Sabtu, 14 Maret 2015

SIFAT, HAKIKAT DAN AKTIVITAS KEJIWAAN MANUSIA

Standar
A. SIFAT DAN HAKIKAT JIWA MANUSIA
Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktifitas jiwa-raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: syaraf pertumbuhan, perasaan dan intelek. Oleh karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar. yaitu:
1)      Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan): sifat initelah membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2)      Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
3)      Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk lain.
a.      Kekuatan-Kekuatan Umum Jiwa Manusia
Mengenai kekuatan-kekuatan jiwa manusia, telah dibahas oleh para tokoh pendidikan dunia sejak beberapa abad sebelum Masehi. Berikut ini dikemukakan oleh para ahli/tokoh pendidikan dunia.
Berdasarkan observasi dan intropeksi, plato (428-348 S.M) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan, yaitu:
1)      Akal sebagai kekuatan terpenting dari jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal, manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2)      Spirit sebagai kekuatan penggerak kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai alternatif gagasan.
3)      Nafsu sebagai stimulus gerakan fisis dan kejiwaan dan merupakan kekuatan paling kongkrit dalam diri manusia, nafsu ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara keinginan-keinginan yang tidak berguna dan merugikan.
Dalam usaha menerangkan hakikat manusia, John Lock (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai gudang dan pengembang pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk mengembangkan diri. Menurut John Locke, Akal mempunyai kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan akal manusia yaitu:
1)      Kekuatan berpikir yang disebut pengertian, segala peristiwa yang terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat dikenal dan dikehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurut john locke mencakup kegiatan mengindera, mengenal, menalar dan meyakini. Mengamati berarti menerima impresi-impresi dari dalam dan luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati berarti memasukkan ide-ide dan konsep-konsep kedalam kesadaran dengan menggunakan berbagai macam cara. Ini tidak berarti bahwa pengertian dapat ditumbuhkan hanya dengan melatih pengamatan saja,. Menurut Locke, pengamatan hanyalah kapasitas awal dari pada intelek manusia. Pengertian memerlukan keterlibatan daripada enam kekuatan manusia, yang meliputi:
a)      Mengamati/pengamatan,
b)      Mengingat/ingatan,
c)      Imajinasi,
d)     Kombinasi aktivitet psikis,
e)      Abstraksi/pikiran, dan
f)       Pemakaian tanda atau simbolisasi.
2)      Kekuatan kehendak yang disebut kemauan.
Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang berhubungan dengan suatu pilihan diantara berbagai alternative. Tindakan memilih ini oleh John Locke disebut dengan istilah “volition”. Volition dapat terjadi apabila kita menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi kemauan adalah kekuatan untuk memilih. Kemauan itu bukan keinginan. Keinginan adalah ide refleksif yang melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan Kemauan adalah kekuatan untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun kemauan tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu berarti kita memilih diantara dua keinginan atau lebih.[1]
Kekuatan kejiwaan manusia menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ada lima yang terdiri dari lima kekuatan jiwa manusia yaitu, :
  1. Penginderaan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan organ-organ indera.
  2. Perasaan sangat erat hubungannya dengan penginderaan
  3. Keinginan sangat erat kaitannya dengan perasaan senang atau tidak senang, cocok atau tidak cocok, setuju atau tidak setuju.
  4. Kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan.
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum maupun kebenaran sesuatu ide, memiliki dua kapasitas yaitu pertama, kapasitas penalaran indera yang disebut “common sense”, penalaran indera memberikan ide tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar. Kedua, kapasitas penalaran intelektual, bila dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang suatu benda, maka setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan kedalam ide umum itu.[2]
B. AKTIVITAS-AKTIVITAS KEJIWAAN MANUSIA
PENGAMATAN
Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada di sekitar kita dengan menggunakan alat indera kita. Dengan kehendak-Nya, Allah membekali manusia dan hewan dengan segala keperluan dan fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan hidupnya.
