PEMBAHASAN
AGAMA SEBAGAI OBJEK ILMU JIWA
Objek Kajian Psikologi Agama
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan (emotion) dan kehendak (konasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia.Namun terkadang ada diantara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran.Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelemahan maupun sugesti.
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan.Jadi secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama karena ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu, sedangkan ilmu psikologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah. Secara umum, psikologi memiliki arti ilmu tentang jiwa.Namun karena jiwa itu abstrak dan tidak bisa dikaji secara empiris, maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah laku manusia.Oleh karena itu karena yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah laku, maka terjadilah beberapa pemahaman yang berbeda mengenai definisi tingkah laku itu sendiri.Ada yang memahami psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab (Jalaludin dalam Bambang, 2008: 11).Sementara Robert H Touless mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tingkah laku dan pengalaman manusia.
Secara umum psikologi adalah sebuah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dan gejala kejiwaan. Dalam bahasa Arab, psikologi sering disebut dengan ilmun-nafs atau ilmu jiwa.Sedangkan kata nafs dalam bahasa Arab mengandung arti jiwa, ruh, darah, jasad, orang dan diri (Hamdani Bakran, 2007: 25).
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Perbedaan pengertian agama, menurut J.H Leuba (dalam Bambang, 2008:12), bersumber dari perbedaan pendapat penulis bagaimana mereka menggunakan istilah tersebut dalam penelitiannya.Memang agama sebagai bentuk keyakinan cukup sulit untuk diukur secara tepat.Hal inilah membuat para ahli kesulitan mendefiniskan agama.
Harun Nasution merumuskan empat hal yang terdapat dalam agama antara lain :
1. Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia.
2. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan buruk manusia.
3. Respon penyembahan manusia terhadap kekuatan gaib.
4. Paham akan adanya sesuatu yang suci, bisa berupa kekuatan gaib, ajarannya dalam bentuk kitab atau tempat-tempat tertentu.
Dalam faktanya, agama menunjukkan berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan dan tidak boleh diabaikan.
Namun demikian, pada hakikatnya apapun bentuk dan definisi agama yang diberikan para ahli tersebut, jika tidak mewakili dari apa yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dilaksanakannya berdasarkan norma-norma yang berlaku, maka dengan sendirinya agama akan kehilangan maknanya. Sebagaimana menurut Frankl yang dikutip oleh E. Koswara, bahwa yang paling dicari dan diinginkan oleh manusia dalam hidupnya adalah makna, yakni makna dari segala yang dilaksanakan atau dijalaninya, termasuk dan yang terutama makna hidupnya itu sendiri. Dengan demikian keinginan kepada makna (the will to meaning) adalah penggerak utama dari kepribadian manusia dalam melakukan aktivitas prilaku hidupnya, yang dalam hal ini termasuk perilaku ritual keagamaan, yang merupakan psikoterapi terhadap psiko-patalogis manusia dari kehampaan eksistensinya sebagai manusia.
Roger M. Keesing dalam bukunya Antropologi Budaya menguraikan tiga fungsi agama, yaitu agama memberikan keterangan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang eksistensial, agama memberikan pengesahan untuk menerima adanya kekuatan di dalam alam semesta yang mengendalikan dan menopang tata susila serta tata sosial masyarakat, serta agama menambah kemampuan manusia untuk menghadapi kelemahan hidupnya dan memberikan dukungan psikologis bagi dirinya.
Dengan demikian agama bagi manusia merupakan kekuatan yang dapat mengantarkan manusia itu sendiri, supaya ia dapat mencapai kesempurnaan dan dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang realitas kematian, penderitaan, tragedi serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan makna hidupnya.
Kaitannya dengan rasa agama, Zakiah Darajat, dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Mental mengemukakan, bahwa rasa agama itu adalah sangat bersifat subyektif, intern dan individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dengan orang lain
Psikologi agama merupakan satu bagian kajian psikologi secara menyeluruh, yang membahas masalah-masalah kejiwaan yang berkaitan dengan keyakinan seseorang.Agama yang sering dijadikan alternatif pemecahan masalah bagi kehidupan, menjadi sangat penting bagi manusia.Sebab dengan agama manusia dapat menyelesaikan gejolak hatinya yang berkaitan dengan jiwa dan kehidupan praktis mereka.Kekayaan, jabatan, kekuasaan dan segala bentuk kenikmatan duniawi, tidak menjadi jaminan bagi manusia untuk dapat menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
Apabila seseorang tergolong pada manusia yang baik, maka penyelesaiannya adalah dengan agama.Tetapi jika sebaliknya, maka pelariannya adalah pada hal-hal yang bersifat negatif.Untuk itu agama bagi kebanyakan orang adalah alternatif yang layak untuk dijadikan sebagai pandangan hidup (way of life).Dengan demikian agama sangat berkaitan dengan jiwa seseorang. Untuk itu kajian psikologi yang mempelajari gejala tingkah laku seseorang akan mempelajari pula tentang gejala keberagamaannya. Karena beragama tidak dapat dipisahkan dari hati atau keadaan jiwa seseorang, maka antara agama dan jiwanya merupakan dua hal yang berbeda dalam satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
KETELADANAN MALAIKAT
Malaikat adalah makluk mulia mereka sangat dipercaya oleh tuhan untuk menjalankan perintahnya semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan pada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsipnya tunggal yaitu hanya berpegang pada Allah SWT memiliki kesetiaan yang tiada tara dan bekerja tanpa kenal lelah. Tidak memiliki kepentingan lain selain menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah hingga tuntas, dengan hasil yang sangat memuaskan, dan mereka sangat berdisiplin dalam menjalankan tugas.
