A. Gejala Kognisi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere
yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman
terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.
Kognisi dipahami sebagai proses mental
karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara
langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung,
namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya
kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak
untuk diimitasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia.
Gejala kognisi meliputi :
1. Pengamatan
Pengamatan
adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses
atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan
dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Proses-proses pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Rabaan
d. Pembauan (penciuman)
e. Pengecapan
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Rabaan
d. Pembauan (penciuman)
e. Pengecapan
Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:
a. Aspek ruang.
b. Aspek waktu
c. Aspek gestal.
d. Aspek arti.
2. Tanggapan
Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)
Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada wakyu dan tempat.
b. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
c. Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.
d. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir
Persamaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Sama-sama menggunakan pancaindra
b. Sama-sama bersifat individualism
3. Ingatan
Ingatan
adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman masa
lalunya dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat ini. Proses
dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan
memanggil kembali informasi tersebut.
Pada dasarnya ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.
Ingatan eksplisit
Ingatan implisit
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang - respon.
4. Fantasi
Fantasi dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil.
Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Fantasi disadari (disengaja)
b. Fantasi tidak sadar (tidak disengaja)
Ada beberapa macam sifat fantasi yaitu, Fantasi bersifat mengabstraksikan, kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Fantasi bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat mengkombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Fantasi disadari (disengaja)
b. Fantasi tidak sadar (tidak disengaja)
Ada beberapa macam sifat fantasi yaitu, Fantasi bersifat mengabstraksikan, kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Fantasi bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat mengkombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan yang lainnya.
5. Berpikir
Terdapat dua kesimpulan arti mengenai berfikir, yaitu:
a. Berfikir itu adalah aktivitas
b. Berfikir itu sifatnya ideasional
Jadi berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya. Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan pengertian
b. Pembentukan pendapat dan
c. Penarikan kesimpulan
d. Psikologi Fikir
a. Berfikir itu adalah aktivitas
b. Berfikir itu sifatnya ideasional
Jadi berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya. Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan pengertian
b. Pembentukan pendapat dan
c. Penarikan kesimpulan
d. Psikologi Fikir
6. Intuisi
Intuisi
adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran
rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba datang
dan diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba saja terdorong
untuk membaca sebuah buku, ternyata, didalam buku itu ditemukan
keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
B. Gejala Perasaan atau Emosi
Perasaan
ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal
dan bersifat subyektif. Unsur-unsur perasaan adalah sebagai berikut :
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal.
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatanya tidak sama.
Dalam
kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan
perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi
dari perasaan. Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam
tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris
2. Perasaan kejiwaan
3. Perasaan kepribadian.
Emosi
Beberapa pengertian Emosi :
· Menurut Crow & Crow, emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment ( penyesuaian dari dalam ) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
· Menurut William James, emosi yaitu kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
· Menurut Coleman dan Hammen, setidaknya ada 4 fungsi emosi yaitu :
a) Emosi merupakan pembangkit energy ( energiser )
b) Emosi adalah pembawa informasi ( messenger )
c) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal.
d) Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
· Watson mengemukakan 3 emosi dasar pada manusia yaitu :
ü Fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety ( cemas ).
ü Rage, yang akan berkembang menjadi anger ( marah ).
ü Love, yang akan berkembang menjadi simpati.
· Descartes mengemukakan 6 emosi dasar pada manusia yaitu :
i. Desire ( keinginan )
ii. Hate ( benci )
iii. Wonder ( kagum )
iv. Sorrow ( kesedihan )
v. Love ( cinta )
vi. Joy ( kegembiraan )
I. Gangguan Emosi
Terdapat berbagai macam teori untuk menjelaskan sebab gangguan emosi antara lain :
a. Teori Lingkungan
Teori
ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian
yang menyebabkan timbulnya stress. Pandangan tersebut beranggapan bahwa
kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.
b. Teori Afektif
Menurut
pandangan ini, bukan lingkungan yang menimbulkan gangguan, tetapi
perasaan bawah sadar si anak. Masalah- masalah seperti ini sebagian
besar tidak dihiraukan karena orang yakin bahwa masalah- masalah
tersebut akan hilang secara berangsur- angsur.
c. Teori Kognitif
Menurut
teori ini, penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah
kita / perasaan bawah sadar kita, tetapi dari pendapat yang salah
dan irasional yang disadari maupun tidak disadari mengenai masalah yang kita hadapi.
