Sabtu, 10 Januari 2015

SUPERVISI PENDIDIKAN

PEMBAHASAN
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau Supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Dapat diketahui bahwa hakikat dari Supervisi adalah Suatu proses pertimbangan pembinaan dari pihak atasan kepada guru dan personalia sekolah lainnya untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, sehingga para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Dan dengan adanya tujuan Supervisi itu sendiri untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
Ø  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUPERVISI
            Bekerja dengan orang lain merupakan hal yang sangat kompleks. Setiap guru mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Disamping itu, sifat, pembawaan, ciri-ciri fisik dan lain-lain akan sangat mempengaruhi bagaimana bentuk interaksi yang terjadi. Selain itu pergaulan antara guru dengan muridnya sudah akan mengubah karakteristik guru jika berhadapan dengan supervisor. Supervisor yang bertugas untuk memberikan bantuan kepada guru di dalam meningkatkan kualitas pengajarannya, akan mempunyai efek yang belum tentu sama bagi guru yang berbeda, bagi guru yang sama dalam situasi berbeda, atau guru yang sama, situasi yang sama tetapi untuk kasus yang berbeda.
            Untuk menggabungkan semuanya ini supervisor dituntut mempunyai kemampuan yang cukup canggih kalau ia menginginkan hasil seperti yang diharapkan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan tergambar seperti gambar di bawah ini :
            Pada gambar tersebut terlihat hubungan antara supervisor dengan guru secara individual (kita sebut saja guru A). Bagaimana supervisor memperlakukan guru A tersebut dipengaruhi oleh pribadi guru A sendiri ditambah dengan bagaimana guru A tersebut berinteraksi dengan muridnya. Di samping itu perlakuan supervisor kepada guru A masih harus mempertimbangkan guru B dan guru C (misalnya supaya tidak menimbulkan iri hati mereka berdua), Kepala Sekolah dan pengurus sekolah yang lain, orangtua murid dan anggota masyarakat luas. Murid-murid lain (dalam arti murid yang tidak secara langsung ditangani oleh guru A yang sedang menjadi subyek untuk disupervisi, juga harus mendapat perhatian sebagai bahan pertimbangan.


 

