Sabtu, 14 Maret 2015

“Gejala-gejala Kognisi, Perasaan Atau Emosi, Konasi, Berpikir dan Belajar

A. Gejala Kognisi
Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia.
Gejala kognisi meliputi :
1. Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
Proses-proses pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Rabaan
d. Pembauan (penciuman)
e. Pengecapan
Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek pengaturan terhadap objek yang diamati, yaitu:
a. Aspek ruang.
b. Aspek waktu
c. Aspek gestal.
d. Aspek arti.
2. Tanggapan
Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan
b. Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan
c. Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)
Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada wakyu dan tempat.
b. Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
c. Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.
d. Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir
Persamaan Pengamatan dan Tanggapan
a. Sama-sama menggunakan pancaindra
b. Sama-sama bersifat individualism
3. Ingatan
Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman masa lalunya dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat ini. Proses dari mengingat adalah menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil kembali informasi tersebut.
Pada dasarnya ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu ingatan eksplisit dan implisit.
Ingatan eksplisit
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi.
Ingatan implisit
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang - respon.
4. Fantasi
Fantasi dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinasi melampaui dunia riil.
Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Fantasi disadari (disengaja)
b. Fantasi tidak sadar (tidak disengaja)
Ada beberapa macam sifat fantasi yaitu, Fantasi bersifat mengabstraksikan, kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Fantasi bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat mengkombinasikan kalau menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu dengan yang lainnya.
5. Berpikir
Terdapat dua kesimpulan arti mengenai berfikir, yaitu:
a. Berfikir itu adalah aktivitas
b. Berfikir itu sifatnya ideasional
Jadi berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya. Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:
a. Pembentukan pengertian
b. Pembentukan pendapat dan
c. Penarikan kesimpulan
d. Psikologi Fikir
6. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba datang dan diluar kesadaran. Misalnya, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku, ternyata, didalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
B. Gejala Perasaan atau Emosi
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Unsur-unsur perasaan adalah sebagai berikut :
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal.
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatanya tidak sama.
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukkan adanya suatu klasifikasi dari perasaan. Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris
2. Perasaan kejiwaan
3. Perasaan kepribadian.
Emosi
Beberapa pengertian Emosi :
· Menurut Crow & Crow, emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment ( penyesuaian dari dalam ) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
· Menurut William James, emosi yaitu kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
· Menurut Coleman dan Hammen, setidaknya ada 4 fungsi emosi yaitu :
a) Emosi merupakan pembangkit energy ( energiser )
b) Emosi adalah pembawa informasi ( messenger )
c) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, tetapi pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal.
d) Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
· Watson mengemukakan 3 emosi dasar pada manusia yaitu :
ü Fear, yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety ( cemas ).
ü Rage, yang akan berkembang menjadi anger ( marah ).
ü Love, yang akan berkembang menjadi simpati.
· Descartes mengemukakan 6 emosi dasar pada manusia yaitu :
i. Desire ( keinginan )
ii. Hate ( benci )
iii. Wonder ( kagum )
iv. Sorrow ( kesedihan )
v. Love ( cinta )
vi. Joy ( kegembiraan )
I. Gangguan Emosi
Terdapat berbagai macam teori untuk menjelaskan sebab gangguan emosi antara lain :
a. Teori Lingkungan
Teori ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan timbulnya stress. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.
b. Teori Afektif
Menurut pandangan ini, bukan lingkungan yang menimbulkan gangguan, tetapi perasaan bawah sadar si anak. Masalah- masalah seperti ini sebagian besar tidak dihiraukan karena orang yakin bahwa masalah- masalah tersebut akan hilang secara berangsur- angsur.
c. Teori Kognitif
Menurut teori ini, penderitaan mental tidak disebabkan langsung oleh masalah kita / perasaan bawah sadar kita, tetapi dari pendapat yang salah
dan irasional yang disadari maupun tidak disadari mengenai masalah yang kita hadapi.
II. Teori- teori Emosi
Teori Emosi James- Lange
Emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar.