II. Teori- teori Emosi
Teori Emosi James- Lange
Emosi
timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Emosi merupakan hasil
persepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar.
Teori Emosi Dua Faktor Schachter- Singer
Dikenal
sebagai teori klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi
fisiologik dapat saja sama, tetapi jika rangsangannya berbeda akan
menimbulkan hal yang berbeda.
Teori Emmergency Cannon
Dikemukakan oleh Walter B. Cannon. Teori ini menyebutkan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang
untuk mengatasi keadaan yang genting. Emosi ( sebagai pengalaman
subjektif psikologik ) timbul bersama- sama dengan reaksi fisiologik.
Emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh individu dalam situasi
emergency.
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada :
1. Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
2. Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
3. Keadaan individu pada suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
Macam-Macam Perasaan
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris
Perasaan
ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan
dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panis, dingin.
Perasaan ini bergantung kapada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa
segar, lelah dan sebagainya.
2. Perasaan kejiwaan. Perasaan ini merupakan perasaan saperti rasa gembira, susah, takut.
3. Perasaan kepribadian.
Perasaan
ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi,
misalnya perasaan harga diri prasaan putus asa , perasaan puas (Bigot,
Kohstamm, palland, 1950)
Disamping itu Konstam memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
1. Perasaan keinderaan
Perasaan
ini adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya
perasaan yang berhubungan dengan penciuman, yang berhubungan dengan bau,
pengecapan, umpamanya asam, pahit, manis,dan sebagainya.
2. Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini perasaan masih dibedakan lagi atas:
a. Perasaan intelektual
Perasaan
ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan
intelektual, yaitu perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan
sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasilkerja dari
segi intelektualnya. Perasaan ini juga dapat merupakan suatu mendorong
atau dapat memotivasi individu dalam berbuat; perasaan ini juga dapat
merupakan motivasi dalam lpangan ilmu pengetahuan.
b. Perasaan Kesusilaan
Perasaan
kesusilaan timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk
menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan
perasaan yana positif, sedangkan hal-hal yang buruk akan menghasilkan
menimbulkan perasaan yang negatif.
c. Perasaan Keindahan
Perasaan
ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek.
Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan
yang negatif.
d. Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan
ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Kalau orang mengikuti
keadaan orang lain, adanya perasaan yang menyertainya. Perasaan dapat
bermacam-macam coraknya, misalnya benci atau antipasti, senang atau
simpati.
e. Perasaan Harga Diri
Perasaan
ini merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan
ini dapat positif, yaitu kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap
dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan harga diri lebih.
Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif, yaitu bila orang
mendapatkan kekecewaan. Ini dapat menimbulkan rasa harga diri kurang.
f. Perasaan Ketuhanan
Perasaan
ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Salah satu kelebihan manusia
sebagai makhluk Tuhan adalah dianugerahkannya kemapuan mengenal
Tuhannya. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling
mulia dan luhur. Kemampuan yang demikian ini tidak terdapat dalaam diri
binatang. Walaupun binatang itu sendiri dapat berpikir (dalam bentuk
sederhana), tetapi tidak mampu hidup beragama. Oleh karena itu,
pemilihan pola hidup religious adalah merupakan keputusan pribadi yang
paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai
taufan kehidupan.
C. GEJALA KONASI (Kehendak)
Kemauan
merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan
sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan
dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan
yang menuju pada sesuatu arah. Adapun tujuan kemampuan adalah
pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu
hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda, maka tujuannya
bukan pada bendanya, akan tetapi pada mempunyai benda itu”, yaitu berada
dalam relasi (hubungan), milik atas benda itu. Seseorang yang mempunyai
tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan
tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja. Dalam istilah sehari-hari,
kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu
fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari
dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Untuk mempermudah
mempelajarinya maka gejala kemauan dibagi atas dorongan, keinginan,
hasrat, kecenderungan dan hawa nafsu.
