BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam adalah salah
satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam pembentukan pola pikir dan
tingkah laku siswa. Peranan pendidikan agama Islam sangat menentukan terhadap
prilaku dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya pembelajaran pendidikan
agama Islam dalam pembentukan pola pikir siswa dan tingkah laku, tidaklah
berlebihan jika siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang baik tentang pendidikan
agama Islam, karena pendidikan agama Islam merupakan suatu pedoman bagi umat
Islam dalam menjalankan kehidupan sebagai makhluk ciptaan-Nya. Artinya siswa yang
aktif dalam proses pembelajaran akan lebih mudah memahami pelajaran tersebut,
namun ketika siswa hanya diam dan tidak memperhatikan sama sekali, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat
dikatakan aktif dan dapat mengakibatkan hasil belajar yang rendah.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh
pemerintah secara terus menerus untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah. Usaha tersebut di antaranya dengn penyempurnaan
kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menambah
sarana dan prasarana pendidikan
serta mengadakan pembinaan guru melalui
penataran. Beberapa usaha untuk mendukung keberhasilan pembelajaran pendidikan
agama Islam juga telah dilakukan di SMPN 35 Padang, namun usaha tersebut masih belum memberikan
hasil yang memuaskan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang
kurang memahami pendidikan agama Islam dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan
siswa ketika pembelajaran berlangsung hanya 40 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa hanya 5,6.
Rendahnya aktifan dan capaian hasil belajar
tersebut merupakan indikasi bahwa pembelajaran itu berjalan dengan tidak
efektif. Capaian hasil belajar yang belum optimal menunjukkan telah terjadinya
kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Rendahnya aktifan dan hasil
belajar diduga karena adanya beberapa komponen pembelajaran yang belum
berfungsi secara baik. Oleh karena itu, guru dan siswa adalah komponen yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan, maka ada
beberapa faktor penyebab rendahnya aktifitas dan hasil belajar, di antaranya;
siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang disebabkan tidak mengerjakan PR, siswa
jenuh ketika belajar pendidikan agama Islam, siswa terdorong melakukan kegiatan
lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran seperti membaca, mengobrol,
bermain, berdiam diri tanpa memperhatikan keterangan guru dan bahkan ada yang
keluar yang disebabkan guru terlalu monoton dalam satu metode pembelajaran.
Melihat dari kondisi yang ada di
lapangan dengan yang idealnya, sangat jauh berbeda, karena pendidikan agama
Islam sudah sepantasnya dikuasai oleh siswa sebagai pedoman dalam menjalankan
hidup dan hasil belajar yang diperolehnya berada di bawah rata-rata Kriteria
Ketuntasan Belajar (KKM). Sedangkan secara idealnya mereka harus mampu
menguasai Pendidikan agama Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan dan
memiliki nilai minimal rata-rata Kriteria Ketuntasan Belajar (6,5), namun itu
semua masih jauh dari apa yang diharapkan.
Sifat pembelajaran pendidikan agama
Islam sekolah yang berjenjang dan spiral membuat masalah di atas tidak bisa
terus-menerus dibiarkan, karena akan membuat siswa menghadapi kendala untuk
maju ke tahap pembelajaran berikutnya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu
diterapkan pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam hal ini
guru harus dapat melaksanakan model pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam memahami pendidikan agama
Islam dengan baik.
Menciptakan proses pembelajaran yang
menunjang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dan hasil belajarnya
menjadi lebih baik, guru dapat menerapkan dan merancang berbagai strategi. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menunjang aktifitas siswa dalam
belajar sehingga hasil belajarnya meningkat adalah melalui pembelajaran model kooperatif
tipe berkirim salam dan soal. Pembelajaran model kooperatif tipe berkirim salam
dan soal ini siswa diberi kesempatan untuk memahami pendidikan agama Islam. Siswa
dilatih untuk dapat bekerja sama dengan
teman-teman sekelompoknya dan mengembangkan ide-ide mereka kemudian
menerangkannya dalam bentuk soal yang nantinya akan dikirim ke kelompok lain.
Di samping itu mereka juga dituntut untuk mampu memberikan solusi dari soal
yang diajukan oleh kelompok lain. Pembelajaran melalui model kooperatif tipe berkirim
salam dan soal akan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan
selanjutnya akan meningkatkan hasil belajarnya.
Oleh karena itu, melalui
penelitian akan dilihat apakah pembelajaran pendidikan agama Islam melalui
model kooperatif tipe berkirim salam dan soal dapat meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar siswa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan model kooperatif
tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?
2. Apakah penggunaan model kooperatif
tipe berkirim salam dan soal dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMPN 35 Padang?C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk
mengungkapkan informasi tentang strategi pembelajaran melalui upaya :
3.
Meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar pendidikan agama Islam pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe
berkirim salam dan soal.
4.
Meningkatkan
hasil belajar pendidikan agama Islam siswa pada kelas VII SMPN 35 Padang melalui model kooperatif tipe
berkirim salam dan soal.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
aktifitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar terutama
bermanfaat bagi:
- Siswa dalam mengatasi berbagai kendala dalam belajar seperti ketidakaktifan dalam belajar, kejenuhan dalam pembelajaran, sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya.
