Posted by Drs.H.Mutawalli, M.Pd.I on June 20, 2011
Filsafat
yunani telah mencapai kejayaannya sehingga melahirkan peradaban yunani
dan menjadikan titik tolak peradaban manusia di dunia. Filsafat yunani
telah menyebar dan mempengaruhi di berbagai bangsa diantaranya adalah
bangsa Romawi, karena Romawi merupakan kerajaan terbesar di daratan
Eropa pada waktu itu. Bangsa Romawi yang semula beragama kristen dan
kemudian kemasukan filsafat merupakan suatu formulasi baru yaitu agama
berintegrasi dengan filsafat, sehingga munculah filsafat Eropa yang tak
lain penjelmaan dari filsafat Yunani.
Filsafat barat abad pertengahan (476-1492
M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para
filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak
bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang
berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut
dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati.
Secara garis besar filsafat abad
pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastic
Islam dan periode Scholastik Kristen.
1. PARA SCHOLASTIC ISLAM
Para Scholastic Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia
mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat
Aristoteles.
Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam)
yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Rusyd dll. Mereka
itulah yang memberi sumbangan sangat besar bagi para filosof eropa yang
menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar.
Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli
fikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa barat.
1.1 Filsafat Islam Di Dunia Islam Timur
1.1.1 Al-Ghazali / 1050-1111 M (Tahafutut al-Falasifah)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al
Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i (lahir 1058 di Thus, Propinsi Khurasan,
Persia (Iran), wafat 1111, Thus) adalah seorang filosof dan teolog
muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
Pertengahan.
Pokok pemikiran dari al-Ghozali adalah
tentang Tahafutu al-falasifah (kerancuan berfilsafat) dimana al-Ghazali
menyerang para filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan berfikir
mereka. Tiga diantaranya, menurut al-Ghazali menyebabkan mereka telah
kufur, yaitu tentang : Qadimnya Alam, Pengetahuan Tuhan, dan Kebangkitan
jasmani.
Pemikiran al-Ghazali mengenai pendidikan
adalah proses memanusiakan manusia sejak kejadiannya sampai akhir
hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran tersebut menjadi
tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada
Allah, sehingga menjadi manusia yang sempurna.
Batas awal berlangsungnya pendidikan
menurutnya sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian
manusia. Sedangkan batas akhir pendidikan itu orang yang berilmu dan
orang yang menuntut ilmu berserikat pada kebajikan dan manusia lain
adalah bodoh dan tak bermoral.
1.1.2 Suhrawardi / 1158-1191 M (Isyraqiyah / Illuminatif)
Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang
teori emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah
Nuur An-Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian memancar
menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi mejadi Nuur kedua, dan
seterusnya hingga yang paling bawah (Nur yang semakin tipis) memancar
menjadi Alam (karena semakin gelap suatu benda maka ia semakin padat).
Pendapatnya yang kedua adalah bahwa
sumber dari Ilmu dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa
dijadikan sebagai perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui
keberadaan Allah. Sehingga keduanya, antara Alam dan Wahyu adalah
sama-sama sebagai ilmu.
1.1.3 Ibnu Khaldun (1332 M-1406 M)
Abdurrohman Ibn Khaldun (1332 M-1406 M),
lahir di Tunisia, adalah sosok pemikir muslim legendaris. Khaldun
membuat karya tentang pola sejarah dalam bukunya yang terkenal:
Muqaddimah, yang dilengkapi dengan kitab Al-I’bar yang berisi hasil
penelitian mengenai sejarah bangsa Berber di Afrika Utara. Dalam
Muqaddimah itulah Ibnu Khaldun membahas tentang filsafat sejarah dan
soal-soal prinsip mengenai timbul dan runtuhnya negara dan
bangsa-bangsa.
Dalam mempertautkan sejarah dengan
filsafat, Ibnu Khaldun tampaknya ingin mengatakan bahwa sejarah
memberikan kekuatan intuisi dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan
filsafat menawarkan kekuatan logika kepada sejarah. Dengan begitu,
seorang sejarawan akan mampu memperoleh hasil yang relatif valid dari
proses penelitian sejarahnya, dengan dasar logika kritis.