1. Dorongan,
ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung di luar kesadaran manusia. Dorongan ini dibedakan menjadi 2
golongan yakni :
a. Dorongan nafsu :
b. Dorongan rohaniah :
2. Keinginan
Yaitu
nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan tertentu. Kalau
dorongan sudah menuju kearah tujuan yang nyata/kongkret dan tertentu,
misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek
tertentu maka nafsu itu disebut keinginan. Misalnya nafsu untuk makan
menimbulkan keinginan untuk makan sesuatu, nafsu kegiatan menimbulkan
keinginan untuk mengerjakan sesuatu, dan sebaginya. Lawan dari keinginan
adalah keseganan.
3. Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun ciri-ciri Hasrat adalah sebagai berikut :
a. Hasrat merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.
b. Hasrat
berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif.
Positif berarti mencapai barang sesuatu yang dianggap berharga atau
berguna baginya. Sedang negatif berarti menghindari sesuatu yang
dianggap tidak mempunyai harga/guna baginya.
c. Hasrat
selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan
(emosi). Dengan kata lain : hasrat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan
pekerjaan jiwa yang lain.
d. Hasrat di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan
Para
penulis Psikologi pada umumnya meninjau pada hakikatnya sumber
timbulnya kemauan dalam 2 kategori. Bagi yang condong pada hakikat fisik
melahirkan teori yang bercorak “biologis” sedang para ahli yang condong
pada hakekat psikis, melahirkan teori yang bercorak Psikologis.
a. Hasrat yang berpusat pada Biologis/Kejasmanian
Pada
gejala kemauan yang berpusat pada indarawi sifatnya ini, unsur
pertimbangan akal hampir-hampir tidak ada, atau justru tidak ada sama
sekali. Peritiwa-peristiwa ini tampak dalam hidup tumbuh-tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Dengan mana, bahwa dalam semua gejala itu
terdapat tenaga desakan dari dalam yang mengarah keluar. Gejala yang
berpusat pada kejasmaniah antara lain :
1) Tropisme
adalah peristiwa yang menyebabkan timbulnya gerak kearah tertentu.
Gejala tropisme ini nampak dalam hidup vegetatip dan animal.
2) Refleks
adalah gerak reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang-perangsang
dan berlangsung diluar kemampuan. Macam-macam refleks:
· Refleks
Bawaan: yakni refleks yang dibawa sejak lahir, disebut pula refleks
asli atau refleks sewajarnya. Contohnya: menutup mata karena menentang
sinar yang sangat terang, gemetar karena lapar dll.
· Refleks
Latihan: yakni refleks yang diperoleh dari pengalaman. Reflek ini tidak
dibawa sejak lahir, melainkan hasil dari pengalaman-pengalaman yang
selalu diulang. Contoh: ketrampilan mengemudikan sepeda motor.
· Refleks
Bersyarat: reflek ini tidak tergantung pada perangsang alam yang asli
tetapi timbul karena rangsang lain yang berasosiasi dengan rangsang alam
tersebut. Contoh: orang yang sedang merasa haus, melihat buah asam, air
liur terus keluar. Pada suatu saat seorang yang sedang haus, tidak
melihat buah asam, tetapi hanya mendengar cerita tentang buah asam maka
air liurnya keluar. Disini ada proses assosiasi antara kata-kata asam
dengan buah asam. Hal ini yang disebut refleks bersarat.
3) Instink
Instink
yaitu kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir, tanpa latihan
sebelumnya, namun terarah pada tujuan dan dorongan nafsu-nafsu
tertentu, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis. Contoh : Seekor
burung selalu membuat sarangnya selalu dengan cara yang sama, Seekor
Harimau yang mengintai dan menerkam mangsanya dengan cara yang sama.
Macam-macam instink:
· Dorongan Instink mempertahankan diri
· Dorongan Instink mempertahankan jenis
· Dorongan Instink mengembangkan diri
Perbedaan
antara Instink yang dimiliki binatang dan manusia, binatang semata-mata
hidupnya dikuasai oleh dorongan nafsu sedangkan manusia tidak dikuasai
nafsu semata, manusia mempunyai kesadaran, daya pikir, perasaan,
mempunyai bermacam-macam pertimbangan seperti: baik-buruk, hina-mulia,
benar-salah, luhur-rendah dll.