- Guru dalam rangka menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, sehingga dapat mengaktifkan Siswa dalam proses pembelajaran.
- Tenaga kependidikan lainnya dalam menciptakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Aktifitas Belajar
Herman Hudoyo (1979:109) ”mengatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku.”
Dalam hal ini bahwa seorang siswa yang
aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan guru harus berupaya
mengkoordinasikan siswa sedemikian rupa sehingga mereka berpeluang untuk aktif.
Siswa dalam proses pembelajaran harus banyak melakukan aktivitas. Guru tidak
perlu menjelaskan seluruh pengetahuan kepada siswa dan tidak perlu menjajahi
siswa dengan sejumlah pengetahuan, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa
itu sendiri yang meraih materi itu.
Menurut Silberman (2004:4) ”Hal yang
menyebabkan kurang aktifnya kegiatan belajar ketika siswa beranjak dewasa adalah guru merasa terikat
oleh mata pelajaran mereka dan tertekan oleh terbatasnya waktu yang mereka
miliki untuk mengajarkannya”.
Untuk dapat menanggulangi keterbatasan
waktu yang dimiliki dalam mengajarkan materi, siswa dapat diberikan semacam
tugas yang dapat mereka pelajari di luar jam pelajaran. Dengan adanya tugas ini
siswa bisa lebih memahami materi pelajaran karena memiliki kesempatan untuk
menggunakan beragam cara belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa melakukan
bermacam-macam aktifitas, menurut Sardiman (2001:99) aktifitas yang dapat
dilakukan siswa selama pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Visual aktifities, misalnya membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan.
2) Oral Aktifities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening aktifities, seperti mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, pidato.
4) Writing aktifities, seperti menulis cerita, laporan, angket.
5) Drawing aktifities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
6) Motor aktifities, yang termasuk di dalamnya melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model, merevarasi.
7) Mental aktifities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional aktifities, misalnya menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, berani, tegang, gugup.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran tersebut sangat menentukan berhasil tidaknya proses
pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus mampu merangsang supaya aktifitas-aktifitas
siswa tersebut dapat muncul secara optimal dalam pembelajaran, sehingga hasil
belajar siswa meningkat.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka
aktifitas belajar yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah (1) membaca,
(2) berdiskusi, (3) bertanya, (4) menjawab pertanyaan , (5) memperhatikan, (6) semangat,
(7) mencatat, dan (8) mengemukakan
pendapat.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui proses
pembelajaran dapat diketahui melalui
salah satu indikator hasil belajar yaitu tes, karena tes merupakan salah
satu tolak ukur yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam
memahami suatu materi pelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Arikunto (1992:7) ”Tujuan
penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah dipahami oleh siswa dan penggunaan metode sudah tepat atau belum”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan indikator
yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan dalam menguasai suatu konsep
yang telah dipelajari serta untuk melihat ketuntasan belajar siswa.
3. Pembelajaran pendidikan agama Islam
Belajar merupakan kegiatan yang dapat
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran
dan sikap pada diri seseorang. Orang yang telah belajar memiliki ciri-ciri
seperti yang diungkapkan oleh Slameto (1995:3)
1). Perubahan
yang terjadi secara sadar; 2) perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional;
3) perubahan dalam belajar bersifat tetap; 4) perubahan dalam belajar bersifat
aktif dan positif; 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; 6) perubahan
dalam belajar mencakup seluruh aspek.
Untuk mencapai perubahan-perubahan dalam
belajar, guru hendaknya dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Seperti
yang diungkapkan oleh Muliyardi (2003: 3) ”Pembelajaran merupakan upaya untuk membangkitkan insiatif
dan peran siswa dalam belajar”.
Berdasarkan hal tersebut, siswa yang aktif
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat mengkonstruksi pengetahuannya,
sedangkan guru tetap berperan sebagai motivator dan fasilator. Sebagai
fasilator guru harus mampu menciptakan suasana yang melibatkan siswa aktif
dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang melibatkan siswa aktif secara mental akan membentuk
kepribadian siswa, siswa aktif secara
fisik akan membuat siswa dapat melakukan aktifitas berbicara, menulis dan
membaca. Di samping itu, pembelajaran pendidikan agama Islam yang melibatkan
siswa aktif secara sosial akan melibatkan
siswa untuk saling berhubungan dengan siswa lainnya. Dengan kata lain dapat
mengajak siswa berinteraksi dengan sesamanya. Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diterapkan model pembelajaran yang
meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar.
4. Pembelajaran
Kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan belajar di dalam kelas yang terdiri dari sekelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Muliyardi (2003 :100) ”Pembelajaran kooperatif mencakup
sekelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan
sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas
atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama”.
Maka adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif
seperti yang diungkapkan oleh Arends (1994:407)
sebagai berikut;
1.
Siswa
bekerja dalam kelompoknya untuk menjadi kelompok ahli dalam materi pembelajaran
2.
Kelompok
terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah
3.
Kelompok
terdiri dari jenis kelamin yang berbeda
antara kelompok
4.
Sistem
penulisan lebih berorientasi kepada penilaian kelompok dari nilai perorangan.
Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran
kooperatif, maka ada enam fase yang harus dilalui oleh guru dan siswa yang
terlibat dalam proses pembelajaran.
