Hanna Djumhana Bastaman, menjelaskan bahwa Psikologi Islam adalah sebuah
psikologi yang memiliki karakteristik dan identitas yang semuanya
bermuara pada nilai-nilai Islam. Selain itu, psikologi Islam menggunakan
akal dan keimanan sekaligus, yakni menggunakan secara optimal daya
nalar yang obyektif-ilmiah dengan metodologi yang tepat.
Psikologi Islam dalam tiga pengertian. Pertama, bahwa psikologi
Islam merupakan salah satu dari kajian masalah-masalah keislaman. Ia
memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain,
seperti Ekonomi Islam, Sosiologi Islam, Politik Islam, Kebudayaan Islam,
dan sebagainya. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak atau memiliki
pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam Islam,
sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan
psikologi kontemporer pada umumnya.
Kedua, bahwa Psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan
perilaku kejiwaan manusia. Aspek-aspek kejiwaan dalam Islam berupa
al-Ruh, al-Nafs, al-Kalb, al-` Aql, al-Damir, al-Lubb, al-Fu’ad,
al-Sirr, al-Fitrah, dan sebagainya. Masing-masing aspek tersebut
memiliki eksistensi, dinamisme, proses, fungsi, dan perilaku yang perlu
dikaji melalui al-Qur’an, al-Sunnah, serta dari khazanah pemikiran
Islam. Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan,
melainkan juga apa hakekat jiwa sesungguhnya.
Ketiga, bahwa Psikologi Islam bukan netral etik, melainkan sarat
akan nilai etik. Dikatakan demikian sebab Psikologi Islam memiliki
tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk
kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak mengetahui
apa-apa, lalu ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kualitas hidup.
Sedang menurut Baharuddin, psikologi Islam adalah sebuah aliran baru
dalam dunia psikologi yang mendasarkan seluruh bangunan teori-teori dan
konsep-konsepnya kepada Islam.
Dari beberapa penjelasan tersebut, hemat penulis, psikologi Islam adalah
suatu ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan manusia yang normal, dewasa
dan beradab, dan didasarkan pada al-Quran sebagai sumber hukum Islam.
Psikologi Islam sudah sepatutnya menjadi wacana sains yang objektif,
bahkan boleh dikatakan telah mencapai derajat supra ilmiah. Anggapan
bahwa Psikologi Islam masih bertaraf pseudo-ilmiah adalah tidak benar,
sebab Psikologi Islam telah melampaui batas-batas ilmiah. Obyektivitas
suatu ilmu hanyalah persoalan kesepakatan, yang kriterianya bukan hanya
kuantitatif melainkan juga kualitatif. Psikologi Kontemporer telah
mendapatkan kesepakatan dari kalangannya sendiri. Demikian juga
Psikologi Islam telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan kaum
muslimin.
Pergulatan dalam pengembangan psikologi Islam masih terus terasa hingga
sekarang. Memang sudah banyak forum ilmiah membicarakan hal ini. Paling
tidak untuk konteks Indonesia, ada dua kelompok yang mencoba membangun
konsep psikologi Islam ini.
Pertama, adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan
psikologi dan kemudian bersinggungan dengan konsep-konsep Islam mengenai
psikologi. Di samping adanya ketidakpuasan atas bahasan psikologi yang
dianggap terlalu sekularistik dan menafikan kondisi kejiwaan hakiki
manusia.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang mencoba menggali khasanah klasik Islam (at-turat al-Islam)
untuk pengembangan keilmuan psikologi Islam. Keduanya bukanlah psikolog
dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun memiliki
akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar
pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan
psikologi, semacam Ibn Sina, al-Ghazali, Ibn
Psikologi Islam oleh sebagian peminat dan pakarnya sering diposisikan
sebagai suatu aliran atau madzhab baru dalam kancah psikologi modern.
Psikologi Islam disebut-sebut sebagai madzhab kelima setelah mazhab psychoanalysis, mazhab bihaviorisme, mazhab psikologi humanistik, dan madzhab psikologitranspersonal.
Setidaknya ada sejumlah alasan untuk berharap bahwa psikologi Islam yang didasarkan pada pandangan dunia Islam (Islamc world view) ini akan menjadi fajar baru yang prospektif dalam dunia psikologi.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Abdul Hayyie al Kattani, Rekayasa Masa Depan Islam: Dengan Revitalisasi Warisan Klasik Islam (Turats) Sebaga Illustrasi, http://www.kmnu.org/. Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).