Teori Emosi Dua Faktor Schachter- Singer
Dikenal sebagai teori klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik dapat saja sama, tetapi jika rangsangannya berbeda akan menimbulkan hal yang berbeda.
Teori Emmergency Cannon
Dikemukakan oleh Walter B. Cannon. Teori ini menyebutkan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting. Emosi ( sebagai pengalaman subjektif psikologik ) timbul bersama- sama dengan reaksi fisiologik. Emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh individu dalam situasi emergency.
Perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, perasaan juga bergantung kepada :
1. Keadaan jasmani individu yang bersangkutan.
2. Keadaan dasar individu. Hal ini erat hubungannya dengan struktur individu.
3. Keadaan individu pada suatu waktu, atu keadaan yang temporer seseorang.
Macam-Macam Perasaan
Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1. Perasaan tingkat sensoris
Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panis, dingin. Perasaan ini bergantung kapada keadaan jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.
2. Perasaan kejiwaan. Perasaan ini merupakan perasaan saperti rasa gembira, susah, takut.
3. Perasaan kepribadian.
Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri prasaan putus asa , perasaan puas (Bigot, Kohstamm, palland, 1950)
Disamping itu Konstam memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
1. Perasaan keinderaan
Perasaan ini adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan dengan penciuman, yang berhubungan dengan bau, pengecapan, umpamanya asam, pahit, manis,dan sebagainya.
2. Perasaan kejiwaan
Dalam golongan ini perasaan masih dibedakan lagi atas:
a. Perasaan intelektual
Perasaan ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelektual, yaitu perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan sesuatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasilkerja dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga dapat merupakan suatu mendorong atau dapat memotivasi individu dalam berbuat; perasaan ini juga dapat merupakan motivasi dalam lpangan ilmu pengetahuan.
b. Perasaan Kesusilaan
Perasaan kesusilaan timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan yana positif, sedangkan hal-hal yang buruk akan menghasilkan menimbulkan perasaan yang negatif.
c. Perasaan Keindahan
Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau yang jelek. Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.
d. Perasaan Kemasyarakatan
Perasaan ini timbul dalam hubungan dengan orang lain. Kalau orang mengikuti keadaan orang lain, adanya perasaan yang menyertainya. Perasaan dapat bermacam-macam coraknya, misalnya benci atau antipasti, senang atau simpati.
e. Perasaan Harga Diri
Perasaan ini merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan ini dapat positif, yaitu kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan harga diri lebih. Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif, yaitu bila orang mendapatkan kekecewaan. Ini dapat menimbulkan rasa harga diri kurang.
f. Perasaan Ketuhanan
Perasaan ini berkaitan dengan kekuasaan Tuhan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan adalah dianugerahkannya kemapuan mengenal Tuhannya. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling mulia dan luhur. Kemampuan  yang demikian ini tidak terdapat dalaam diri binatang. Walaupun binatang itu sendiri dapat berpikir (dalam bentuk sederhana), tetapi tidak mampu hidup beragama. Oleh karena itu, pemilihan pola hidup religious adalah merupakan keputusan pribadi yang paling asasi dan memberikan kekuatan dalam menghadapi segala badai taufan kehidupan.
C. GEJALA KONASI (Kehendak)
Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah. Adapun tujuan kemampuan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus diartikan dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda, maka tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi pada mempunyai benda itu”, yaitu berada dalam relasi (hubungan), milik atas benda itu. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan tekun, walaupun mungkin juga sambil bekerja. Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Untuk mempermudah mempelajarinya maka gejala kemauan dibagi atas dorongan, keinginan, hasrat, kecenderungan dan hawa nafsu.
1. Dorongan, ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung di luar kesadaran manusia. Dorongan ini dibedakan menjadi 2 golongan yakni :
a. Dorongan nafsu :
b. Dorongan rohaniah :
2. Keinginan
Yaitu nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan tertentu. Kalau dorongan sudah menuju kearah tujuan yang nyata/kongkret dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan. Misalnya nafsu untuk makan menimbulkan keinginan untuk makan sesuatu, nafsu kegiatan menimbulkan keinginan untuk mengerjakan sesuatu, dan sebaginya. Lawan dari keinginan adalah keseganan.
3. Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun ciri-ciri Hasrat adalah sebagai berikut :
a. Hasrat merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan manusia.
b. Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif. Positif berarti mencapai barang sesuatu yang dianggap berharga atau berguna baginya. Sedang negatif berarti menghindari sesuatu yang dianggap tidak mempunyai harga/guna baginya.
c. Hasrat selamanya tidak terpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain : hasrat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d. Hasrat di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan
Para penulis Psikologi pada umumnya meninjau pada hakikatnya sumber timbulnya kemauan dalam 2 kategori. Bagi yang condong pada hakikat fisik melahirkan teori yang bercorak “biologis” sedang para ahli yang condong pada hakekat psikis, melahirkan teori yang bercorak Psikologis.
a. Hasrat yang berpusat pada Biologis/Kejasmanian
Pada gejala kemauan yang berpusat pada indarawi sifatnya ini, unsur pertimbangan akal hampir-hampir tidak ada, atau justru tidak ada sama sekali. Peritiwa-peristiwa ini tampak dalam hidup tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun manusia. Dengan mana, bahwa dalam semua gejala itu terdapat tenaga desakan dari dalam yang mengarah keluar. Gejala yang berpusat pada kejasmaniah antara lain :
1) Tropisme adalah peristiwa yang menyebabkan timbulnya gerak kearah tertentu. Gejala tropisme ini nampak dalam hidup vegetatip dan animal.
2) Refleks adalah gerak reaksi yang tidak disadari terhadap perangsang-perangsang dan berlangsung diluar kemampuan. Macam-macam refleks:
· Refleks Bawaan: yakni refleks yang dibawa sejak lahir, disebut pula refleks asli atau refleks sewajarnya. Contohnya: menutup mata karena menentang sinar yang sangat terang, gemetar karena lapar dll.
· Refleks Latihan: yakni refleks yang diperoleh dari pengalaman. Reflek ini tidak dibawa sejak lahir, melainkan hasil dari pengalaman-pengalaman yang selalu diulang. Contoh: ketrampilan mengemudikan sepeda motor.
· Refleks Bersyarat: reflek ini tidak tergantung pada perangsang alam yang asli tetapi timbul karena rangsang lain yang berasosiasi dengan rangsang alam tersebut. Contoh: orang yang sedang merasa haus, melihat buah asam, air liur terus keluar. Pada suatu saat seorang yang sedang haus, tidak melihat buah asam, tetapi hanya mendengar cerita tentang buah asam maka air liurnya keluar. Disini ada proses assosiasi antara kata-kata asam dengan buah asam. Hal ini yang disebut refleks bersarat.
3) Instink
Instink yaitu kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir, tanpa latihan sebelumnya, namun terarah pada tujuan dan dorongan nafsu-nafsu tertentu, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis. Contoh : Seekor burung selalu membuat sarangnya selalu dengan cara yang sama, Seekor Harimau yang mengintai dan menerkam mangsanya dengan cara yang sama. Macam-macam instink:
· Dorongan Instink mempertahankan diri
· Dorongan Instink mempertahankan jenis
· Dorongan Instink mengembangkan diri
Perbedaan antara Instink yang dimiliki binatang dan manusia, binatang semata-mata hidupnya dikuasai oleh dorongan nafsu sedangkan manusia tidak dikuasai nafsu semata, manusia mempunyai kesadaran, daya pikir, perasaan, mempunyai bermacam-macam pertimbangan seperti: baik-buruk, hina-mulia, benar-salah, luhur-rendah dll.
4) Automatisme adalah gejala-gejala yang menimbulkan gerak-gerak yang terselenggara dengan sendirinya. Macam-macam Automatisme:
· Automatisme Asli: ialah gerak Automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, contoh: gerak jantung, paru-paru dll.
· Automatisme Latihan: ialah gerakan-gerakan yang berjalan secara automatis karena seringnya gerakan itu diulang. Contoh berjalan, berbicra, bersepeda dll.