Fase-fase tersebut sebagai berikut :
1. ”Provide Objective and self” guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan kerangka tugas pembelajaran.
2. ”Present information”, yaitu guru
menyampaikan informasi kepada siswa bisa dalam bentuk verbal (ceramah) ataupun
dalam bentuk penyampaian teks.
3. ”Organize Students in learning team”,
guru menjelaskan dan membantu siswa
membentuk kelompok dan membantu setiap
kelompok melakukan perubahan yang
efisien.
4. ”Assist team work study”, yaitu
guru membantu kelompok, menunjukkan cara melakukan sesuatu (bekerja) dan membantu berlangsungnya
proses pembelajaran .
5. ”Testing ”, yaitu guru mengevaluasi
pengetahuan tentang materi yang diajarkan atau hasil prestasi kerja kelompok.
6. ”Recognize Achievemenf”, yaitu
usaha guru dalam mendeteksi keberhasilan, baik keberhasilan individu maupun
keberhasilan kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat
disimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan suatu ide bahwa siswa bekerja
sama dalam belajar kelompok sekaligus bertanggung jawab pada aktifitas belajar
kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran
dengan baik.
5. Teknik Berkirim Salam dan Soal
Model pembelajaran
kooperatif dengan teknik berkirim salam dan soal akan memberi siswa kesempatan
untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menyelesaikan soal-soal pendidikan agama
Islam. Dalam proses pembelajaran siswa dibimbing untuk membuat soal pendidikan agama
Islam sehingga mereka akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menguasai
konsep-konsep pendidikan agama Islam agar dapat menjawab pertanyaan yang dibuat
oleh teman sekelasnya. Di samping itu, siswa memiliki tanggung jawab dalam proses pembelajaran sehingga
mereka menggali sendiri materi.
Pembelajaran kooperatif dengan bentuk berkirim salam dan soal tersebut
siswa bekerja sama dan saling membantu membuat soal dan jawabannya, kemudian
soal dikirim kepada kelompok lain. Selanjutnya siswa bersama anggota
kelompoknya bekerja sama menyelesaikan soal kiriman dari kelompok lain. Di
samping itu juga, masing-masing anggota kelompok akan memberikan semangat
kepada salah satu anggota yang dipanggil maju
ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anita Lie (2002:50) ”Kelompok
bisa memberi semangat salah satu rekannya yang dipanggil maju oleh guru”.
Pembentukan soal melalui teknik pembelajaran kooperatif berkirim salam
dan soal dapat melatih siswa untuk mengembangkan dan menyelesaikan sendiri soal
yang dibuatnya. Soal ini diperoleh dengan mengadakan perubahan pada soal yang
telah ada atau dengan sedikit perubahan.
Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pembentukan soal, guru perlu
memberikan beberapa contoh soal dengan cara sebagai berikut :
1.
Membentuk soal dari soal yang
sudah ada, atau memperluas soal yang sudah ada.
2. Membentuk soal dari situasi atau
gambar konkrit (alat peraga)
3. Membentuk sejumlah soal yang mirip, tetapi
dengan taraf kesulitan yang berbeda dan bervariasi.
B. Hipotesis Tindakan
Untuk dapat memahami suatu konsep dalam Pendidikan
agama Islam, siswa harus benar-benar aktif, dengan kata lain, bahwa belajar
bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan secara aktif menciptakan
pengetahuan dan keterampilan. Salah satunya adalah dengan menerapkan teknik
pembelajaran kooperatif berkirim salam dan soal dalam pelajaran pendidikan agama
Islam. Teknik pembelajaran kooperatif ini melatih siswa untuk mengembangkan
soal beserta penyelesaiannya. Secara tidak langsung akan memotivasi dirinya
untuk memahami konsep-konsep dasar pendidikan agama Islam pada pokok bahasan
tersebut.
Dalam membuat soal diperlukan daya
kreatifitas siswa sehingga dapat membantu siswa untuk mencari alternatif soal
baru. Berdasarkan hal tersebut, maka teknik pembelajaran kooperatif berkirim
salam dan soal akan membimbing siswa tersebut untuk melibatkan diri secara
lebih aktif sehingga dapat mengurangi peran guru yang dominan, menyebabkan
timbulnya tanggung jawab pada diri siswa terhadap soal yang dibuatnya dan
melibatkan diri lebih banyak dalam menelaah materi dan konsep-konsep pendidikan
agama Islam sehingga pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan. Oleh karena itu,
pembelajaran kooperatif dengan teknik
berkirim salam dan soal akan meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitan ini adalah penelitian tindakan
kelas yang merupakan upaya peningkatan aktifitas dan hasil belajar. Penelitian
ini dilakukan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2008 / 2009 selama 3 (Tiga) bulan yang dimulai pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2008
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di
SMPN 35 Padang. Pemilihan tempat ini diambil karena pada tempat tersebut
peneliti melaksanakan tugas sebagai guru. Di samping itu, keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam sangat kurang
dan hasil belajarnya sangat rendah dibandingkan dengan nilai standar pada Kriteria
Ketuntasan Belajar (KKM) sekolah.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ialah kelas VII
SMPN 35 Padang tahun pelajaran 2008/ 2009 dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang
yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa
siklus. Adapun langkah-langkah
sebagai berikut:
Siklus 1
- Perencanaan
-
Memilih
atau menetapkan materi yang disajikan
-
Menyiapkan
RPP berdasarkan topik untuk penelitian
dan skenario pembelajaran
-
Menetapkan
buku sumber
-
Merancang
instrumen tes uji instrumen (free test)
-
Merancang
instrumen berbentuk lembar observasi aktifitas siswa
-
Merencanakan
waktu untuk pelaksanaan tindakan
-
Menyusun
dan menetapkan teknik pengumpulan data
-
Menyiapkan
daftar hadir siswa
-
Menyiapkan
instrumen untuk tes hasil akhir
-
Menyiapkan
daftar nilai tes kemampuan siswa
-
Menyusun
serangkaian rencana tindakan secara menyeluruh yang akan dilaksanakan.
