Minggu, 16 Maret 2014

Makalah Pengertian Psikologi agama


Bab II
PENGERTIAN DAN RUANGLINGKUP
PSIKOLOGI AGAMA
A.     Pengertian Psikologi Agama
a.     Pengertian Psikologi Agama Menurut Etimologi
Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama yang menurut bahasa, Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Psyche” dan “logos”. “Psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latarbelakang.[1]
Psikologi secara etimologi mengandung arti ilmu tentang jiwa. Dalam islam kata jiwa disamakan dengan “an-nafsu” namun ada juga yang menyamakan dengan istilah “ar-ruh”. Tetapi istilah “an-nafsu” lebih populer dari pada istilah “ar-ruh”, karena psikologi dalam bahasa arab lebih populer diterjemahkan dengan ilmu an-nafsu dari pada ilmu ar-ruh. Dalam al-quran surat al-fajr ayat 27-30 disebutkan, kata an-nafsu berarti jiwa:[2]
(٢٨) مَّرْضِيَّةًرَاضِيَةًرَبِّكِ إِلَى ارْجِعِي (٢٧) الْمُطْمَئِنَّةُالنَّفْسُ أَيَّتُهَايَا
(٣٠) جَنَّتِي وَادْخُلِي (٢٩) عِبَادِي فِي فَادْخُلِي
“Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jama’ah hamba-hambaku, masuklah kedalam surgaku.” (QS. Al-Fajr 27-30)[3]
            Sedangkan agama berasal dari kata latin “religio”, yang berarti obligation/kewajiban. Agama dalam Encyclopedia of philosophy adalah kepercayaan kepada tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia. Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan peribadatan.[4]
            Jadi Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah yang ada sangkut pautnya dengan kajian beragama.
b.     Pengertian Psikologi Agama Menurut Terminologi
Sedangkan menurut terminologi, psikologi agama dapat didefinisikan sebagai: “Cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi, jadi merupakan kajian empiris”.[5]
Sedangkan menurut jamaludin ancok (1994;144) psikologi agama adalah ilmu yang berbicara tentang manusia, terutama masalah kepribadian manusia, yang bersifat filsafat, teori, metodelogi, dan pendekatan problem dengan didasari sumber-sumber formal islam (al-Quran dan Al-hadis) dan akal, indra dan intuisi.[6]
Selanjutnya sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama mempunyai lapangan yang menjadi bidang penelitiannya. Dan meskipun secara harfiyah psikologi agama mencakup dua bidang kajian, yaitu jiwa dan kajian mengenai agama, namun penelitiannya memiliki batas-batas tertentu. Psikologi agama membatasi lapangan penelitiannya hanya pada proses kejiwaan manusia yang dihayati secara sadar dalam kondisi yang normal. Manusia yang memiliki norma-norma kehidupan yang luhur dan berperadaban.
Psikologi agama tidak menyinggung persoalan yang menyangkut masalah aqidah atau pokok-pokok keyakinan suatu agama. Demikian juga masalah yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap yang gaib, seperti tuhan dan sifat-sifatnya. Surga dan neraka dengan latarbelakang kehidupan didalamnya.
Dalam hubungan dengan masalah tersebut, psikologi agama hanya mampu meneliti mengenai bagaimana sikap batin seseorang terhadap keyakinannya kepada tuhan, hari kemudian, dan masalah ghaib lainnya. Juga bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi penghayatan batinnya, sehingga menimbulkan berbagai perasaan seperti tentram, tenang, pasrah dan sebagainya.[7]
Jadi psikologi agama adalah suatu cabang dari ilmu psikologi yang membahas pengaruh keagamaan terhadap jiwa individu.
B.     Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Jika ruanglingkup psikologi modern terbatas pada tiga dimensi fisik biologis, kejiwaan da sosio cultural, maka ruang lingkup psikologi islam disamping tiga hal tersebut juga mencakup dimensi kerohanian, dan dimensi spiritual, suatu wilayah yang tak pernah disentuh oleh psikologi barat karena perbedaan pijakan.[8]
Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah daradjat sebagaimana dikutip oleh Dr. Jalaludin, bahwa lapangan penelitian psikologi agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan terhadap suatu agama yang dianutnya. Oleh karena itu ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:[9]
1.      Bermacam-macam emosi yang menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega, dan tentram sehabis sembahyang, rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah dan menyerah setelah berzikir dan ingat kepada allah ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
2.      Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan batin.