Semua sistem yang berada dibawah tanggungjawabnya berjalan dengan sangat sempurna tanpa cacat sedikitpun. Inilah contoh ontegritas yang sesungguhnya, suatu intergritas total yang telah menghasilkan suatu kepercayaan yang maha tinggi. Kepercayaan yang diberikan langsung oleh tuhan dan malaikat dengan sungguh-sungguh mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya sehingga menjadi suatu kepercayaan yang abadi.Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum adalah, kepercayaan yang dimiliki, loyalitas, dan integritas yang sangat mengagumkan.
Loyalitas adalah kesetiaan pada prinsip yang dianut.Integritas adalah bersifat jujur, konsisten, komitment, berani, dan dapat dipercaya.Integritas muncul dari kesadaran diri terdalam, yang bersumber dari suara hati.Integritas tidak menipu dan tidak berbohong.
Jadi, malaikat merupakan sebuah cermin keteladanan bagi manusia dalam segi integritas, loyalitas, memberi dan komitmen. Yang jika dipahami, diresapi dan dihayati adalah merupakan sebuah perenungan psikologis bagi pembagunan jiwa umat manusia.
Sifat-Sifat Yang Ada Pada Rosul
1. Shiddiq
Shiddiq artinya benar.Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.Sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
2. Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi.Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan.Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Nabi.Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
4. Fathonah
Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun.Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
Nabi harus mampu menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya.
AGAMA DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN
Seseorang sosiologi agama bernama elizabeth K. Nottingham berpendapat bahwa agama bukan sesuatu yang dapat dipahami melalui definisi, melainkan melalui deskripsi( penggambaran). Tak ada satu pun definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan, tulis Elizabeth.
Menurut gambaran Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering “terdapat dimana-mana”, dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengkur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri, meskipun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari didunia (Elizabeth K.Nottingham, 1985:3-4).
A. Agama Dalam Kehidupan Individu
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang membuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan. Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan sesuatu tindakanseseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya.
Sebaliknya agama juga sebagai pemberi harapan bagi pelakunya. Seseorang yang melaksanakan pemerintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap terhadap pengampunan atau kasih sayang dari sesuatu yang gaib (supranaturaal).
Motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun berkorban. Sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk berlaku jujur, menepati janji menjaga amanat dan sebagainya. Sedangkan harapan mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan yang berat maupun berdoa. Sikap seperti itu akan lebih terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama.
B. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu:
1. Masyarakat Homogen
2. Masyarakat Majemuk
3. Masyarakat Heterogen.
C. Agama dan Pembangunan
Prof.Dr.Mukti Ali Mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan adalah:
1. Sebagai Ethos Pembangunan
Maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan sesuatu tatanan nilai moral dalam sikap.
2. Sebagai Motivasi
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Agama bagi sebagaian orang merupakan bentuk ungkapan moral yang paling tinggi, yang selalu menjadi kebutuhan ideal bagi manusia.Karena agama merupakan pandangan hidup yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari dirinya. Agama juga memberikan semesta simbolik bagi manusia untuk mengetahui makna dibalik kehidupannya, serta memberikan penjelasan secara komprehensif mengenai berbagai pertanyaan yang tak terjawab, karena agama merupakan
suatu kepercayaan dalam bentuk spiritual.Agama bagi manusia merupakan kekuatan yang dapat mengantarkan manusia itu sendiri, supaya ia dapat mencapai kesempurnaan dan dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang realitas kematian, penderitaan, tragedi serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan makna hidupnya.
Oleh karena itu eksistensi rasa agama bagi manusia pada hakikatnya adalah suatu pengalaman dari keyakinan yang difahaminya, sehingga agama dapat merefleksi pada diri pemeluknya yang berdimensi Ketuhanan, psikologis, dan sosiologis. Dimensi Ketuhanan tersebut merupakan sumber nilai kebenaran dan kebaikan, sedangkan dimensi psikologis adalah sisi lain dari keyakinan seseorang yang sangat individual, adapun dimensi sosiologis adalah bentuk pengalaman manusia dari suatu yang telah diyakininya guna membentuk sistem sosial lingkungan yang lebih bermoral.
Psikologi agama pada dasarnya, secara komprehensip membahas dan mengkaji tentang fenomena-fenomena keadaran dan pengalaman psikologis atau tentang rasa keagamaan manusia, yang bertujuan dan berfungsi sebagai penyadaran psikopatalogis manusia dewasa ini. Yakni bagaimana agama dalam hal ini, memiliki peran dan fungsi untuk merehabilitasi, mengantisipasi, dan mengentaskan permasalahan-permasalahan kejiwaan manusia yang diakibatkan oleh pengaruh perkembangan sosio-kultur yang harmonis dengan sebuah pendekatan psikologis.
Yaitu dengan membahas situasi dan kondisi tentang perubahan perkembangan penerimaan dan pengalaman agama pada setiap priode tertentu, yaitu pada masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa lansia (usia lanjut). Karena pada masa-masa tersebut perkembangan keagamaan masing-masing individu berbeda-beda, baik dari aspek kwantitas maupun dari aspek kualitas keberagamannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (ESQ): Berdasarkan Rukun Iman Dan Rukun Islam. 2001, Jakarta: Agra.
Daradjat, Zakiah, Prof. Dr. 1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Jalaludin, Prof.Dr.H.2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.