- Tindakan
Dalam pelaksanaan siklus I dalam penelitian ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
-
Memberikan
tes awal kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.
-
Menjelaskan
materi yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim
salam dan soal.
-
Menjelaskan
pembelajaran yang akan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
berkirim salam dan soal.
-
Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa yang
mempunyai kemampuan akademik yang
berbeda
-
Guru
membagikan buku paket yang berhubungan dengan materi
-
Setiap
kelompok membaca dan memahami materi
-
Setelah
selesai membaca dan memahami materi, masing-masing kelompok berdiskusi untuk
membuat soal dan jawaban berdasarkan materi masing-masing.
-
Setelah
selesai berdiskusi, guru mengumpulkan lembar jawaban yang telah dibuat oleh
tiap-tiap kelompok.
-
Setiap
kelompok mencabut nomor untuk dua kelompok yang lainnya
-
Dua orang
dari dua kelompok mengirimkan soal kepada dua kelompok yang terpilih, sementara
kelompok yang lain menunggu soal yang akan dikirim dari dua kelompok yang lain.
-
Setiap
kelompok berdiskusi mengerjakan soal kiriman kelompok lain.
-
Setelah
selesai berdiskusi, masing-masing kelompok mengembalikan lembar soal dan
jawaban ke kelompok asal.
-
Kemudian
jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban dari kelompok lain
dengan cara guru memanggil salah satu anggota kelompok untuk menyebutkan
jawaban tersebut serta kelompok lain memeriksa kebenaran jawabannya.
-
Melakukan
evaluasi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam
dan soal dengan memberikan tes tentang materi pelajaran yang telah diberikan
selama periode siklus pertama.
- Observasi
-
Melaksanakan
pengamatan terhadap aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
dengan bantuan kolaborator menggunakan catatan lapangan lembar observasi.
-
Mencatat
semua aktifitas siswa dalam pembelajaran baik positif maupun negatif dengan mengisi
lembar observasi yang telah disediakan.
-
Mengobservasi
dan mencatat kegiatan siswa yang menjadi
anggota kelompok yang berperan aktif.
- Refleksi
-
Melakukan
evaluasi dan analisis terhadap hasil observasi melalui catatan pada lembar observasi tentang aktifitas siswa
dalam pembelajaran siklus pertama.
-
Melakukan
evaluasi terhadap kemampuan siswa dalam menjawab tes akhir dan merencanakan
tindakan berikutnya.
-
Evaluasi
terhadap capaian yang diperoleh pada
siklus 1 didasarkan pada dua hal yaitu tingkat keaktifan siswa dan hasil
belajar. Apabila jumlah siswa yang melaksanakan aktifitas pembelajaran kurang
dari 70 % dan rata-rata kemampuan menjawab tes akhir kurang dari 6,5, maka
tindakan dilanjutkan ke siklus 2.
Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 polanya sama dengan
siklus 1, setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sesuai hasil evaluasi
dan refleksi sebelumnya.
4. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi
digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya.
2. Tes Hasil
Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar pada
setiap siklus.
5. Teknik Analisis Data
Pada
penelitian ini digunakan beberapa teknik analisa data yaitu;
1. Analisis
Observasi
Hasil
observasi dianalisis dengan metode analisis deskriptif
2. Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar
dianalisis dengan metode statistik deskriptif kualitatif untuk melihat
keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Karna PTK termasuk jenis penelitian
kualitatif. Sedangkan untuk melihat perbedaan hasil belajar setelah tindakan,
digunakan teknik perbedaan mean score.
6. Analisis Reflektif
Analisis reflektif dilakukan untuk melihat
pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kepuasan peneliti dalam usaha mencapai
tujuan penelitian, dengan pengertian bahwa perlakuan dalam pembelajaran
”bagaimana” telah mencapai hasil ”seperti apa” serta bagaimana perlakuan dalam
pembelajaran berikutnya.
