Sudahkah anda tahu bahwa Nabi Adam kakeknya semua manusia itu berasal dari Indonesia? Kalau belum tahu, mari kita cari tahu. Pertama kita harus cari tahu, kira-kira bahan baku untuk menciptakan Adam itu apa? Kalau berdasarkan keterangan Kitab Suci, ia diciptakan dari tanah liat (at-thin).Sekarang pertanyaan boleh terlanjur ke kira-kira tanah liat yang dipakai untuk memoles Adam itu berasal dari mana? Apakah dari Mekah, Iran, Irak, atau daerah Timur Tengah lainnya? Secara ilmu kirology (kiro-kiro logos) awam saja kita tak percaya bahwa tanah liat itu dari negeri yang gersang. Tak mungkin lah, karena untuk bikin “cetakannya manusia” yang berupa Adam harus dibutuhkan tanah lempung yang kualitas wahid.
Lemah
lempung yang bisa untuk bikin kerajinan gerabah itu, tak mungkin
diambilkan dari tanah yang tak mempunyai kandungan air. Karena tanah
itu dikatakan tidak liat, sebab tanpa air. Bila tanpa air bahan baku
kita itu bersifat powder atau semacam bedak yang bisa ditaburkan.
Dikatakan at-thin atau
tanah liat, karena tujuh puluh persen kandungan tanah itu berupa air.
Ini bisa anda kaitkan dengan tubuh manusia yang didominasi oleh air,
dan katanya sih sampai tujuh puluh persen. Juga kategori teori
mickrokosmos yang berujar bahwa bumi itu replica dari jasad manusia,
sehingga bisa dipersamakan kandungan airnya jika dilihat dari luasan
bumi yang dihuni air mencapai tujuh puluh persen.
Maka
tak mungkin tanah itu diambilkan dari daerah Timur Tengah yang jarang
hujan itu. Yang saya tahu, tanah liat itu dipungut di dataran paling
subur di dunia, yakni di Djawadwipa.
Anda bisa melacak masalah
kesuburan tanah dengan membanding-bandingkannya dengan wilayah negara
manapun, maka tak akan mungkin anda mendapatkan tanah yang suburnya
sebanding dengan kesuburan tanah Indonesia. Terus apa hubungan antara
tanah liat dengan tanah subur? Ya jelas ada hubungannya, karena tanah
liat sifatnya banyak mengandung air, sedangkan Allah sendiri berfirman
bahwa ia menurunkan air hujan itu untuk menumbuhkan segala hal yang ada
di bumi ini. Air menjadi dalang penumbuh itu, kalau ia sudah meresap
dalam tanah. Bisa diserap akar-akar dan disimpannya menjadi penyangga
hidup tumbuhan untuk bahan proses fotosintesis. Air menelusup ke dalam
tanah, menjadi pelicin bagi mikroorganisme yang bersemangat untuk
menyuburkan tanah. Air juga mengendap didasar tanah, dan digali oleh
manusia untuk diambili, karena kebutuhan manusia untuk kesuburannya,
lingkungan dan anak cucunya.
Maka
sebenarnya teori penciptaan dari “tanah liat” itu, dalam arti lain
bahwa manusia itu dibikin dari dominasi air dan sedikit tanah. Makanya
Allah SWT selalu bilang bahwa, selepas penciptaan manusia versi tanah
liat, Ia menegaskan bahwa manusia itu diciptakan dari air yang
memancar, dan beberapa istilah air yang lain yang digunakan dalam
al-Qur’an.
Di Timur Tengah tanahnya gersang, kebanyakan disana
padang pasir. Dalam ilmu tanah dikatakan bahwa kesuburan tanah itu,
karena tingginya keasaman tanah dan banyak mengandung air. Tanah yang
tanpa air tak bisa diurai oleh cacing yang anatomi tubuhnya juga
mengandung banyak air. Air yang selamat dari jamahan cacing, maka
celaka kering kerontang, tak akan pernah menemukan anugrah kesuburan.