Gambar 17. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Supervisi
            Memang pekerjaan supervisi merupakan pekerjaan yang sifatnya sangat individual. Untuk dapat melakukan pekerjaan ini, supervisor harus menguasai ilmu jiwa, teknik berinteraksi, berbagai orientasi di dalam supervise dan lain-lain. Jika seorang supervisor hanya menguasai satu atau dua pandangan tentang orientasi supervisor, maka ia akan menjumpai banyak kesulitan, bukan hanya yang bersangkutan dengan guru yang dilayani, tetapi juga bagaimana guru yang disupervisi dapat melayani muridnya. Muridnya itu sendiri bukan tunggal, tetapi banyak sekali yang masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
            Dan seorang supervisor harus mempunyai kemampuan yang diberi istilah “flex” yaitu  tingkat kemampuan seseorang atau supervisor untuk dapat bertindak dalam berbagai bentuk sesuai dengan orang yang dihadapi.[1]
Ø  PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
Dalam perkembangannya, supervsisi pendidikan tidak terlepas daripada pengaruh teori-teori administrasi dan manajemen. Dan supervisi juga melandaskan dirinya pada pandangan tertentu yang selalu berkembang menuju kesempurnaannya. Pandangan-pandangan tersebut menyebabkan munculnya pendekatan-pendekatan yang mewarnai konsep dan praktek supervisi pendidikan.[2]
Pendekatan-pendekatan yang digunakan didalam kegiatan supervisi bertitik tolak dari adanya pandangan aliran-aliran yang berkaitan dengan belajar. Maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervise. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan, perilaku supervisor:
1)      Pendekatan Langsung (Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
1.      Menjelaskan (Clarifying)
2.      Menampilkan (Presenting)
3.      Mengarahkan (Directing)
4.      Memberi contoh (Demonstrating)
5.      Menetapkan tolok ukur (Standardicing)
6.      Meyakinkan (Reinforcing).
Tujuan konkrit yang akan dicapai dalam pelaksanaan supervise tersebut ialah untuk meningkatkan kemampuan guru.
v  Contoh pendekatan langsung pada percakapan awal. Percakapan kepala sekolah sebagai supervisor, dan Pak Agus, guru bahasa Indonesia di kelas II SLTP) .
K.S      :           Saya dengar bahwa Anda punya masalah dengan dua siswa dikelas II
                        SLTP.
Agus    :           masalah apa Pak ? tidak ada apa-apa. Anak-anak dikelas baik-baik
                        semuanya.
K.S      :           Masa’! Tidak ada masalah ? Ada siswa yang datang kepada saya dan
mereka mengeluh. Karena Anda merobek-robek buku catatan pekerjaan rumah mereka.
Agus    :           Oh, ya, itu  benar. Tapi karena masalahnya mereka punya tulisan yang
tidak teratur seperti cakar ayam. Dan mereka hanya menyontek pekerjaan teman.
K.S      :           Benar, mereka membuat salah. Tapi cara menghukum dengan me-
                        robek-robek buku tulis di muka teman-teman itu tidak bijaksana !
Agus    :           Ya, sudah beberapa kali saya peringatkan mereka supaya buku catatan
                        pekerjaan Rumah harus rapi dan tidak boleh menyontek.
K.S      :           Kalau begitu Anda memanggil mereka dan tanyakan mengapa mereka
                        membuat begitu.
Agus    :           Baik Pak. Saya akan mengerjakan itu. Dan akan saya laporkan kepada
                        Bapak.
Ini percakapan awal, dapat diteruskan setelah guru bertemu dengan siswa itu dan melaporkan hasil percakapannya dengan kepala sekolah.[3]
            Perilaku supervisor seperti disebut diatas dilakukan secara bertahap. Percakapan awal dan diikuti dengan percakapan setelah dikemukakan permasalahan yang diperoleh melalui observasi atau interview. Biasanya percakapan ini diterapkan terhadap guru-guru yang acuh-acuh dan tidak bermutu.
2)      Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Pendekatan ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistic. Psikologi humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Supervisor mencoba mendengarkan, memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut:
1.      Mendengarkan (Listening)
2.      Menjelaskan (Clarifying)
3.      Menguatkan (Encouraging)
4.      Menyajikan (Presenting)
Diharapkan melalui cara ini guru-guru dapat menemukan dirinya sendiri. Supervisor mengambil inisiatif untuk melihat evaluasi guru dan melalui cara itu guru dapat menemukan dirinya sendiri. Supervisor yang Non Directive lebih fleksibel dari kolaboratifdan direktif.
Dalam supervisi ini gurulah yang menentukan langkah-langkah bila akan diadakan percakapan. Jadi bukan inisiatif Supervisor seperti pendekatan direktif, tapi gurulah yang mengambil inisiatif.
v  Contoh penerapan pendekatan non-direktif. Percakapan kepala SMU dengan Pak Sakri, guru Bahasa Inggris:
Pak Sakri         :           Pada saat istirahat Pak Sakri berdiri di dekat pintu ruang guru
                                    sambil termenung.                              
Kepala sekolah:           Menyapa: Pak Sakri, mengapa Anda termenung? Apa yang
                                    Anda Pikirkan ?
                                    Lama, Pak Sakri berpikir. Lalu ia mengungkapkan keluh kesah
                                    nya.
Pak Sakri         :           Saya sedang Memikirkan si Tono siswa kelas II. Hasil belajar
                                    nya rata-rata baik semuanya. Hanya bahasa inggrisnya tidak
                                    baik. Saya sudah mendekati dia tapi dia diam saja.
Kepala sekolah:           Pak Sakri, saya pikir ada banyak cara untuk memahami Tono.
                                    Coba dekati dia lagi.
Pak Sakri         :           Baik Pak, saya memerlukan waktu untuk mendekati dia.
Kepala sekolah:           Saya percaya bahwa Pak Sakri akan berhasil.
            Pak Sakri mencoba mengajak Tono. Waktu istirahat Pak Sakri berjalan mendekati Tono, diajak berbincang tentang hobinya di rumah. Tono bercerita tentang kesibukannya dirumah. Tono mengatakan bahwa dia banyak membantu orang tua di rumah. Dan tidak ada buku bahasa inggris di rumah. Guru meminjamkan beberapa buku agar Tono membacanya.
            Beberapa waktu kemudian Pak Sakri menceritakan kepada kepala sekolah bahwa Tono sekarang sudah rajin membaca buku bahasa inggris. Kadang-kadang dia membuat syair dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana.  Dan kepala sekolah meminta agar Tono mendeklamasikan syairnya kepada anak-anak disekolah itu.
            Sebulan kemudian Pak Sakri menceritakan kepada kepala sekolah bahwa Tono telah tampil dengan semangat baru bila mengikuti pelajaran Bahasa Inggris.
            Kepala sekolah sangat gembira, karena Tono telah mengalami perubahan dan sudah senang dengan bahasa Inggris.
            Akhir semester Pak Sakri melaporkan bahwa nilai bahasa Inggris Tono sangat memuaskan. Kepala sekolah sangat gembira dan berterima kasih atas usaha Pak Sakri.
3)      Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara pendekatan baru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Yang beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:
1.      Menyajikan
2.      Menjelaskan
3.      Mendengarkan (Listening)
4.      Memecahkan masalah (Problem Solving)
5.      Negosiasi (Negotiating)
Hasil akhir yang diharapkan ialah adanya kesepakatan bersama antara Supervisor dan Guru yang menetapkan struktur, proses dan kriteria untuk menentukan perbaikan pengajaran.
Pada pendekatan kolaboratif ini yaitu memadukan atau menggabungkan pendekatan cara pendekatan direktif dan non direktif menjadi cara pendekatan baru. Sudah tentu pendekatan itu diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:
a.       Percakapan awal
b.      Observasi
c.       Analisis/interpretasi
d.      Percakapan akhir
e.       Analisis akhir
f.       Diskusi
a.       Percakapan awal         : Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya.
  Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru.
b.      Observasi                    : Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan
  Mengobservasi kelas atau sebaliknya guru mengun-
  dang supervisor untuk mengadakan observasi dikelas.
c.       Analisis                       : Dalam observasi digunakan alat pencatatan data. Data
  dianalisis dan ditafsir.
d.      Percakapan akhir         : Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam
  suatu percakapan.
e.       Analisis akhir              : Hasil percakapan yang dibahas disimpulkan untuk
  ditindaklanjuti.
f.       Diskusi                        : Tahap terakhir diadakan diskusi.
Dalam proses pemberian supervisi, ingatlah pendekatan, perilaku supervisor dan teknik pemberian supervisi yang dikemukakan dapat diterapkan.[4]
Ø  LANGKAH-LANGKAH DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
            Walaupun kegiatan supervisi dititikberatkan pada perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar di kelas, namun kesuksesan pekerjaannya secara tidak langsung sangat berhubungan dengan lingkungan sekolah. Menurut Hoy sebelum supervisor melakukan tugasnya terlebih dahulu mereka harus melihat kondisi konteks atau lingkungannya.
            Perlu terlebih dahulu difahami dan diyakinkan bahwa tujuan kegiatan supervisi bukanlah individu guru yang disupervisi, tetapi meningkatkan efektivitas pengajaran, jadi yang dituju ialah lingkungan belajar.[5]
            Supervisi adalah suatu bentuk tindakan terhadap guru yang sedang dalam proses interaksi dengan murid. Dengan demikian supervisi adalah suatu bentuk “intervensi”.
LINGKUNGAN BELAJAR
 