7. Indikator Kerja
Kondisi siswa selama ini dalam
pelaksanaan proses pembelajaran masih 40
% yang aktif, maka dengan adanya tindakan kelas ini diharapkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran meningkat
menjadi 70 %.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah diadakan evaluasi dalam
setiap kompetensi dasar memiliki nilai rata-rata 56, maka dengan adanya
penerapan model pembelajaran ini diharapkan siswa memperoleh nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran sebelumnya, jadi setelah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teknik berkirim salam dan
soal diharapkan mempunyai nilai rata-rata minimal 6,5.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
yang telah dilaksanakan sesuai dengan rangkaian kegiatan yang dimulai dengan
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation)
dan perenungan (reflection). Penelitian ini dilakukan sebanyak dua
siklus yang bertujuan untuk melihat upaya meningkatkan kreatifitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
A. HASIL PENELITAIN
1. Kondisi Awal
Kondisi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam selama ini yang
ditemui pada siswa + 40 % yang
terlibat aktif, selebihnya ketika
berlangsungnya proses belajar mengajar perhatiannya tidak terfokus kepada
pembelajaran. Ada yang kerjanya mencoret-coret buku, mengajak kawannya
berbicara-bicara, tiap sebentar ada yang minta izin, bahkan ada yang duduk
sambil tidur-tiduran. Sedangkan bila dilihat dari hasil evaluasi belajarnya
diperoleh nilai rata-rata persentase 50. Hal ini sangatlah rendah dan banyak
siswa tidak memenuhi nilai sebatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
2. Pelaksanaan
Penelitian pada Siklus I
Untuk lebih jelasnya tentang
tahap-tahap penelitian pada masing-masing siklus yaitu :
a.
Perencanaan
(planning)
1).
Memilih
atau menetapkan materi yang disajikan
2).
Menyiapkan
RPP berdasarkan topik untuk penelitian
dan skenario pembelajaran
3).
Menetapkan
buku sumber
4).
Merancang
instrumen tes uji instrumen (free test)
5).
Merancang
instrumen berbentuk lembar observasi aktifitas siswa
6).
Merencanakan
waktu untuk pelaksanaan tindakan
7).
Menyusun
dan menetapkan teknik pengumpulan data
8).
Menyiapkan
daftar hadir siswa
9).
Menyiapkan
instrumen untuk tes hasil akhir
10).
Menyiapkan daftar nilai tes kemampuan siswa
11).
Menyusun serangkaian rencana tindakan secara menyeluruh yang
akan dilaksanakan.
b.
Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah :
Pertama
guru memberikan tes awal kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai. Hasil tes
awal siswa memiliki nilai rata-rata 51,18 dengan nilai maksimum 76,00 dan nilai
minimum 36,00.
Kedua, guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima orang siswa dalam satu kelompok
yang mempunyai kemampuan akademik yang berbeda. Pembagian kelompok dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.
Daftar nama kelompok siswa kelas VII. 2
SMPN 35 Padang
No
|
Nama Siswa
|
L/ P
|
Kelompok
|
1
|
Ilham
|
L
|
I
|
2
|
Aditya Andri
|
L
|
|
3
|
Intan Purnama Sari
|
P
|
|
4
|
Arief Setra
|
L
|
|
5
|
Deriani Susanti
|
P
|
|
6
|
Mardion Eka Putra
|
L
|
II
|
7
|
Riberto Banuatan
|
L
|
|
8
|
Ayu Aprilia
|
P
|
|
9
|
Silvana Azri
|
P
|
|
10
|
Febi Melita Sari
|
P
|
|
11
|
Dani Afriwandi
|
L
|
III
|
12
|
Dina Genesha
|
P
|
|
13
|
Fidia Amanda
|
P
|
|
14
|
Ade Syaputra
|
L
|
|
15
|
Febrina Rahmadani
|
P
|
|
16
|
Doni Fernando
|
L
|
IV
|
17
|
Dodi Afdal
|
L
|
|
18
|
Iis Marta Dewi
|
P
|
|
19
|
Nur'aini
|
P
|
|
20
|
Jasni Hayati
|
P
|
|
21
|
Syarifah Mulya
Safitri
|
P
|
V
|
22
|
Dessi Andriani
|
P
|
|
23
|
Yudiansyah Rifchi
|
L
|
|
24
|
Nofriyanda Putra
|
L
|
|
25
|
Mentari Arisandi
|
P
|
|
26
|
Putri Handayani
|
P
|
VI
|
27
|
Syamsurizal
|
L
|
|
28
|
Yoki Idris
|
L
|
|
29
|
Rizky Adi Putra
|
L
|
|
30
|
Yola Selvia Anggia
|
P
|
|
31
|
Viki Novandas
|
L
|
VII
|
32
|
Winda Wati
|
P
|
|
33
|
Andri Nifdolla
|
L
|
|
34
|
Tessa Risna Dila
|
P
|
Ketiga, guru
menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan menggunakan metode kooperatif
tehnik berkirim salam dan soal serta menyampaikan tujuan pembelajaran materi
tersebut. Selanjutnya masing-masing kelompok berdiskusi untuk membuat yel-yel
masing-masing. Kemudian setiap kelompok membaca, memahami materi dan berdiskusi
membuat soal serta jawaban berdasarkan materi.
Keempat, guru
mengumpulkan lembar jawaban yang telah dibuat oleh tiap-tiap kelompok.
Selanjutnya guru meminta setiap kelompok mencabut nomor untuk dua kelompok yang lainnya.
Kelima, guru
mempersilahkan dua orang dari dua kelompok mengirimkan soal kepada dua kelompok
yang terpilih, sementara kelompok lain menunggu soal yang akan dikirim dari
kelompok lain.
