Minggu, 10 Maret 2013

Pemikiran awal tolak kemajuan manusia!!!


Posted by Drs.H.Mutawalli, M.Pd.I on September 8, 2009
ibnu sina
Kebangkitan manusia ditentukan oleh pemikirannya. Pemikiran tentang alam semesta, manusia dan hidup serta hubungannya dengan sesuatu sebelum dan sesudahnya. Pemikiran yang menyeluruh sekaligus mendalam inilah yang akan menghasilkan sebuah ide dasar kehidupan yang disebut ideologi.
Manusia ideologis, tak sekedar hidup tapi menyadiri harus menyebarkan dan memperjuangkan ideologi yang dia yakini. Apapun dilakukan untuk mencapai keberhasilan ideologinya, termasuk menulis. Menulis menjadi bagian perjuangan mereka, banyak pejuang ideologis mampu menuliskan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai artikel atau buku. Mereka mampu membangkitkan ideologi Islam umat sekaligus mewariskan ruh perjuangannya.
Menulis bagi muslim ideologis berarti mengkristalkan pemikiran dan memperluas penyebarannya. Menulis juga berarti meningkatkan penguasaan berbagai realitas dan tsaqofah aktivis dakwah. Meningkatkan kredibilitas dan kapabilitas intelektual penulisnya. Kebangkitan berfikir akan lebih sempurna bila diikuti kebangkitan menulis para pejuang Islam Ideologis.
Sejarah umat Islam dengan berbagai kemajuan dunia tulis-menulisnya  menjadi sebuah bukti keunggulan peradaban Islam atas peradaban lainnya. Banyak sejarawan menulis keunggulan itu, baik muslim maupun non muslim. Di era itulah lahir banyak perubahan yang spektakuler dari rahim Islam. Kemajuan di bidang pemikiran, hukum, ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Karya-karya para Imam Malik, Syafii, Ahmad dan Hanafi, maupun Ibn Rusyd, Ibn Sina, Al-Ghazali, Al-Farabi, Al-Hawarizmi, Al-Kindi, Ibn Khaldun, dan pemikir-pemikir besar Islam lainnya menghiasi perkembangan peradaban yang spektakuler itu.

Pada kala itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan gelap gulita. Dalam kehidupan publik, sejarawan mencatat bahwa ketika London gelap gulita di malam hari dan di Prancis becek di waktu hujan, di Cordoba dan Baghdad jalan-jalannya mulus dan di malam hari terang benderang. Koleksi buku seorang ulama di Baghdad mencapai 400 ribu judul, sementara isi perpustakaan raja Prancis hanya 400 judul buku.
Bagaimana dengan sekarang? kondisi di atas justru terbalik. Di negara-negara Eropa dan Amerika memiliki bangunan-bangunan yang megah, dan perpustakaan-perpustakaan terbaik yang menghimpun buku-buku dari semua negara. Sedangkan di negeri-negeri Islam justru mengharap bisa belajar dari mereka baik ilmu pengetahuan dan teknologi, tak ketinggalan ideologi sekulerismenya pun diyakini. Ini sungguh ironis, satu-satunya umat yang memiliki kitab suci paling sempurna justru meminta orang kafir untuk mengajarinya tentang keimanan dan Islam.
Agar tidak terkecoh dengan kebangkitan yang sekedar materi dan jumlah  intelektual sekuler amupun IPTEK saja, maka pemahaman ideologi Islam harus ditanamkan kepada umat. Banyak cara yang bisa ditempuh, salah satunya adalah menulis pemikiran-pemikiran Islam ideologis dan menyebarkan ke semua orang.
Tulisan Islam ideologis yang sistematis mampu menandingi argumentasi intelektual sekuler atau liberal yang bergelar doktor sekalipun. Yakinlah, sudah banyak buktinya, tinggal kita sendiri yang harus terus membaca dan mengkaji berbagai pemikiran terkini.
Bila kita menyadari akan pentingnya menulis dalam menyempurnakan kebangkitan berfikir, sekaligus sebagai serangan yang membunuh setiap pemikiran ideologi lain. Maka, menulislah untuk membangkitkan umat dengan dasar ideologi Islam kita. Tunggu apalagi, ayo menulis yang ideologis.