlah atom tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana
pandangan Parmenides atom-atom tidak dijadikan dan kekal.
Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima
ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh
yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa juga terdiri
dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai
interaksi antar atom. Setiap benda mengeluarkan eidola
(gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama
seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan
kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas
yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif
belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis,
persentuhan dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan
dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya.
dari berbagai sumber.