Keenam, guru mempersilahkan kelompok yang
mendapat kiriman soal untuk menjawab soal kelompok lain, selanjutnya guru
mencocokkan jawaban tersebut dan memeriksa kebenaran jawabannya hingga akhirnya
setiap kelompok mendapat kesempatan yang sama untuk tampil.
Ketujuh, guru melakukan evaluasi tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal dengan memberikan tes
tentang materi pelajaran yang telah diberikan selama periode siklus pertama.
c.
Observasi
Evaluasi terhadap capaian yang diperoleh
pada siklus I didasarkan pada dua hal
yaitu tingkat keaktifan siswa dan hasil belajar. Apabila jumlah siswa yang
melaksanakan aktifitas pembelajaran kurang dari 70 % dan rata-rata kemampuan
menjawab tes akhir kurang dari 6,5, maka tindakan dilanjutkan ke siklus 2.
Pelaksanaan siklus 2 polanya sama dengan siklus 1, setelah dilakukan perbaikan
dan penyempurnaan sesuai hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya.
1. Hasil Observasi aktifitas siswa
No
|
Indikator
|
Hasil
Observasi Siklus 1
|
Rata-Rata Hasil
|
|
Pertemuan
1
|
Pertemuan
2
|
Observasi Siklus I
|
||
1.
|
Membaca
|
62.00%
|
71.00%
|
66.50%
|
2.
|
Berdiskusi
|
53.00%
|
59.00%
|
56.00%
|
3.
|
Bertanya
|
56.00%
|
62.00%
|
59.00%
|
4.
|
Menjawab pertanyaan
|
62.00%
|
65.00%
|
63.50%
|
5.
|
Memperhatikan
|
65.00%
|
65.00%
|
65.00%
|
6.
|
Semangat
|
65.00%
|
68.00%
|
66.50%
|
7.
|
Mencatat
|
71.00%
|
74.00%
|
72.50%
|
8.
|
Mengemukakan pendapat
|
50.00%
|
59.00%
|
54.50%
|
Jumlah
|
484.00%
|
523.00%
|
503.50%
|
|
Persentase
Rata-rata
|
60.50%
|
65.38%
|
62.94%
|
Data yang diperoleh pada siklus I tentang aktifitas siswa setelah pembelajaran kooperatif teknik
berkirim salam dan soal dilaksanakan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
siswa dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan. Rangkuman hasil observasi
secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 3 berikut :
Tabel 2
Rangkuman
hasil observasi aktifitas siswa setelah dilakukan siklus I
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus
I terlihat bahwa persentase aktifitas terendah adalah siswa yang melakukan
diskusi sebesar 56,00 % dan mengemukakan
pendapat sebesar 54,50 %, sedangkan persentase
aktifitas tertinggi adalah semangat sebesar 72,50 %. Berdasarkan
observasi dan analisa terhadap seluruh
aktifitas siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 62,94 % .
Setelah dilakukan observasi pada siklus I,
diperoleh angka 62,94 %. Artinya dari 8 indikator aktifitas yang telah
ditetapkan sebelumnya , sebagian besar siswa masih kurang dalam melaksanakan
aktifitas pembelajaran di dalam kelas. Jadi, dalam pembelajaran model
kooperatif tipe tehnik berkirim salam dan soal masih terdapat
kelemahan-kelemahan yang ditemui di lapangan. Di mana siswa masing canggung
berdiskusi, mengeluarkan pendapat, begitu juga dalam membuat pertanyaan masih
sama betul dengan yang ada dalam buku paket. Dengan demikian, tindakan dapat dilanjutkan
pada siklus II.
2. Hasil Evaluasi Belajar
Berdasarkan hasil belajar yang
diperoleh melalui tes hasil belajar yang diberikan oleh guru pada akhir
tindakan pertama. Skor hasil belajar rata-rata secara keseluruhan juga
dijadikan indikator kinerja tindakan pada siklus I. Perhitungan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam siswa mengungkap pada siklus I adalah 62,88 Capaian
tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi
awal sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model kooperatif tehnik
berkirim salam dan soal.
d. Analisis Reflektif
Berdasarkan jumlah siswa yang melaksanakan
aktifitas pembelajaran dengan menggunakan model koperatif tehnik berkirim salam
dan soal melalui observasi bersamaan dengan tindakan yang dilakukan, maka
diperoleh kesimpulan bahwa aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran masih
banyak yang ragu-ragu dan kurang faham. Keterlibatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran pada siklus I dapat dipersentasekan dengan rata-rata 62,94 %.
Untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan
dari hasil observasi pada siklus I, guru memberikan motivasi bahwa siswa yang
bersifat positif akan mendapat reward.
Indikator kinerja berikutnya adalah hasil
belajar Pendidikan Agama Islam yang dicapai siswa pada siklus I. Berdasarkan
hasil belajar yang dicapai siswa hanya 62,88 , hal ini belum dapat memenuhi
indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 65.
Berdasarkan analisis terhadap indikator tersebut serta kelemahan-kelemahan
yang ditemui pada siklus I, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dalam tindakan
siklus I belum memenuhi capaian minimal yang telah ditetapkan. Berarti
penelitian ini perlu dilanjutkan pada
siklus II.
