Selasa, 18 Juni 2013

Sebuah Refleksi di Hari Kesaktian Pancasila


dasar-negara-pancasilaSetiap tanggal 1 Oktober kita peringati bersama sebagai hari Kesaktian Pancasila. Ya, karena pada tanggal tersebut Pancasila telah menunjukkan kesaktiannya dalam menghadapi segala macam ancaman yang ingin menggantikannya dengan dasar negara yang  lain. Pada kesempatan ini saya ingin sedikit merefleksi jiwa nasionalisme kita akan pentingnya keberadaan dasar negara kita Pancasila.
Kita semua telah sepakat bahwa dari Sabang sampai Merauke yang terdiri lebih dari 13.000 pulau ini, mengakui dan akan tetap menjaga dasar negara kita Pancasila. Tidak pernah terbesit dalam hati kita sebagai bangsa Indonesia untuk mengganti Pancasila dengan dasar negara yang lain. Hal ini karena dengan satu dasar negara Pancasila sudah sangat cukup dan mampu mewadahi semua paham, suku, ras, agama, aneka budaya dan sebagainya yang hidup di bumi Indonesia ini.
Namun demikian seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan jaman, sepertinya kita generasi muda ini mulai sedikit bergeser dan menjauh dari nilai-nilai luhur  Pancasila. Mari dengan hati yang jujur kita melihat kenyataan yang ada di dalam masyarakat kita saat ini. Apakah sikap dan perilaku  kita sehari-hari sudah mencerminkan dan sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila?
Ambillah contoh sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita tentu mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Bangsa yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tempat bagi kaum atheis di bumi Indonesia ini. Kita diberi kebebasan memeluk agama dan keyakinan kita masing-masing serta beribadah menurut agama dan keyakinan kita tersebut.
Dengan agama dan keyakinan kita masing-masing, kita yakin bahwa Tuhan itu Maha Tahu. Tuhan itu Maha Melihat. Tuhan itu Maha Mendengar. Tuhan itu tidak pernah lalai dan tidur. Jadi dalam setiap gerak-gerik kehidupan kita di dunia ini, baik yang tersirat maupun yang tersurat, Tuhan pasti Melihat dan Mengetahuinya. Singkat kata, tidak ada lagi tempat bersembunyi di bumi Indonesia atau di dunia ini yang tidak dilihat Tuhan.
Namun, tanpa kita sadari sering kita menafikan keberadaan Tuhan tersebut. Seolah kita berbuat tanpa pengawasan Tuhan. Seenaknya kita melalaikan Tuhan.  Lihat saja contohnya, betapa ringannya kita meninggalkan kewajiban beribadah kepada Tuhan. Betapa mudahnya kita menipu, betapa mudahnya kita mencuri, betapa mudahnya kita korupsi dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang semua itu mencerminkan bahwa dalam hati kita sudah meninggalkan keyakinan bahwa Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Melihat.
Lha kalau perilaku kita sudah tidak mencerminkan orang yang berke-Tuhanan lagi, lalu apakah pantas kita mengakui bahwa kita orang yang ber-Tuhan? Lalu bagaimana wujud pengamalan kita atas sila pertama Pancasila?
Barangkali kalau kita konsisten dan memiliki komitmen untuk mengamalkan sila pertama Pancasila dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan kita sehari-hari, insya Allah sila yang kedua, ketiga, keempat dan kelima otomatis akan teramalkan dengan sendirinya.
Saudaraku sebangsa dan setanah air, mari kita junjung tinggi dan amalkan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut untuk  mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Semoga kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara ini akan semakin tenteram dan  damai di bawah lindungan Allah SWT. Amin ya Robal’alamin.