5) Kebiasaan
Kebiasaan adalah tingkah laku yang sudah distabilkan, yang mana kebutuhan-kebutuhan tertentu mendapat kepuasan karenanya. Disini reflek biasanya berperan dalam pembentukan kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itu berlangsung secara automatis, namun sewaktu-waktu pikiran dan kesadaran bisa difungsikan untuk memberikn pengarahan baru bagi pembentukan kebiasaan baru.
6) Nafsu adalah dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan memberi kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu. Nafsu terdiri atas 2 jenis yaitu :
· Nafsu Individual (perseorangan), misalnya nafsu makan, nafsu bermain, nafsu bertindak, nafsu merusak, nafsu berkelahi, nafsu berkuasa dan sebagainya.
· Nafsu Sosial (kemasyarakatan), misalnya: nafsu meniru, nafsu berkumpul dengan orang lain, nafsu berserikat, nafsu melindungi, nafsu mempertahankan diri, nafsu mencari ilmu, nafsu bersujud kepada Tuhan
Sedangkan hawa nafsu adalah kenderungan atau keinginan sangat kuat dan mendesak yang sedikit banyak mempengaruhi jiwa seseorang disebut hawa nafsu. Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan keinginan-kainginan yang lain dikesampingkan, sehingga tinggal satu keinginan saja yang berkuasa dan bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu dicirikan dengan:
· Perasaan sangat terpengaruh dan daya berfikir dapat dilumpuhkan.
· Biasanya hawa nafsu disertai timbulnya kekuatan-kekuatan yang hebat.
Akibat timbulnya hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi kacau dan terganggu. Hawa nafsu yang banyak muncul antara lain: judi, minuman keras dan sebagainya.
7) Kecenderungan ialah hasrat atau kesiapan reaktif yang tertuju pada objek konkrit, dan selalu muncul berulangkali. Kecenderungan sama dengan kecondongan. Kecenderungan dapat menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu. Kecenderungan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan:
· Kecenderungan vital (hayat), misalnya: lahap, gemar, makan, gemar minuman keras dan sebagainya.
· Kecenderungan perseorangan, menimbulkan sifat-sifat loba, tamak, kikir, egoistis.
· Kecenderungan sosial, misalnya: persahabatan, persaudaraan, berbuat amal dan sebagainya.
· Kecenderungan abstrak, yang positif misalnya: taat pada Tuhan, jujur, patuh, bertanggung jawab, dan sebagainya sedangkan yang negatif misalnya: dusta, bohong dan sebagainya.
b. Hasrat yang berpusat pada Psikologis/perbuatan kemauan
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi pada kemauan itu ada kebijaakan akal dan wawasaan, di samping juga ada control dan persetujuan dari pusat kepribadian. Maka kemauan lebih tinggi tingkatannya daripada instink, reflek, automatisme, kebiasaan, nafsu, keinginan, kecerendungan. Cirri-ciri kemauan :
1) Gejala Kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus dimiliki oleh manusia.
2) Gejala Kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan. Kemauan mendorong timbulnya perhatian dan minat, serta merndorong gerak aktifitas kearah tercapainya tujuan.
3) Gejala Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan yang didasarkan atas pertimbangan, baik pertimbangan akal atau pikiran, yang menentukan benar salahnya perbuatan kemauan maupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya atau halus tidaknya perbuatan kemauan.
4) Dalam Kemauan tidak hanya terdapat pertimbangan pikir dan perasaan saja, melainkan seluruh pribadi memberikan pertimbangan, memberikan pengaruh dan memberikan corak pada perbuatan kemauan.
5) Pada perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat kebetulan, melinkan tindakan yang di sengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan.
6) Kemauan menjadi pemersatu dari semua tingkah laku manusia dan mengkoordinasikan segenap fungsi kejiwaan menjadi bentuk kerjasama yang supel harmonis.
Terdapat momen-momen dalam proses munculnya kemauan antara lain :
1. Momen “rangsang-rangsang” atau saat penerimaan pada saat ini individu menerima kesan-kesan dengan melalui proses pengindraan yang kuat, disertai dengan gerakan-gerakan misalnya mengerutkan kening, tangan dikepal-kepalkan, meleletkan lidah dll.