Panca indera dimiliki baik oleh manusia maupun hewan. Namun, Allah menganugerahi manusia dengan suatu fungsi lainnya yang sangat penting dan membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan akal budi, manusia mampu meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal yang bisa diindera. Dengan akal budi pulalah manusia mampu menjadikan keindahan penciptaan alam semesta seluruhnya dan penciptaan manusia sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[3]
Manusia memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan atau tanggapan. Proses berfungsinya alat indra terhadap sesuatu akan mengenai indra manusia. Karena manusia itu merupakan makhluk yang aktif maka manusia terhadap situasi lingkungan itu bersifat responsibel. Manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar  maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak memiliki kesan (tanggapan).[4]
TANGGAPAN
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali. Sedang tanggapan disebut “aktual”, apabila tanggapan tersbut kita sadari.[5]
Proses Tanggapan
  1. Penghayatan (terutama pengamatan) itu meninggalkan bekas atau kesan gambaran di dalam jiwa kita
  2. Gambaran (bekas atau kesan) yang ditinggalkan oleh penghayatan itu disebut proses pengiring
  3. Gambaran penghayatan itu masih dapat kita bayangkan di dalam jiwa kita
  4. Sebagai akibat dari penghayatan itu, tinggallah di dalam jiwa kita suatu kesan yang mengingatkan kita pada pengamatan tadi. Gambaran tersebut dalam psikologi disebut Tanggapan.[6]
Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
  1. Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
  2. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
  3. Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
  4. Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.[7
FANTASI
  1. Definisi Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta  tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.[8] Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi:
(1)   Secara disadari, yaitu apabila individu betul-betul menyadari akan menyadarinya akan menyadarinya. Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis, pemahat atau
(2)    Secara tidak disadari, yaitu bila individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak.[9]
  1. Jenis Fantasi:
a)      Fantasi Mencipta
Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan orang lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
b)      Fantasi Tuntunan atau Terpimpin
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain. Dalam hal ini misalnya kalau kita sedang membaca buku, kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.[10]
  1. Fungsi Pokok Fantasi
(1)   Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)
Fantasi dengan menyaring atau memisahkan sifat-sifat tertentu dari tanggapan yang sudah ada. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka dalam berfantasi, dibayangkan dengan seperti lapangan tanpa pohon-pohon disekitarnya dan tanahnya malulu pasir semua bukan rumput.
(2)   Fantasi Mengkombinir
Fantasi dengan mengabungkan dua atau lebih tanggapan-tanggapan yang sudah ada, disusun menjadi satu tanggapan baru. Misalnya: Tanggapan badan singa + kepala manusia =Spinx di kota Mesir
(3)  Fantasi Mendeterninir
Fantasi dimana tanggapan lama dilengkapi, disempurnakan dan mendapatkan ketentuan yang lebih jelas dan terbatas sehingga tercipta tanggapan baru. Misalnya anak belum pernah melihat harimau namun sudah mengenal kucing. Dalam berfantasi harimau, bayangannya seperti kucing, tapi bentuknya besar.[11]
Bedanya dengan berfikir ialah:
(1)   Dengan berfikir kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui, dengan berfantasi kita menciptakan sesuatu yang belum ada, sesuatu yang baru.
(2)   Berfikir terikat pada realitas, berfantasi melepaskan kita dari realitas.[12]
INGATAN
Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah diterima dalam kesadaran.[13]
Ingatan adalah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
  1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ingatan:
(1)   Sifat perseorangan
(2)   Keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar atau lingkungan, keadaan jasmani)
(3)   Keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan).
(4)   Umur kita.
  1. Macam-Macam Ingatan:
(1)   Daya ingatan mekanis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan.
(2)   Daya Ingatan logis, artinya daya ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.[14]
BERFIKIR
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005).
Proses menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut “berfikir”. Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.
Dalam berfikir, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[15]
Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir:
  1. Pengertian
Ialah hasil proses berfikir yang merangkum sebagian dari kenyataan yang dinyatakan dengan satu perkataan. Dalam hal ini misalnya pengertian “sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita ketahui, dan kita menyatakannya dengan satu  perkataan yaitu “sepeda”.[16]
Pengertian itu dibagi menjadi pengertian konkrit dan pengertian abstrak. Pengertian konkrit misalnya: kursi, meja, pisau. Sedang pengertian abstrak misalnya: indah, cantik, jujur dan sebagainya.
Dalam psikology, pengertian dibedakan dalam dua jenis, yaitu:[17]
1)     Pengertian Pengalaman
Ialah pengertian yang kita peroleh dari pengalaman dan timbul dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2)     Pengertian Logis
Ialah pengertian yang kita peroleh, dibentuk dengan jalan berfikir secara sadar, sengaja dan teratur. Biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
Adapun cara membentuk pengertian logis yaitu melalui tingkatan-tingkatan berikut ini:
a)      Analysa        : menyelidiki sifat-sifat
b)      Komparasi   : membandingkan sifat-sifat itu
c)      Abstraksi     : mengambil sari yang hakiki dari benda-benda
d)     Definisi        : menentukan batasan
  1. Keputusan
Perhatikan ucapan berikut ini: Rumah itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu lezat rasanya.