3. Pelaksanaan
Penelitian pada Siklus II
Kegiatan penelitian pada
siklus kedua ini merupakan lanjutan dari penelitian siklus pertama. Rangkaian
kegiatan penelitian pada siklus II ini sama dengan rangkaian kegiatan siklus I.
Tapi ada yang diperbaiki atau direvisi terutama berkaitan dengan belajar siswa.
- Perencanaan/ rencana tindakan
1). Membuat skenario pembelajaran yang lebih
menarik dengan menerapkan tehnik berkirim salam
2). Materi tentang hukum bacaan Alif lam
Syamsiyah dan Qamariyah
3). Memberikan tugas kepada siswa untuk
membahas di rumah tentang materi yang akan dipelajari.
4). Memberikan tugas kepada siswa untuk
membuat yel-yel kelompok yang lebih menarik.
5). Memberikan buku wajib kepada masing-masing
siswa untuk dipelajari di rumah.
6). Mengembangkan format ebservasi
pembelajaran (lembaran observasi) untuk setiap tahapan penelitian.
- Tindakan
Kegiatan tindakan ini
merupakan lanjutan dari siklus I yaitu sesuai dengan tindakan yang dilakukan
pada siklus I, antara lain;
1). Pelaksanaan pembelajaran diawali
dengan mendistribusikan siswa berdasarkan kelompok masing-masing.
2). Guru memberikan motivasi bahwa sisa yang
aktif akan diberikan bonus nilai (reward) dan siswa yang tidak aktif akan
diberikan ganjaran berupa pengurangan nilai (punishment).
3). Guru mengulang kembali materi yang akan
dipelajari
4). Setiap anggota membuat masing-masing 2
butir soal disertai jawabannya.
5). Setiap anggota dari kelompok mengirimkan
soal tersebut kepada anggota kelompok lain tanpa membuat tujuan kelompok lain, lalu
dimasukkan ke dalam kotak yang telah tersedia.
6). Guru memanggil 1 orang tiap kelompok untuk
mencabut masing-masing 1 kiriman soal yang ada dalam kotak.
7).
Guru mempersilahkan
kelompok yang mendapat kiriman soal untuk menjawab soal kelompok lain,
selanjutnya guru mencocokkan jawaban tersebut dan memeriksa kebenaran
jawabannya hingga akhirnya setiap kelompok mendapat kesempatan yang sama untuk
tampil.
8). Guru melakukan evaluasi tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik berkirim salam dan soal dengan memberikan tes
tentang materi pelajaran yang telah diberikan selama periode siklus II.
- Observasi
1. Hasil Observasi aktifitas siswa
Hasil observasi yang dilakukan pada siklus
II selama siswa mengikuti pembelajaran jauh berbeda dengan siklus I, di mana
pada siklus II ini keaktifan siswa
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dengan antusiasnya mereka melakukan
diskusi di masing-masing kelompok dan berusaha semaksimal mungkin untuk ikut
serta berperan dalam kelompok masing-masing. Kondisi tingkatan keaktifan siswa pada
siklus II ini dapar dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Rangkuman
hasil observasi aktifitas siswa setelah dilakukan siklus II
No
|
Indikator
|
Hasil Observasi
Siklus 2
|
Rata-rata hasil
|
|
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
Observasi Siklus II
|
||
1.
|
Membaca
|
71.00%
|
76.00%
|
73.50%
|
2.
|
Berdiskusi
|
65.00%
|
74.00%
|
69.50%
|
3.
|
Bertanya
|
65.00%
|
71.00%
|
68.00%
|
4.
|
Menjawab
pertanyaan
|
71.00%
|
76.00%
|
73.50%
|
5.
|
Memperhatikan
|
71.00%
|
82.00%
|
76.50%
|
6.
|
Semangat
|
82.00%
|
82.00%
|
82.00%
|
7.
|
Mencatat
|
75.00%
|
82.00%
|
78.50%
|
8.
|
Mengemukakan
pendapat
|
68.00%
|
74.00%
|
71.00%
|
Jumlah
|
568.00%
|
617.00%
|
592.50%
|
|
Persentase
Rata-rata
|
71.00%
|
77.13%
|
74.06%
|
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada
siklus II dan dilakukan observasi, didapatkan persentase aktifitas siswa secara
keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 74,06 %.
Berarti perbaikan yang dilakukan pada siklus II mampu meningkatkan persentase
aktifan siswa sebesar 11,12 %.
Angka tersebut telah dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya
yaitu 70%. Berarti tindakan tidak perlu dilanjutkan.
2. Hasil Evaluasi Belajar
Skor hasil belajar rata-rata yang
diperoleh melalui tes hasil belajar setelah selesai tindakan pada siklus kedua secara
keseluruhan dapat juga dijadikan sebagai indikator kinerja. Perhitungan hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa mengungkap pada siklus II adalah 70,44. Capaian tersebut menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar setelah tindakan pada siklus II. Angka tersebut telah dapat
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sebelumnya yaitu 65. Berarti
tindakan tidak perlu dilanjutkan.
d. Analisis Reflektif
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model koperatif tehnik
berkirim salam dan soal cukup memuaskan dibandingkan dengan tindakan pada
siklus I. Hal ini terlihat dari aktifan siswa yang meningkat hingga mencapai
persentase 74,06 %, sedangkan hasil belajar yang dicapai siswa sebesar 70,44.