4) Automatisme adalah gejala-gejala yang menimbulkan gerak-gerak yang terselenggara dengan sendirinya. Macam-macam Automatisme:
· Automatisme Asli: ialah gerak Automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, contoh: gerak jantung, paru-paru dll.
· Automatisme
Latihan: ialah gerakan-gerakan yang berjalan secara automatis karena
seringnya gerakan itu diulang. Contoh berjalan, berbicra, bersepeda dll.
5) Kebiasaan
Kebiasaan
adalah tingkah laku yang sudah distabilkan, yang mana
kebutuhan-kebutuhan tertentu mendapat kepuasan karenanya. Disini reflek
biasanya berperan dalam pembentukan kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan
itu berlangsung secara automatis, namun sewaktu-waktu pikiran dan
kesadaran bisa difungsikan untuk memberikn pengarahan baru bagi
pembentukan kebiasaan baru.
6) Nafsu
adalah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi
kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu.
Nafsu terdiri atas 2 jenis yaitu :
· Nafsu
Individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, nafsu bermain, nafsu
bertindak, nafsu merusak, nafsu berkelahi, nafsu berkuasa dan
sebagainya.
· Nafsu
Sosial (kemasyarakatan), misalnya: nafsu meniru, nafsu berkumpul dengan
orang lain, nafsu berserikat, nafsu melindungi, nafsu mempertahankan
diri, nafsu mencari ilmu, nafsu bersujud kepada Tuhan
Sedangkan
hawa nafsu adalah kenderungan atau keinginan sangat kuat dan mendesak
yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang disebut hawa nafsu.
Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan keinginan-kainginan yang lain
dikesampingkan, sehingga tinggal satu keinginan saja yang berkuasa dan
bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu dicirikan dengan:
· Perasaan sangat terpengaruh dan daya berfikir dapat dilumpuhkan.
· Biasanya hawa nafsu disertai timbulnya kekuatan-kekuatan yang hebat.
Akibat
timbulnya hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi kacau
dan terganggu. Hawa nafsu yang banyak muncul antara lain: judi, minuman
keras dan sebagainya.
7) Kecenderungan ialah hasrat atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek konkrit, dan selalu muncul berulangkali. Kecenderungan
sama dengan kecondongan. Kecenderungan dapat menimbulkan dasar
kegemaran terhadap sesuatu. Kecenderungan dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan:
· Kecenderungan vital (hayat), misalnya: lahap, gemar, makan, gemar minuman keras dan sebagainya.
· Kecenderungan perseorangan, menimbulkan sifat-sifat loba, tamak, kikir, egoistis.
· Kecenderungan sosial, misalnya: persahabatan, persaudaraan, berbuat amal dan sebagainya.
· Kecenderungan
abstrak, yang positif misalnya: taat pada Tuhan, jujur, patuh,
bertanggung jawab, dan sebagainya sedangkan yang negatif misalnya:
dusta, bohong dan sebagainya.
b. Hasrat yang berpusat pada Psikologis/perbuatan kemauan
Kemauan
adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup
tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi pada
kemauan itu ada kebijaakan akal dan wawasaan, di samping juga ada
control dan persetujuan dari pusat kepribadian. Maka kemauan lebih
tinggi tingkatannya daripada instink, reflek, automatisme, kebiasaan,
nafsu, keinginan, kecerendungan. Cirri-ciri kemauan :
1) Gejala Kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus dimiliki oleh manusia.
2) Gejala
Kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan. Kemauan mendorong
timbulnya perhatian dan minat, serta merndorong gerak aktifitas kearah
tercapainya tujuan.
3) Gejala
Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan yang didasarkan
atas pertimbangan, baik pertimbangan akal atau pikiran, yang menentukan
benar salahnya perbuatan kemauan maupun pertimbangan perasaan yang
menentukan baik buruknya atau halus tidaknya perbuatan kemauan.
4) Dalam
Kemauan tidak hanya terdapat pertimbangan pikir dan perasaan saja,
melainkan seluruh pribadi memberikan pertimbangan, memberikan pengaruh
dan memberikan corak pada perbuatan kemauan.