Dasar sejarah filsafatnya adalah :
1) Hukum sebab akibat yang menyatakan
bawa semua peristiwa, termasuk peristiwa sejarah, berkaitan satu sama
lain dalam suatu rangkaian hubungan sebab akibat.
2) Bahwa kebenaran bukti sejarah tidak
hanya tergantung kepada kejujuran pembawa cerita saja akan tetapi juga
kepada tabiat zaman. Karena hal ini para cendekiawan memberinya gelar
dan titel berdasarkan tugas dan karyanya serta keaktifannya di bidang
ilmiah: 1). Sarjana dan filosof besar, 2). Ulama Islam,3. Sosiolog, 4.
Pedagang, 5. Ahli sejarah, 6.Ahli Hukum, 7. Politikus, 8. Sastrawan
Arab, 9. Administrator dan organisator
1.1.4 Al-Kindi (806-873 M)
Al-Kindi Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub
ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail al-Ash‘ats bin Qais al-Kindi.
Ia seorang filosof muslim yang pertama. Kindah adalah salah satu suku
Arab yang besar pra-Islam. Kakeknya Al-Ash’ats ibn Qais, memeluk Islam
dan dianggap sebagai salah seorang sahabat Nabi SAW. Al-Ash’ats bersama
beberapa perintis muslim pergi ke kufah, tempat ia dan keturunannya
mukim. Ayahnya adalah Ishaq al-Sabbah menjadi gubernur Kufah selama
kekhalifahan Abbasiyah al-Mahdi dan al-Basyid. Kemungkinan besar
al-Kindi lahir pada tahun 185 H / 801 M.
Menurut al-Kindi filsafat hendaknya
diterima sebagai bagian dari kebudayaan Islam, oleh karena itu para
sejarawan Arab awal menyebutnya “filosof Arab”. Menurutnya batasan
filsafat yang ia tuangkan dalam risalahnya tentang filsafat awal adalah
“filsafat” adalah pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu dalam
batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosof dalam berteori
ialah mencapai kebenaran dan dalam prakteknya ialah menyesuaikan dengan
kebenaran.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang
masalah : Relevansi agama dan filsafat, fisika dan metafisika (hakekat
Tuhan bukti adanya Tuhan dan sifat-sifatNya), Roh (Jiwa), dan Kenabian.
1.1.5 Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)
Nama lengkapnya adalah abu bakar muhammad
ibn zakaria ibn yahya al-razi. Di barat dikenal dengan Rhazes. Ia lahir
di Ray dekat Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang
masalah : Akal dan agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu),
prinsip lima yang abadi, dan hubungan jiwa dan materi.
1.1.6 Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi Nama lengkapnya Abu Nash
al-Farabi, lahir pada tahun 258 H / 870 M di Farab, meninggal pada tahun
339 H / 950 M. Sejarah mencatatnya sebagai pembangun agung sistem
filsafat, dimana ia telah membaktikan diri untuk berfikir dan merenung,
menjauh dari kegiatan politik, gangguan dan kekisruhan masyarakat.
Al-Farabi adalah seorang yang logis baik
dalam pemikiran, pernyataan, argumentasi, diskosi, keterangan dan
penalarannya. Unsur-unsur penting filsafatnya adalah :
1) Logika, 2) Kesatuan filsafat, 3) Teori
sepuluh kecerdasan, 4) Teori tentang akal, 5) Teori tentang kenabian,
6) Penafsiran atas al-Qur’an.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang
masalah : kesatuan filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi,
teori edea, Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.
1.1.7. Ibnu Maskawih (932-1020 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibn
Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H
(932 M) dan wafat di Asfahan pada 9 safar 421 H (16 Februari 1030 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : filsafat akhlaq, dam filsafat jiwa.
1.1.8. Ibnu Shina (980-1037 M)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai
Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter
kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī
al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau
dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina
lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di
Hamadan, Persia (Iran).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang
masalah : fisika dan metafisika, filsafat emanasi, filsafat jiwa (akal),
dan teori kenabian.
1.2. Filsafat Islam Di Dunia Islam Barat
1.2.1. Ibnu Bajjah (1082-1138 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad
Ibn Yahya Ibn Al-Sha’igh Al-Tujibi Al-Andalusi Al-Samqusti Ibn Bajjah.