3.      Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4.      Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.      Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.
Semua itu tercakup dalam kesadaran beragama dan pengalaman beragama. Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mentaldari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman agama adalah unsure perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliyah).
Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalan kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia.[10]
Psikologi Agama mempelajari psikis manusia dalam hubungannya dengan manifestasi keagamaannya, yaitu kesadaran agama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama: hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan introspeksi. Pengalaman agama: perasaan yang hadir dalam keyakinan sebagai buah dari amal keagamaan semisal melazimkan dzikir. Jadi, obyek studinya dapat berupa: (1) Gejala-gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan; dan (2) Proses hubungan antara psikis manusia dan tingkah laku keagamaannya.Sedangkan menurut istilah psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.[11]
C.     Dasar Psikologi Agama
Dengan kepercayaan umat islam bahwa al-Quran dan as-sunah merupakan
sumber ilmu pengetahuan, maka dasar dari psikologi agama adalah al-quran dan as-sunah.[12] Sebagaimana Firman Allah SWT:
مَّا كَانَ اللّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّىَ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللّهَ يَجْتَبِي مِن رُّسُلِهِ مَن يَشَاءُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَإِن تُؤْمِنُواْ وَتَتَّقُواْ فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini , sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya. dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (QS. Ali 'Imran : 179)[13]
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
 “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar.  Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”(QS. Al- Fushshilat : 53)[14]
Dalam sabda Nabi SAW :
(مالك رواَه) نَبِيِّهِ وَسُنَةَ اللهِ كَتاَبَ بِهماَ تَمَسَّكْتُمْ ماَ تَضِلُّوْا لَنْ أَمْرَيْنِ فِيْكُمْ تَرَكْتُ
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegangan teguh pada keduanya, yaituberupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik)[15]
Ada dua alasan mendasar mengapa kita perlu menghadirkan psikologi islami atau psikologi agama. Alasan yang paling utama adalah karena islam mempunyai pendangan-pandangan sendiri tentang manusia. Al-quran, sumber utama agama islam, adalah kitab petunjuk, didalamnya banyak terdapat rahasia mengenai manusia. Allah sebagai pencipta manusia, tentu tahu secara nyata dan pasti tentang siapa manusia. Lewat al-quran, allah memberitahukan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya, kalau kita ingin tahu manusia lebih nyata dan sungguh-sungguh, maka al-quran adalah sumber yang selayaknya dijadikan acuan utama.[16]
D.     Fungsi Psikologi Agama
Setelah mengetahui ruanglingkup dan dasar-dasar psikologi agama, maka marilah kita belajar memahami tugas dari psikologi agama yang memiliki fungsi:
1.      Menerangkan prilaku yang menyimpang pada diri manusia sesuai dengan syariat
2.      Memprediksi tingkah laku pada manusia sesuai dengan syariat
3.      Mengontrol prilaku yang dilakukan manusia agar tidak terjadi penyimpangan
4.      Mengarahkan manusia untuk mencapai ridho Allah SWT.
            Dengan demikian kehadiran psikologi agama dipenuhi dengan suatu misi besar. Yaitu menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecendrungan alaminya untuk kembali pada allah dan mendapatkan ridha allah SWT. Karena tugas final psikologi agama itu menyelamatkan manusia, maka psikologi harus memanfaatkan ajaran-ajaran agama.[17]
E.      Tujuan Psikologi Agama
Psikologi islam memiliki beberapa tujuan yaitu:
1.        Psikologi islam untuk kesejahtraan seluruh umat
2.        Memprediksi prilaku manusia, mengontrol, dan mengarahkan prilaku
3.        Membangun ilmu dengan visi islam
4.        Agama sebagai dasar pembentukan ilmu[18]
Psikologi islam disusun dengan memakai al-quran sebagai acuan utamanya. Sementara al-quran sendiri diturunkan bukan semata-mata untuk kebaikan umat islam, tetapi untuk kebaikan umat manusia seluruhnya.