5) Pada
perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat kebetulan, melinkan
tindakan yang di sengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan.
6) Kemauan
menjadi pemersatu dari semua tingkah laku manusia dan mengkoordinasikan
segenap fungsi kejiwaan menjadi bentuk kerjasama yang supel harmonis.
Terdapat momen-momen dalam proses munculnya kemauan antara lain :
1. Momen
“rangsang-rangsang” atau saat penerimaan pada saat ini individu
menerima kesan-kesan dengan melalui proses pengindraan yang kuat,
disertai dengan gerakan-gerakan misalnya mengerutkan kening, tangan
dikepal-kepalkan, meleletkan lidah dll.
2. Momen
Objektif; pada saat ini individu menyadari akan peristiwa dalam
psikisnya, kesadaran yang menimbulkan gambaran ke arah yang akan dituju.
3. Momen
Aktul; pada saat ini individu menyadari benar, bahwa dirinya sedang
mengarahkan pikirannya terhadap perbuatan yang akan dilakukan.
4. Momen
Subjektif; pada saat ini individu menyadari benar tentang arah
tujuannya, sehingga terbentuk kemauan yang sesungguhnya. Inilah saat
individu mengambil keputusan.
Diantara
keputusan-keputusan dan perbuatan terdapat satu waktu, (bisa pendek,
dapat pula agak lama) yang disebut sebagai Tendens Determinative. Ini
akan menjadi semakin kuat, apabila keputusan menjadi semakin tegas dan
jelas dalam pusat kesadaran.
Hal-hal yang mempengaruhi kemauan:
1. Keadaan
Fisik: adalah pengaruh yang berhubungan dengan kondisi jasmani, yakni;
sanggup tidaknya, kuat tidaknya untuk melaksankan keputusan kemauan.
2. Keadaan materi: yaitu bahan-bahan, syarat-syarat dan alat-alat yang digunakan untuk melaksankn keputusan kemauan.
3. Keadaan Milieu (lingkungan), apakah lingkungan itu sesuai untuk melakukan kemauan itu.
4. Kata
Hati adalah pemegang peranan samangat penting dalam melaksankan
kemauan, karena keputusan hati dapat mengalahkan
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
D. GEJALA CAMPURAN
Gejala campuran meliputi perhatian, kelelahan dan sugesti
1. Perhatian adalah
reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas daya konsentrasi
dan fokus terhadap satu objek. Jenis-jenis perhatian menurut bentuknya :
a. Perhatian sengaja contoh melihat pemandangan.
b. Perhatian tidak sengaja contoh tiba tiba di jalan ada wanita cantik.
c. Perhatian habitual contoh setiap hari kita memperhatikan matahari.
Jenis-jenis perhatian menurut sifatnya :
a. Perhatian spontan dan perhatian paksaan
b. Perhatian konsentratif adalah perhatian yang memusatkan pada suatu objek saja.
c. Perhatian distributif adalah perhatian yang perhatiannya dibagi-bagikan pada banyak objek.
d. Perhatian sempit adalah melekatkan perhatin pada suatu objek.
e. Preveratif adalah perhatian yang konsentratif dan melekat terus menerus.
f. Perhatian sembarangan ( random attention ) adalah perhatian yang tidak tetap, dan tidak tahan lama.
Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Perhatian :
a. Faktor Eksternal
1) Benda benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar individu
2) Stimulus
b. Faktor Internal
1) Minat dan Keingina
2) Perasan
3) Kebiasaan
2. Kelelahan adalah isyarat bahwa energi tubuh kita menyusut dan menurun. Teori kelelahan :
a. Teori Inteksinasi : Racun dalam tubuh
b. Teori Biologis : Kekurangan energy
3. Sugesti
adalah pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan segenap
perbuatan kita baik perasaan, pikiran maupun kemauan kita yang dapat
menggerakkan/menguatkan fikiran. Beberapa istilah tentang sugesti :
a. Sugesti adalah orang mudah terkena sugesti
b. Sugestif adalah orang yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain
c. Otosugesti adalah sugesti yang keluar dari diri sendiri
d. Heterogesti adalah yang muncul dari orang
BERPIKIR
Berpikir
merupakan aktivitas mental yang melibatkan seluruh pribadi manusia,
kerja otak, perasaan, dan kehendak. Berpikir juga berarti berjerih payah
secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan
keluar dari persoalan yang dihadapi. Biasanya kegiatan berpikir dimulai
ketika keraguan muncul, adanya pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab
atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan
pemecahan.