Dalam ilmu jiwa, ucapan-ucapan yang demikian itu dinamakan keputusan. Keputusan itu menentukan sangkut paut (hubungan) dengan bantuan bahasa. Jadi “memutuskan” itu ialah suatu perbuatan berfikir.
  1. Kesimpulan
Ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang lain. Jadi, kesimpulan adalah keputusan yang spesifik.
Macam-macam kesimpulan:
1)     Kesimpulan induksi: kesimpulan yang diambil dan dimulai dari kenyataan-kenyataan yang khusus dan tiba pada kaidah-kaidah yang umum.
2)     Kesimpulan deduksi: kesimpulan yang diambil, dimulai dari kenyataan atau kaidah-kaidah yang umum menuju kenyataan-kenyataan khusus.
3)     Kesimpulan analogi: kesimpulan yang diambil dengan cara membandingkan hal-hal yang baru dengan hal-hal lama yang telah diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
BERFIKIR ASOSIATIF
Secara sederhana, berfikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan yang lainnya. Berpikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respond. Perlu diingat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan hasil belajar. Sebagai contoh: siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awwal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW hanya bisa didapat apabila ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.[18]
INTELIGENSI
Definisi Intelegensi
Menurut W.Stern, inteligensi ialah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.
Menurut V. Hees inteligensi ialah sifat kecerdasan jiwa.
Menurut arah atau hasilnya, Inteligensi ada dua macam:
(1)   Inteligensi praktis, ialah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangsung secara cepat dan tepat.
(2)   Inteligensi Teoritis, ialah inteligensi untuk dapat mendapatkan suatu pikiran penyelesaian soal atau masalah dengan cepat dan tepat.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi inteligensi
  1. Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada setiap orang.
  2. Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
  3. Pembentukan, ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi di masa perkembangannya.
  4. Minat, ialah inilah merupakan motor penggerak dari inteligensi kita.
PERASAAN
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf .[19]
Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif . [20]
Menurut Prof. Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.[21]
Perasaan seperti halnya emosi yaitu merupakan suasana batin atau suasana hati yang membentuk kontinum atau garis. Kontinum ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negative yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang dll., timbul karena adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu da membangkitkan sutu perasaan. Intesitas perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif dan temporer artinya persaan antara orang dengan orang lain berbeda-beda.
Meskipun perasaan itu bersifat subjektif dan temporer, namun perasaan-perasaan tertentu muncul dari suatu kebiasaan seperti contoh; orang Padang senang masakaan rendang yang pedas, orang Yogya senang gudeg yang manis, orang Sunda senang sayur asam dan lalap sambal.[22]
KEMAUAN/KEHENDAK
Yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu dan merupakan kekuatan dari dalam. Dalam mengenai gejala ini perlu memahami pula arti sebagai berikut.
Dorongan: suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung secara tak disadari.
Dorongan untuk mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme. Dorongan hidup yang bekerja tanpa disadari disebut otomatisme.
Semua dorongan manusia itu berpangkal pada 3 macam dorongan:
  1. Dorongan mempertahankan diri.
  2. Dorongan mempertahankan jenis.
  3. Dorongan mengembangkan diri.
Proses kemauan yang memilih dan menentukan disebut keputusan hati. Proses kemauan sampai pada tindakan (perbuatan) itu melalui beberapa tingkat.
  1. Motif (alasan, dasar, pendorong)
  2. Perjuangan motif, sebelum mengambil keputusan itu sebenarnya dalam batin sudah ada motif yang bersifat luhur dan rendah.
  3. Keputusan, kita mengadakan pemilihan antara motif.[23]
GEJALA JIWA CAMPURAN
Yang termasuk gejala jiwa campuran yaitu:
  1. Perhatian
  2. Kelelahan
  3. Sugesti/saran.
Menurut LC Bigot dan Kohnstam ketiga hal tersebut dijadikan satu menjadi gejala jiwa campuran.
Karena:
  1. Gejala jiwa ini tidak dapat dimasukkan kedalam gejala-gejalajiwa yang sudah kita pelajari.
  2. Karena pernyataan jiwa ini merupakan campuran dari ketiga-tiganya.
Pemisahan ini hanya bertujuan agar mudah cara mempelajarinya.
  1. Perhatian, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain.
  2. Kelelahan, semacam peringatan dari jiwa kita kepada jiwa dan rasa, yang sudah mempergunakan kekuatan secara maksimal.
  3. Saran, pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga pikiran perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, tanpa dengan pemikiran atau pertimbangan.[24]
1. PERHATIAN

Definisi Perhatian
Menurut para ahli psikologi ada dua macam definisi, yaitu:
  1. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek. (lihat Stern, 1950, p.653, dan Bigot, 1950, hlm. 163)
  2. Perhatian adalah banyak sedikitnnnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Macam-Macam Perhatian
  1. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitaas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:
(1)Perhatian intensif dan
(2)Perhatian tidak intensif.
Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hubungannya dengan hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan, bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang insentif. Kecuali itu ternyata pula bahwa makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.
  1. Atas dasar cara timbulnya, Perhatian dibedakan menjadi:
(1)   Perhatian spontan (Perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja)
(2)   Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif).
Perhatian jenis yang pertama timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis kedua timbul karena usaha, dengan kehendak.
  1. Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian, Perhatian dibedakan menjadi:
(1)   Perhatian terpencar (distributif)
(2)   Perhatian terpusat (konsentratif).
Hal-hal yang Menarik Perhatian
  1. Dipandang dari segi obyek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana “hal yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari lain-lainnya”. Kelainan atau perbedaan dari yang lain ini dapat bermacam-macam, misalnya:
(1)   Dalam sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu memakai baju merah, sedang yang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju merahitu tentu menarik perhatian.
(2)   Dalam suatu pertempuran hampir semua tamu telah duduk kecuali seorang yang masih mondar-madir, maka yang mondar-mandir itu menarik perhatian.[25
2. KELELAHAN
  1. Kelelahan Jasmani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kerja jasmani
  2. Kelelahan Rohani, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh kegiatan rohani.
Mengingat hal tersebut maka dalam pengajaran:
  • Harus menarik perhatian
  • Harus disusun daftar pelajaran yang didasarkan kelelahan anak.
  • Sikap guru harus menyenangkan para siswa.
Berilah hadiah kepada anak yang sudah lelah jasmani dan rohaninya.
3. SARAN (Sugesti)
Memberikan pengaruh kepada seseorang, sehingga orang tersebut mengikutinya.
Orang yang sudah kena pengaruh disebut: suggestible. Sedang orang yang pandai memberikan pengaruh disebut: sugestif.
Cara-cara memberi sugesti:
  1. Dengan memuji/membujuk.
  2. Dengan menakut-nakuti orang yang disugesti.
  3. Dengan menunjukkan kelemahannya.
Alat-alat sugesti ialah:
  1. Pandangan mata.
  2. Dengan suara/kata-kata.
  3. Dengan gambar-gambar
  4. Dengan semboyan-semboyan.[26]

[1] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), Hal 10-13.
[2] DR. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005) Hlm. 123.
[3]  M.Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ Press, 2009)  Hlm. 26-27
[4] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Cet-2, Hlm. 22.
[5]  Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
[6]  M. Ishom Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 56
[7]  Abu Ahmadi, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) Hlm. 69
[8] M.Ishom Ahmadi, Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah, (Yogyakarta: SJ Press, 2009) Hlm. 70
[9] Abu Ahmadi, Op-Cit,. Hlm. 81
[10] M.Ishom Ahmadi, Op-Cit., Hlm. 70
[11] Ibid,.  Hlm. 70
[12] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Hlm. 81
[13] Syaifuddin Azwar, Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2002) Cet-3, Hlm. 29.
[14] Agus Sujatno, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) Cet-9, Hlm. 41-42.
[15]  Abu Ahmadi, Op-Cit., Hlm. 83
[16]  M.Ishom Ahmadi, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. (Yogyakarta: SJ Press, 2009) Hlm. 87
[17]  Ibid,. Hlm. 88-89
[18] Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) Hlm. 122.
[19] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Graha Persada, 2006) Hlm.66
[20] Abu Ahmadi dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992) Hlm. 59
[21] Agus Sujanto, Psikologi Umum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1979) Hlm. 75
[22] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, Hlm. 78.
[23] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Op-Cit.,Hlm.40
[24] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Ibid., Hlm, 40-41.
[25] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja GRafindo Persada, 1998), Cet-8, Hlm. 13-17.
[26] Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Op-Cit., Hlm, 42-43.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Ahmadi, Abu ,Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Ahmadi, Abu, dan M. Umar , Psikologi umum edisi revisi, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992.
Ahmadi, Abu,Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008, Cet-2.
Ahmadi, M.Ishom, “Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah”. Yogyakarta: SJ Press, 2009
Azwar, Syaifuddin, Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Sagala, Syaiful, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2005
Soemanto, Wasty ,Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990
Sujatno, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara,1993. Cet-9.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja GRafindo Persada, 1998, Cet-8.Suryabrata, Sumardi Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Graha Persada, 2006.
Syah, Muhibbin M.Ed, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda karya.