Selasa, 18 Juni 2013

Memaknai Kebangkitan Nasional



7f32b615ba4e67d2471a93e203f8d73e_tokoh-kebangkitan-nasionalHari ini tepat tanggal 20 Mei dan lazim kita kenal sebagai hari kebangkitan nasional. Melalui tulisan singkat dan sederhana ini saya ingin memaknai kebangkitan nasional menurut apa yang saya angankan.
Barangkali makna kebangkitan nasional pada saat lahir 104 tahun yang lalu dengan makna kebangkitan nasional saat ini sudah terjadi pergeseran karena perkembangan jaman. Pada saat lahirnya gerakan kebangkitan nasional kala itu tentu lebih menitikberatkan pada perjuangan untuk mewujudkan eksistensi diri sebagai bangsa. Yaitu sebagai bangsa yang merdeka dan berhak menentukan nasibnya sendiri.
Namun makna kebangkitan nasional saat ini tentu kita fokuskan pada bagaimana upaya kita sebagai bangsa bangkit kembali dari situasi keterpurukan moral dan harga diri bangsa. Mungkin ungkapan saya ini agak berlebihan. Tetapi itulah yang saya rasakan sejujurnya. Bagaimana kita masih banyak menyaksikan kesewenang-wenangan pihak yang kuat menindas rakyat jelata. Bagi yang kuat dengan seenaknya memakan hak-hak rakyat dengan cara-cara yang tidak terpuji. Ada dalam bentuk korupsi, manipulasi dan sebagainya.
Gerakan kebangkitan nasional memperbaiki moral dan harga diri bangsa saat ini harus kita lakukan mulai dari diri kita masing-masing. Bagaimana kita bangkit memperbaiki moral kita, bagaimana kita bangkit memperbaiki akhlak dan perilaku kita. Ya semua harus kita mulai dari diri pribadi kita masing-masing. Gerakan kebangkitan nasional memperbaiki moral dan harga diri bangsa barangkali tidak cukup hanya dengan pidato atau ceramah-ceramah dari atas mimbar. Tetapi yang terpenting adalah adanya contoh atau suritauladan dari para pemimpin kita. Seorang ayah, sebagai pemimpin rumah tangga harus bisa menjadi contoh bagi keluarganya. Seorang manajer, harus bisa menjadi contoh bagi bawahannya. Seorang guru, harus bisa menjadi contoh bagi siswa-siswinya. Begitu seterusnya karena pada dasarnya setiap kita adalah pemimpin yang nanti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT atas kepemimpinan kita.
Merosotnya moral barangkali tidak terlepas dari nafsu serakah karena pola hidup hedonisme dan konsumerisme. Pola hidup tersebut mengajarkan bahwa harga diri seseorang dinilai dari melimpahnya harta kekayaan yang dimiliki dan gaya hidupnya. Sehingga untuk mencapai maksud tersebut apa pun ia lakukan. Bisa dengan cara tidak jujur atau pun bisa juga dengan cara mencari pinjaman meski gali lobang tutup lobang.
Nah, untuk memaknai kebangkitan nasional saat ini marilah kita banyak introspeksi diri. Sudah seberapa besarkah yang bisa kita lakukan untuk negara dan bangsa ini. Jangan bertanya sebaliknya. Kemudian kita bulatkan tekad untuk memperbaiki moral dan akhlak kita serta kita tumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Bangga sebagai bangsa yang terhormat dan bangga memakai produk-produk Indonesia. Semoga. Amin.