Plato
beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan
dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas
ideasional ( Wordwort dan marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada
pendapat yang terakhir tersebut dikemukakan dua kenyataan, yakni :
1. Berpikir adalah aktivitas, jadi subyek yang berpikir aktif
2. Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,
Berpikir
menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas” . Piaget menciptakan teori
bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap kira-kira pada
usia dua tahun dan sekitar tujuh tahun. Periode sebelum sekitar dua
tahun disebutnya periode sensori motor, usia dua sampai tujuh tahun
disebut periode pra-operasional, dan dari usia tujuh tahun dan
seterusnya disebut periode operasional. Menurut Piaget cara berpikir
anak-anak tidak sama dengan orang dewasa . Suatu penelitian pendahuluan
telah dilakukan pada taraf neufisiologi. Kita telah menemukan bahwa otak
manusia terdiri atas dua belahan yang sama. Belahan otak kiri tampak
memiliki kemampuan yang bersifat verbal, yaitu bersifat merangkaikan
secara serial dan logis. Sedangkan belahan otak kanan merupakan belahan
yang mempunyai kemampuan yang lebih bersifat emosional dan lebih
bersifat holistik ( bersifat keseluruhan objek). Guna menghindari
kesalahan dalam upaya mencapai kebenaran disusunlah logika sebagai
pegangan buat pikiran kita dalam perjalanannya mencari insight mengenai
seluruh kenyataan.
Pada
hakikatnya, berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan
manusia dan makhluk lain. Dengan dasar berpikir ini manusia dapat
mengubah keadaan alam sejauh mana akal manusia memikirkannya. Berpikir
disebut juga proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena
manusia berakal. Akal merupakan intinya, sebagai sifat hakikat,
sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dzat, sehingga manusia
dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Dengan akal inilah
manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran yang hakiki
MACAM-MACAM BERPIKIR
Menurut Rakhmat ( 1994:69), ada tiga macam berpikir realistik, yaitu :
1. Berpikir Deduktif
Deduksi
merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang
sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan (
Keraf, 1994:57).
Berpikir deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum ( silogisme ).
2. Berpikir Induktif
Induktif artinya
bersifat induksi, induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari
satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
kesimpulan. Berpikir induktif yaitu menarik suatu kesimpulan umum dari
berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasar berpikirnya yaitu
observasi.
3. Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif yaitu
berpikir kriris, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu
gagasan. Dalam berpikir evaluatif tidak ada pengurangan gagasan, menilai
sesuatu menurut kriteria yang telah ada ( Rakhmat, 1994).
TEORI BELAJAR
Ada
lima jenis teori belajar, yaitu: teori behaviorisme, teori belajar
kognitif menurut Piaget, teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan
teori belajar gestalt.
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Classical Conditioning
2. Operant Conditioning
3. Social Learning
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap sensory motor, pre operational, concrete operational, formal operational.
Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
b.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi
yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor
yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek
atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip
organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship);
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu
figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti
ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar
belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan (proxmity);
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang)
dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d. Arah bersama (common direction);
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama
cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan (simplicity);
bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang
sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang
baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat 4 asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a.
Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan
perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk
kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar”
adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari,
berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku
“Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan
perilaku “Molecular”.
b.
Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis
adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral
merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh
seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang
lebat (lingkungan geografis).
c.
Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau
suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek
atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti :
sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari
prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau
binatang tertentu.
d.
Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan
suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis.
Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan
tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight);
bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam
proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan
yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan
tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu
unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting
dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah
dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari
peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);
bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif
jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran
dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh
karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan
situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan
pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan
yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok
yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta
didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu
peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.