Minggu, 16 Maret 2014

KONVERSI AGAMA

  1. A.     PENGERTIAN KONVERSI AGAMA
Konversi agama menurut etimologi, konversi berasal dari kata  “Conversio” yang berarti : tobat, pindah, dan berubah (agama). Dan dalam bahasa Inggris disebut Conversion yang mengandung arti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain (Change From One State, or From One Religion, to Another).
Maka dapat disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Sedangkan konversi agama menurut terminologi adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat ia berada. Selain itu, konversi agama yang dimaksudkan antara lain :
  1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
  2. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
  3. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
  4. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[1]

  1. B.     FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KONVERSI AGAMA
Berbagai ahli berbeda pendapat dalam menentukan faktor yang menjadi pendorong konversi.
  1. Menurut para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk dari Allah SWT dan pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau kelompok.
  2. Sedangkan menurut para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu sendiri terdiri dari adanya berbagai faktor yang mendukung antara lain :
    1. Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan yang lain).

  1. Pengaruh kebiasaan yang rutin.
Maksudnya pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga ia menjadi terbiasa.
  1. Pengaruh anjuran atau propoganda dari orang-orang yang dekat. Misalnya : keluarga, famili, karib dan sebagainya.
  2. Pengaruh yang berasal dari pemimpin keagamaan.
Ini bisa disebabkan karena terjalinnya hubungan yang baik dengan pemimpin agama. Ini pun bisa menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya konversi agama.
  1. Pengaruh perkumpulan yang berdasarkan hobi.
Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
  1. Pengaruh kekuasaan pemimpin.
Yaitu pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum. Masyarakat umumnya cenderung menganut agama yang dianut oleh kepala negara atau raja mereka (Culus Regio Illius est Religio).[2]

  1. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Apabila faktor-faktor tersebut telah mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga mencari perlindungan ke kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang terang dan tenteram.
William James mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya konversi agama antara lain :
  1. Konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
  2. Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).[3]
  3. Konversi agama dapat terjadi oleh 2 faktor intern dan faktor ekstern.
    1. Faktor Intern
  • Kepribadian
W. James menemukan bahwa, tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
  • Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecendrungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama, ini dapat dilihat urutan kelahiran. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stres jiwa. Kondisi tersebut juga bisa mempengaruhi terjadinya konversi agama.

  1. Faktor Ekstern
  • Keluarga
Terjadinya ketidakserasian, keretakan keluarga, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, tidak harmonisnya keluarga serta kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat kondisi tersebut bisa saja menyebabkan seseorang mengalami tekanan batin sehingga terjadi konversi agama dalam usahanya untuk mencari hal-hal baru dalam rangka meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
  • Lingkungan
Seseorang yang tinggal di suatu tempat dan merasa tersingkir dari kehidupan di suatu tempat dan merasa hidup sebatang kara. Pada saat ini dia mendambakan ketenangan batin dan tempat untuk bergantung agar kegelisahan batinnya bisa hilang.

  • Perubahan Status
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan terjadinya konversi agama. Apalagi perubahan itu terjadi secara mendadak. Seperti perceraian atau kawin dengan orang yang berlainan agama.
  • Kemiskinan
Masyarakat yang awam cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik.
Dan para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah kondisi pendidikan.

  1. C.     PROSES KONVERSI AGAMA
Konversi Agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung. Demikian pula seseorang yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula lama ditinggalkan sama sekali.
Ketenangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Pandangan hidup yang dipilih tersebut merupakan petaruh bagi masa depannya. Sehingga ia merupakan pegangan baru dalam kehidupan selanjutnya.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka harus bersedia untuk membuktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya itu berupa ikut berpartisipasi secara penuh. Makin kuat keyakinannya terhadap kebenaran pandangan hidup itu, semakin tinggi pula nilai bakti yang berikutnya.
M.T.L Penido berpendapat, bahwa konversi agama mengandung 2 unsur yaitu :
  1. Unsur dari dalam diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok.
  1. Unsur dari luar diri
Yaitu proses perubahan yang terjadi dari luar diri atau kelompok.

Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan.
Jadi, disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin.
Seiring dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan digantikan dengan yang baru sebagai hasil pilihan yang dianggap benar.
Dalam hal ini Dr. Zakiah Drajat memberikan pendapatnya bahwa proses kejiwaan dapat terjadi melalui 5 tahap yaitu :
  1. Masa Tenang
Masa dimana kondisi jiwa seseorang masih berada dalam keadaan tenang. Sebab masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
  1. Masa Ketidaktenangan
Masa ini jiwa seseorang telah dipengaruhi oleh masalah agama. Ini dapat disebabkan karena suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa yang dialaminya. Sehingga menimbulkan kegoncangan dalam batinnya dan menyebabkan seseorang menjadi putus asa, gelisah dan bimbang. Dan pada masa inilah timbul proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi masalah batinnya.
  1. Masa Konversi
Disaat seseorang mengalami masalah kemudian menemukan hal baru atau kepercayaan baru sehingga konflik batin yang dialaminya mengalami keredaan. Karena dengan kemantapan batin yang berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Bagi dirinya hal ini memberikan makna bisa menciptakan ketenangan batin dan bisa menerima kondisi yang dialaminya. Sebagai petunjuk dari Allah SWT. Dan ini dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya. Sehingga terjadilah konversi agama.
  1. Masa Tenang dan Tentram
Masa inilah masa kepuasan bagi seseorang terhadap keputusan yang sudah diambil. Itu timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan dalam menerima konsep baru.
  1. Masa Ekspresi Konversi
Seseorang yang telah menemukan kepercayaan baru dan menjadikannya sebagai pedoman dalam hidupnya, maka dia akan memulai konsep baru dari ajaran kepercayaan yang telah diyakininya tersebut, maka sikap hidupnya pun mulai diselaraskan dengan ajaran dan peraturan dari agama yang dipilih tersebut.[4]

Diawal-awal terjadinya perubahan itu, setiap diri merasakan kegelisahan batin sulit untuk menentukan secara spontan mana yang harus diikuti.
Kesulitan seperti itu adalah wajar, karena agama sebagai keyakinan menyangkut sisi-sisi kehidupan batin seseorang yang berkaitan dengan nilai.
Bagi manusia nilai adalah suatu yang dianggap benar dan menyangkut pandangan hidup. Oleh karena itu, selain peka, nilai juga merupakan sesuatu yang perlu dipertahankan oleh seseorang. Bahkan, pada tingkat yang paling tinggi pemeluk keyakinan itu akan rela mempertaruhkan nyawa, demi mempertahankan nilai itu
DAFTAR PUSTAKA

  1. Daradjat Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang.
  2. Jalaluddin. Prof Dr. H. Psikologi Agama. Jakarta : Rajawali Pers. 2007.
  3. Suryabrata, Sumadi. Pengukuran Dalam Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali. 1982.

[1] Suryabrata, Sumadi. Pengukuran Dalam Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali. 1982.
[2] Wuryo, Kasmiran dan Ali Sjaifullah. Pengantar Ilmu Jiwa Sosial. Jakarta : Erlangga. 1982.
[3] James, William. The Varieties Of Religious Experience.
[4] Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang. 1970.