Guru
 
Murid
 
Trapezoid: SUPERVISII
Gambar 22. Intervensi Supervisi Terhadap Interaksi Guru-Murid
            Agar intervensinya dapat berjalan dengan efektif maka kegiatan supervisi tersebut harus dilakukan melalui langkah-langkah atau tahap-tahap diagnosis, sebagai berikut:
1.      Identifikasi masalah : yaitu mengidentifikasikan celah antara keadaan yang sekarang ada dengan keadaan yang diharapkan.
2.      Diagnosis penyebab, yaitu penelitian mengenai kemungkinan sebab-sebab timbulnya masalah dengan cara menguji faktor-faktor penghambat (kendala) maupun faktor-faktor penunjang.
3.      Mengembangkan rencana kegiatan, yaitu mengembangkan strategi untuk bertindak dengan secara rinci menelaah setiap alternative yang ada, mengantisipasikan akibat-akibat yang mungkin timbul, mempertimbangkan, untuk kemudian memilih salah-satu untuk dilaksanakan.
4.      Melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan dengan menerjemahkan setiap langkah perencanaan dengan prosedur yang khusus.
5.      Mengevaluasi rencana kegiatan: melihat kembali keterlaksanaan, dan lain-lain yang perlu dipertimbangkan di dalam pelaksanaan nanti.[6]
KESIMPULAN
            Setiap aktivitas pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dengan demikian tujuan pendidikan di sekolah dapat dicapai bila kegiatan administrasi dan supervisi dilakukan secara sistematis dan continue, serta menyeluruh. Dengan tujuan pendidikan inilah yang akan membentuk suatu langkah-langkah supervisi dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
            Tak hanya itu, didalam suatu supervisi, tak akan lepas dari Lingkup yang mempengaruhi keadaan sekitar, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi supervisi pendidikan, contohnya seperti ; Guru, murid, orang tua dan masyarakat sekitar, dsb. Yang mana dari berbagai macam karakter, dapat menimbulkan suatu problematika antar sesama, yang mana suatu masalah inilah yang akan di atasi oleh seorang supervisor. Dengan cara mengadakan pendekatan-pendekatan terhadap para guru, atau orang tua murid, pendekatan dalam supervisi pendidikan inilah yang akan mampu mengawasi suatu pembelajaran, dan agar bisa tercapai suatu tujuan pendidikan tersebut.


[1] Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), Hal 159-160
[2] Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Hal 288
[3] Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Hal 66-67
[4] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Hal 46-52
[5] Oteng Sutisna, Konsep Supervisi Pendidikan, (Bandung: Angkasa,1999), Hal 236
[6] Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), Hal 171-173