Ibn bajjah dilahirkan di Saragossa, andalus pada tahun 475 H (1082 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang
masalah : metafisika, teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir
al-mutawahhid (mengatur hidup secara sendiri).
1.2.2. Ibnu Tufail (1082-1138 M)
Nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad
Ibn Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Kaisyi. Di
barat dikenal dengan abu bacer. Ia dilahirkan di guadix, 40 mil timur
laut Granada pada 506 H (1110 M) dan meninggal di kota Marraqesh,
Marokko pada 581 H (1185 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : percikan filsafat, dan kisah hay bin yaqadhan.
1.2.3. Ibn Rusyd 520 H/1134 M (Teori Kebenaran Ganda)
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid,
1126 – Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198) dalam bahasa Arab ابن رشد
dan dalam bahasa Latin Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol
(Andalusia).
Salah satu Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia
membela para filosof dan pemikiran mereka dan mendudukkan
masalah-masalah tersebut pada porsinya dari seranga al-Ghazali.Untuk itu
ia menulis sanggahan berjudul Tahafut al-Tahafut. Dalam buku ini Ibn
Rusyd menjelaskan bahwa sebenarnya al-Ghazalilah yang kacau dalam
berfikirnya.
1.3 Filsafat Islam Setelah Ibnu Rushdi
1.3.1. Nashirudin Thusi
Thusi, nama lengkapnya adalah Abu Ja’far
Muhammad Ibn Muhammad Al-Hasan Nashir Al-Din Al-Thuai Al-Muhaqqiq. Ia
lahir pada 18 Februari 1201 M / 597 H di Thus, sebuah kota di Khurasan.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, jiwa, moral, politik, dan kenabian.
1.3.2. Shuhrawardi al-Maqtul
Nama lengkapnya adalah Syeikh Shihab
Al-Din Abu Al-Futuh Yahya Ibn Habasy Ibn Amirak Al-Suhrawardi, ia
dilahirkan di suhraward, Iran barat laut, dekat zan-jan pada tahun 548 H
atau 1153 M.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika dan cahaya, epistimologi, kosmologi, dan psikologi.
1.3.3. Mulla shadra
Nama lengkapnya Muhammad Ibn Ibrahim
Yahya Qawami Siyrazi, sering disebut shadr al-din al-sirazi atau akhund
mulla shadra. Dikalangan murid-muridnya diokenal dengan shadr
al-mutti’allihin. Ia dilahrikan di syiraz pada tahun 979 H/980 H atau
1571 /1572 M dari sebuah keluarga terkenal lagi berpengaruh.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika, epistimologi, dan fisika.
1.3.4. Muhammad Iqbal
Dr.Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot,
Wilayah Punjab (pakistan barat) pada tahun 1877. Iqbal berasal dari
keluarga Brahma Kashmir, tetapi nenek moyang Muhammad Iqbal telah
memeluk islam 200 tahun sebelum Ia dilahirkan. Ayah muhammad Iqbal, Nur
Muhammad adalah penganut islam yang taat dan cenderung ke pada ilmu
tasawuf
1.3.3. Sayyid Ahmad Khan
Dia adalah seorang pendekar besar
nasionalisme dan ia berpendapat bahwa Islam adalah agama akal. Ia
menolak segala hal dalam agama yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu
pengetahuan yang sudah terbukti kebenarannya.
Pada waktu itu golongan muslim menolak
belajar bahasa Inggris, dan mereka menganggap sebagai murtad untuk
belajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang didirikan oleh
bangsa Inggris. Sehingga pendidikan mereka jauh tertinggal dari golongan
Hindu yang memenuhi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Inggris dan
mengejar pengetahuan modern dengan penuh semangat.