Peningkatan aktifan dan hasil belajar ini didukung oleh semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai pada siklus
pertama, ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti baik positif maupun
negatif sebagai konsekuensi diterapkannya strategi pembelajaran ini. Dimana
catatan negatif pada siklus I, telah dilakukan perbaikan pada siklus II agar
capaian yang diperoleh dapat lebih baik.
Kondisi aktifan siswa pada
siklus I telah meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum
menerapkan motode tehnik berkirim salam dan soal ini. Berdasarkan observasi
pada siklus ini aktifan siswa mulai dari kegiatan membaca, diskusi, membuat
pertanyaan, begitu juga dengan mengeluarkan pendapat telah menunjukkan suatu kemajuan. Di mana
rata-rata aktifan siswa sebesar 62,94 %. Sedangkan nilai hasil belajar siswa
setelah siklus I ini menunjukkan peningkatan juga dari kondisi awal.
Adapun rata-rata nilainya sebesar 62,88.
Pada dasarnya nilai dan
aktifan siswa telah meningkat, namun nilai tersebut belumlah mencapai indikator kerja yang telah ditentukan, karena
indikator kerja aktifan siswa sebesar 70 % sedangkan indikator kerja hasil
belajar sebesar 65. berdasarkan hal tersebut, maka diadakanlah perbaikan pada
siklus II.
Perbaikan yang dilakukan pada
siklus II semakin baik, hal ini karena
antusias siswa pada saat pembelajaran dengan model kooperatif tehnik berkirim
salam dan soal bertambah semangat, sedangkan nilai hasil belajarnya semakin
tinggi sehingga mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Adapun rata-rata
nilai siswa pada siklus II dengan rata-rata 70,44. Maka dari siklus I ke siklus
II telah ada peningkatan nilai yang cukup tinggi sebesar 7,56. Sedangkan
aktifan siswa pada siklus II ini telah mencapai
rata-rata 74,06 % dengan peningkatan sebesar 11,12 %.
Peningkatan hasil observasi
dan hasil evaluasi belajar tersebut dapat dilihat pada chart berikut :
Berdasarkan hal di atas, bahwa
meningkatnya nilai siswa sangat tergantung dengan keaktifannya pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Siswa yang aktif, maka dia akan memperoleh nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak dan kurang aktif. Kondisi
inilah yang harus diterapkan dengan memberikan kesempatan agar siswa yang
meraih materi dan guru tidak mendikte siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Prayitno (1973:99) bahwa: ”Untuk belajar yang aktif menolak
praktik yang menyuapi atau menjajahi murid dengan sejumlah pengetahuan
melainkan memberikan kesempatan agar murid-murid itu sendiri yang meraih materi
itu”.
Pembelajaran dengan metode
kooperatif tehnik berkirim salam dan soal merupakan salah satu dari metode yang
dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini telah dapat
meningkatkan aktifan belajar dalam mata pelajaran agama, begitu juga dengan
hasil belajar yang dicapai siswa juga semakin meningkat dengan menggunakan
metode ini.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode
kooperatif tehnik berkirim salam dan soal telah dapat memberikan sumbangan
positif terhadap peningkatan aktifan pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi data dan hasil
pembahasan penelitian yang diuraikan di atas yaitu tentang Peningkatan
aktifitas dan hasil belajar pendidikan agama Islam dengan menggunakan metode
kooperatif teknik berkirim salam dan soal di SMPN 35 Padang, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
- Peningkatan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat tercapai yang ditandai dengan terus meningkatnya frekuensi aktifan siswa saat pembelajaran, baik itu dalam berdiskusi, membaca materi, membuat pertanyaan, maupun menjawab serta mengeluarkan pendapat.
- Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif tehnik berkirim salam dan soal selain dapat meningkatkan keaktifan siswa , juga mampu membantu meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa.
- Metode kooperatif tehnik berkirim salam dan soal dapat digunakan dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan pada gilirannya membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
B. Saran
Berdasarkan refleksi, pembahasan dan kesimpulan di
atas dapat diberikan saran sebagai berikut :
- Metode kooperatif tehnik berkirim salam dan soal dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, maka diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan metode ini pada bidang studi lain dengan berbagai variasi.
- Dalam upaya peningkatan keaktifan siswa dalam belajar di sekolah, disarankan kepada pihak yang terkait untuk dalam melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung dan menunjang sehingga terciptanya suasana belajar yang pro aktif serta nilai hasil belajar siswa menjadi meningkat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Deporter, Bobi & Mike Hernacki, (1999),
Quantum Learning. Bandung : Kifa
Djaafar, Tengku Zahara (2001). Konstribusi Strategi Pembelajaran
Terhadap Hasil Belajar. Jakarta :
FIP UNP
Ibrahim, Muslimin Dkk (2000). Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya : UNESA
Unibersity
Lie, Anita (2002). Cooperative Learning. Jakarta :
Grasindo
Prayitno, (1973). Tehnik bimbingan
penyuluhan dasar-dasar pengungkapan masalah. Padang : FIP-IKIP Padang.
Slameto (1995). Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Slavin, Robert E (1995). Cooperatif Learning; Teory Research and
Practice. Singapura : Allyn & Bacon