رَبِّهِمْ بِإِذْنِ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ مِنَ النَّاسَ لِتُخْرِجَ إِلَيْكَ أَنزَلْنَاهُ كِتَابٌ الَر (١)الْحَمِيدِ الْعَزِيزِ صِرَاطِ إِلَى
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”(QS. Ibrahim: 01)[19]
            Oleh karena itu, dengan sederhana dapat dikatakan bahwa psikologi islam
dibangun dengan arahan untuk kesejahtraan umat.
            Mengenai untuk siapa psikologi ini akan dimanfaatkan, maka kami berpandangan bahwa psikologi islam adalah suatu disiplin ilmu yang universal yang dapat diterapkan untuk semua manusia. Pengembangan psikologi islam tidak terlepas dari apa yang kita sebut sebagai tugas kekhalifahan manusia, yaitu rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil alamin). Tujuan pengembangan psikologi islam pada ujung-ujungnya adalah memecahkan problem dan mengembangkan potensi individu alam memahami pola hidup mereka.
            Dengan demikian walau dasar utama pengembangan psikologi islam adalah al-quran dan al-hadis sehingga ada kesan hanya untuk umat islam namun arah dari usaha ini adalah meningkatkan kesejahtraan umat manusia.
Setelah mengetahui ruanglingkup dan dasar-dasar psikologi agama, maka marilah kita belajar memahami tugas dari psikologi agama yaitu memprediksi prilaku manusia, mengontrol, dan mengarahkan prilaku itu.
            Lebih dari itu, psikologi agama memiliki tugas yang berfungsi untuk menerangkan, memprediksi, mengontrol, dan terutama mengarahkan manusia untuk mencapai ridhonya.
Dengan demikian kehadiran psikologi agama dipenuhi dengan suatu misi besar. Yaitu menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecendrungan alaminya untuk kembali padanya dan mendapatkan ridhanya. Karena tugas final psikologi agama itu menyelamatkan manusia, maka psikologi harus memanfaatkan ajaran-ajaran agama.[20]

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fauzi. Psikologi Umum.  CV Pustaka Setia: Bandung. 1997
Aan anifah dan Abdullah. Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam. Indramayu. 2009.
Depag. Al-Qur’an dan terjemah. Gema risalah press. Bandung.  1993.
Http://blog.uin-malang.ac.id/abrorainun/2010/10/20/hadis-sebagai-sumber-ajaran-islam/. Akses pada tanggal 12-05-2011.
Ramayulis. Psikologi Agama. Kalam Mulya: Jakarta. 2002.
Jalaluddin. Psikologi Agama. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 1994.


[1] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, 1997,  CV Pustaka Setia, Bandung, H 9.
[2] Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009, H 02.
[3] Depag, Al-Qur’an dan terjemah, 1993, Gema risalah press, Bandung,  QS. Al-Fajr 27-30, H 1256.
[4]Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009, H 02.
[6] Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009,  H 04.
[7] Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulya, Jakarta, 2002, H 5.
[8] Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009, H 05.
[9] Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, H 15.
[10]Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, H 15.
[12] Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009, H 14.
[13] Depag, Al-Qur’an dan terjemah, 1993, Gema risalah press, Bandung, QS. Ali 'Imran : 179, H 135.
[14]Depag, Al-Qur’an dan terjemah, 1993, Gema risalah press, Bandung, QS. Al- Fushshilat : 53,  H  965.
[16] Dr. Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994, H 139.
[17] Dr. Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994, H 139.
[18]Aan anifah dan Abdullah,  Makalah Pengertian dan Ruanglingkup psikologi Islam, Indramayu, 2009,  H 24.
[19]Depag, Al-Qur’an dan terjemah, 1993, Gema risalah press, Bandung,  QS. Ibrahim: 01, H 485.
[20] Dr. Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1994, H 149.