Maka dengan adanya hal itu Ahmad Khan punya tugas yang sulit yaitu
1. Ia harus meyakinkan bangsa Inggris bahwa golongan muslim itu tidak loyal
2. Ia harus membujuk golongan muslim agar belajar bahasa Inggris dan melengkapi dirinya dengan pengetahuan modern
1. Ia harus meyakinkan bangsa Inggris bahwa golongan muslim itu tidak loyal
2. Ia harus membujuk golongan muslim agar belajar bahasa Inggris dan melengkapi dirinya dengan pengetahuan modern
Dengan tugas ini maka ia berusaha
menghilangkan antipati golongan muslim terhadap bahasa Inggris dan
pengetahuan modern melalui pidatonya dan dengan jalan mendirikan Aligarh
School yang menjadi Aligarh University,
1.4.Kesimpulan
Setelah melihat uraian yang ada diatas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
yang tidak luput dari ilmu pengetahuan yang tumbuh melalui akal pikiran,
sehingga tercapai sesuatu yang diinginkan dan tidak mengandalkan dari
keturunannya untuk dapat meraih cita-citanya. Dengan pemikirannya itu
misalnya Ibnu Sina menemukan ilmu kedokterannya
2. PERIODE SCHOLASTIC KRISTEN
Periode Scholastic Kristen dalam sejarah
perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga, Yaitu: Masa Scholastik Awal,
Masa Scholastik Keemasan, Masa Scholastik Terakhir.
2.1 Masa Scholastik Awal (Abad 9 – 12 M)
Masa ini merupakan kembagkitan pemikiran
dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi berfilsafat, karena
berfilsafat sangat membahayakan bagi agama Kristen khususnya pihak
gerejawan. Dan yang ditonjolkan dalam masa ini adalah hubungan antara
agama dengan filsafat karena keduanya tidak dapat dipisahkan, dan dengan
keduanya manusia akan memporoleh pengetahuan yang lebih jelas. Tetapi
masa ini filsafat masih bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya
kristiani.
Masa ini juga berdiri sekolah-sekolah
yang menerapkan study duniawi meliputi: tata bahasa, retorikaa,
dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik. Sekolah
yang mula-mula ada di biara Italia selatan ini akhirnya berpengaruh ke
daerah-daerah yang lain.
2.2. Masa Scholatik Keemasan (1200 – 1300 M)
Pada masa ini Scholastik mengalami
kejayaan yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M, disebut juga dengan
masa yang berbunga dan bertumbuh kembang, karena muncul banyak
Universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarkan pendidikan ilmu
pengetahuan.
Ada beberapa faktor kenapa pada masa ini
Scholastic mencapai keemasan. Pertama, pengaruh dari Aristoteles dan
ahli fikir Islam sejak abad ke 12 sehingga pada abad ke 13 telah tumbuh
ilmu pengetahuan yang luas. Kedua, berdirinya beberapa Universitas. Dan
yang ketiga munculnya ordo-ordo yang membawa dorongan kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke 13.
Pada masa ini juga ada sorang filofos
Agustinus yang menolak ajaran Aristoteles karena sudah dicemari oleh
ahli fikir Islam, dan hal ini sangat membahayakan ajaran Kristen, maka
Abertus Magnus dan Thomas, sengaja menghilangkan unsure-unsur atau
selipan-selipan dari Ibnu Rusyd. Upaya Thomas Aquinas yang berhasil ini
sehingga menerbitkan buku yang berjudul Summa Theologie, yang merupakan
bukti kemenangan ajaran Aris Toteles deselaraskan dengan ajaran Kristen.
2.3 Masa Scholastik Akhir (1300 – 1450 M)
Masa ini ditandai denga kemalasan
berfikir filsafat, sehingga menjadi stagnasi pemikiran filsafat
Scholasti Kristen, Nicolous Cusanus (1401-1404 M) adalah tokoh yang
terkenal pada masa ini, dan sebagai tokoh pemikir yang terakhir pada
masa Scholastik. Menurut pendaptnya terdapat tiga cara untuk mengenal,
yaitu lewat indera, dan kedua lewat akal, dan ketiga lewat intuisi.
Dengan indera manusia mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda yang
berjasad (sifatnya tidak sempurna). Dengan akal manusia bisa mendapatkan
bentuk yang abstrak yang telah ditangkap oleh indera. Dan yang ketiga
intuisi, dalam intuisi manusia akan mendapatkan pengetahuan yang lebih
tinggi, karena dengan intuisi manusia dapat mempersatukan apa yang oleh
akal tidak dapat dipersatukan. Karena keterbatasan akal itu sendiri maka
dengan intuisiah diharapkan sampai pada kenyataan, yaitu Tuhan.
Sumber: Sutisna Senjaya :Artikel Ilmu Sosial