Secara
teori pun dalam sejarah pernah disebutkan bahwa negeri yang paling
subur di kawasan buana ini adalah negeri yang banyak terdapat jajaran
gunung berapi. Kita juga bisa melacak sejarah yang mengatakan bahwa
sumber peradaban manusia pertama sebelum Yunani adalah di wilayah yang
banyak gunung berapinya. Sejarawan Spanyol pernah bilang seperti itu.
Ini indikasi bahwa manusia Indonesia memang sebagai akarnya semua
manusia di dunia.
Anda bisa keliling mencari tahu lewat google
earth, atau melacak sejarah pegunungan, maka hanya didapati daerah yang
kaya gunung berapinya adalah di Kawasan Nusantara ini. Kita juga bisa
menggunakan fasilitas google earth untuk keliling sekedar melihat warna
tanah di beberapa negara. Coba bandingkan di antara wilayah-wilayah
mana, yang hijaunya lebih memikat dibandingkan dengan kawasan Indonesia
ini. Makanya dijuluki sebagai zamrud katulistiwa.
Adam dijadikan oleh Allah sebagai khalifatullah fil arld,
yang akan mengkhilafahi bumi, menyuburkan bumi, mengelola bumi,
mengembangbiakkan peradaban bumi, maka pada dirinyalah letak
kesuburannya. Tak mungkin tho…Adam yang didapuk untuk menyuburkan bumi,
tapi dirinya tak subur.
Karena Adam akan dijadikan Khalifah di muka
bumi, maka ia tidak bisa tidak harus berbahan baku dari bumi. Karena
kalau bahan bakunya dari surga, maka tidak familier dong. Sebagaimaan
iblis yang tercipta dari api, maka ia lebih familier menjadi khalifah
di neraka. Dan malaikat yang tercipta dari cahaya, maka dia sifatnya
“frekwensi” yang tidak bisa menjadi khalifah di bumi yang masih terkait
dengan ruang dan waktu. Ia lebih baik di sorga saja, atau bolak-balik
sorga-dunia juga boleh, toh kayaknya tak butuh, makan dan biaya, tak
merasa lapar dan dahaga.Dalam Teori Quantum Kecepatan cahaya melepaskan keterkaitannya dengan batas-batas ruang dan batas-batas waktu. Maka malaikat tak pernah sukses jadi mentor di bumi.
Kalau ada yang protes bahwa Adam diturunkan ke bumi ini karena dia melanggar perintah dari Allah. Siapa bilang? Wong sebelum
ada acara menerobos peringatan Allah SWT untuk tidak memakan buah
khuldi, Allah sudah bisik-bisik sama para malaikat lebih dulu bahwa
dirinya akan menciptakan makhluk yang akan menjadi Khalifah di bumi,
bukan di Sorga. Jadi sebelum ada scenario dari Allah tentang “jeratan
iblis”, sudah lebih dulu Allah berencana, bahkan rencananya disharingkan
kepada para malaikat. Waktu itu, malaikat kan juga sempat protes.
Karena makhluk yang baru itu, menurut persepsi malaikat, kerjaannya akan
selalu merusak bumi dan menumpahkan darah. Tapi Allah SWT Maha Tahu
apa yang ia rencanakan.
Dengan
“barang bumi” berupa tanah liat. Maka bisa dikatakan bahwa tanah liat
itu bisa bermakna tanah yang subur. Maka diulang-ulang lagi bahwa hanya
di Indonesialah tanah yang paling subur. Maka sudah sepantasnya Mbah
Adam berbahan baku lempung nasional cap Jawadwipa.
Belum
lagi kita singgung masalah rasionalitas jenis kulit yang dipake orang
jawa. Kenapa kok sawo matang? Itu namanya bertanya tentang eksistensi.
Karena kalau Adam dan hawa berkulit putih, maka anak turunnya tak
mungkin berkulit hitam legam. Tapi seandainya ia berkulit sawo matang,
maka ada dua kemungkinan melahirkan anak cucu yang berkulit putih,
seandainya campuran putihnya lebih banyak dari hitamnya, sebaliknya
anak cucunya ada yang berkulit legam karena ibarat kopi susu, kopinya
lebih banyak dibandingkan dengan susunya. Jadilah Black White kayak
Michael Jackson itu….