Sabtu, 10 Januari 2015

PPI (Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Barat)


Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Barat
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting terhadap pembentukan karakter dan pembangun  peradaban suatu bangsa. Setidaknya ada tiga faktor pembentukan sebuah peradaban yaitu pandangan hidup (worldview), ilmu pengetahuan (science) dan salah satunya adalah pendidikan (education). Kaitan antara ketiga faktor tersebut merupakan vicious circle (lingkaran setan). Artinya pandangan hidup dapat lahir dan berkembang dari akumulasi ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan.
Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai pendidikan. Paham rasionalisme empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga out put yang ‘dihasilkan’ pun berbeda.
Tokoh pendidikan Barat, John Dewey mengatakan bahwa Pendidikan suatu bangsa dapat ditinjau dari dua segi; pertama, dari sudut pandang masyarakat (community perspective), dan kedua, dari segi pandangan individu (individual perspective). Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berlanjutan. Sedangkan dari sudut pandang individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.
Jadi, Pendidikan merupakan sebuah proses, bukan hanya sekedar mengembangkan aspek intelektual semata atau hanya sebagai transfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain saja, tapi juga sebagai proses transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala aspeknya. Dengan kata lain, pendidikan juga ikut berperan dalam membangun peradaban dan membangun masa depan bangsa
PERBAHASAN
Pengertian Pendidikan Islam
Dr. Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya (whole human education); akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Sedangkan Prof. Dr. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di dalamnya terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena perkembangan , yaitu:
1.     Potensi psikologis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas bijak dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.
2.     Potensi perkembangan kehidupan manusia sebagai ‘khalifah’ di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang alamiah maupun yang ijtima\’iyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Dari pendapat dua tokoh Islam diatas dapat diambil kesimpulan  bahwa pendidikan Islam, bukan hanya mementingakan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan di akhirat. Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Hal ini mendorong perlunya mengetahui tujuan-tujuan pendidikan Islam secara jelas.


Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan pada tiga bidang asasi, yaitu :
a.    Tujuan-tujuan individual, seperti pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi mereka, serta pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada kehidupan dunia dan akhirat.
b.    Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan keseluruhan tingkah laku masyarakat umumnya.
c.    Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktifitas di antara aktifitas-aktifitas masyarakat.
Meskipun demikian tujuan akhir sebuah pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup seseorang Muslim. Karena Pendidikan Islam itu hanyalah suatu sarana untuk mencapai tujuan hidup Muslim, bukan tujuan akhir. Dan tentunya tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai tentunya harus berangkat dari dasar-dasar pokok pendidikan dalam ajaran Islam, yaitu keutuhan (syumuliah), keterpaduan, kesinambungan, keaslian, bersifat praktikal, kesetiakawanan dan keterbukaan. Dan yang paling penting adalah tujuan pendidikan tersebut dapat diterjemahkan secara operasional ke dalam silabus dan mata pelajaran yang diajarkan di berbagai tingkat pendidikan, rendah, menengah dan perguruan tinggi, malah juga pada lembaga-lembag pendidikan non formal.
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam mempunyai beberapa karakteristik yaitu
·         pertama, Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat. 
·         Kedua, Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. 
·         Ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
·         Keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum. 
·         kelima, penyesuaian terhadap perkembangan jiwa, dan bakat anak. keenam, pengembangan kepribadian serta penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab.
Dengan karakteristik-karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas keunggulan pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena, pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Pengertian Pendidikan Barat
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Prancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur kebenaran.
Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya
Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat,
·         pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia;
·         kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran; 
·         ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular;
·         keempat, menggunakan doktrin humanisme
·        kelima, menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat dan Islam di Indonesia
Pada awalnya, Belanda memberlakukandua sistem yaitu :- sistem tanam paksa- sistem ekonomi liberal .Namun, keduanya tidak berdampak positif  bagi Indonesia, justru memberi keuntungan yang lebih besar untuk Belanda
Untuk mengatasi penderitaan rakyat Indonesia,Van de Venter bersama dengan golongan humanis dll. mencetuskan Politik Ethis yang meliputi :- edukasi- irigasi- migrasi
Dalam pelaksanaan politik ethis, terjadi berbagai penyimpangan yaitu :- edukasi harusnya ditujukan untuk seluruh rakyat, tetapi kenyataannya hanya ditujukan kepada golongan bangsawan dan dipersiapkan untuk mencetak pegawai rendahan- irigasi untuk sawah rakyat, tetapi dialihkan untuk mengairi perkebunan Belanda- migrasi dilakukan untuk menyejahterakan rakyat, namun disalahgunakan supaya rakyat menjadi buruh di perkebunan milik Belanda
Seiring dengan kemajuan ekonomi danperusahaan-perusahaan Belanda diIndonesia, akhirnya menyadarkan pemerintah Belanda bahwa Indonesia kekurangan akan tenaga ahli dan terdidik.Belanda membangun sekolah-sekolahseperti Volkseh School, Iulaudseh School,dll.
Melihat perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah Belanda, pihak swasta ingin ikut mengembangkan pendidikan juga lewat pembangunan sekolah seperti :- Taman Siswa- Ksatrian Institut- INS Kayu Tanam- Perguruan Rakyat
Perkembangan pendidikan yang dilakukan oleh pihak swasta berhasil mengembangkan budaya nasional untukmengimbangi pengaruh budaya Barat
 Sekolah swasta di Indonesia biasanya berupa sekolah agama seperti madrasah. Sekolah swasta di Indonesia berkembang dengan pesat. Kebanyakan sekolah swasta pribumi bersifat ANTI KOLONIAL
Akibat dari meluasnya pendidikan diIndonesia adalah : timbulnya corak ideology Perkembangan pendidikan di Indonesia sangat erat dikaitkan dengan kebangkitan Islam dan pelaksanaan politik ethis
Dampak penting pelaksanaan politik ethis pada bidang edukasi adalah :- masuknya sistem pendidikan barat ke Indonesia (sistem pendidikan Belanda, sampai sekarang masih dipakai)- berdirinya sekolah-sekolah mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi, swasta maupun pemerintah- munculnya golongan terpelajar atau cendekiawan
KESIMPULAN
Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat di atas memperlihatkan adanya kesenjangan pola berfikir yang digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan karakter yang berbeda. Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris, rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci al-Qur’an yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para ulama.
Jika Westernisasi ilmu hanya menghasilkan ilmu-ilmu sekular yang cenderung menjauhkan manusia dengan agamanya, maka Islamisasi ilmu justru mampu membangunkan pemikiran dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani pribadi muslim yang akan menambahkan lagi keimanannya kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSAKA
Konsep Pendidikan dalam Islam Syed Muhammad Naquib al-Attas ,1980
Karakter Pendidikan Islam vs Pendidikan Barat Muhammad Deden Suryadiningrat , Januari 2011