2. Momen Objektif; pada saat ini individu menyadari akan peristiwa dalam psikisnya, kesadaran yang menimbulkan gambaran ke arah yang akan dituju.
3. Momen Aktul; pada saat ini individu menyadari benar, bahwa dirinya sedang mengarahkan pikirannya terhadap perbuatan yang akan dilakukan.
4. Momen Subjektif; pada saat ini individu menyadari benar tentang arah tujuannya, sehingga terbentuk kemauan yang sesungguhnya. Inilah saat individu mengambil keputusan.
Diantara keputusan-keputusan dan perbuatan terdapat satu waktu, (bisa pendek, dapat pula agak lama) yang disebut sebagai Tendens Determinative. Ini akan menjadi semakin kuat, apabila keputusan menjadi semakin tegas dan jelas dalam pusat kesadaran.
Hal-hal yang mempengaruhi kemauan:
1. Keadaan Fisik: adalah pengaruh yang berhubungan dengan kondisi jasmani, yakni; sanggup tidaknya, kuat tidaknya untuk melaksankan keputusan kemauan.
2. Keadaan materi: yaitu bahan-bahan, syarat-syarat dan alat-alat yang digunakan untuk melaksankn keputusan kemauan.
3. Keadaan Milieu (lingkungan), apakah lingkungan itu sesuai untuk melakukan kemauan itu.
4. Kata Hati adalah pemegang peranan samangat penting dalam melaksankan kemauan, karena keputusan hati dapat mengalahkan pertimbangan-pertimbangan yang lain.
D. GEJALA CAMPURAN
Gejala campuran meliputi perhatian, kelelahan dan sugesti
1. Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas daya konsentrasi dan fokus terhadap satu objek. Jenis-jenis perhatian menurut bentuknya :
a. Perhatian sengaja contoh melihat pemandangan.
b. Perhatian tidak sengaja contoh tiba tiba di jalan ada wanita cantik.
c. Perhatian habitual contoh setiap hari kita memperhatikan matahari.
Jenis-jenis perhatian menurut sifatnya :
a. Perhatian spontan dan perhatian paksaan
b. Perhatian konsentratif adalah perhatian yang memusatkan pada suatu objek saja.
c. Perhatian distributif adalah perhatian yang perhatiannya dibagi-bagikan pada banyak objek.
d. Perhatian sempit adalah melekatkan perhatin pada suatu objek.
e. Preveratif adalah perhatian yang konsentratif dan melekat terus menerus.
f. Perhatian sembarangan ( random attention ) adalah perhatian yang tidak tetap, dan tidak tahan lama.
Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Perhatian :
a. Faktor Eksternal
1) Benda benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar individu
2) Stimulus
b. Faktor Internal
1) Minat dan Keingina
2) Perasan
3) Kebiasaan
2. Kelelahan adalah isyarat bahwa energi tubuh kita menyusut dan menurun. Teori kelelahan :
a. Teori Inteksinasi : Racun dalam tubuh
b. Teori Biologis : Kekurangan energy
3. Sugesti adalah pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan segenap perbuatan kita baik perasaan, pikiran maupun kemauan kita yang dapat menggerakkan/menguatkan fikiran. Beberapa istilah tentang sugesti :
a. Sugesti adalah orang mudah terkena sugesti
b. Sugestif adalah orang yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain
c. Otosugesti adalah sugesti yang keluar dari diri sendiri
d. Heterogesti adalah yang muncul dari orang
BERPIKIR
Berpikir merupakan aktivitas mental yang melibatkan seluruh pribadi manusia, kerja otak, perasaan, dan kehendak. Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapi. Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika keraguan muncul, adanya pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan.
Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional ( Wordwort dan marquis, dalam Suryabrata, 1995:54 ). Pada pendapat yang terakhir tersebut dikemukakan dua kenyataan, yakni :
1. Berpikir adalah aktivitas, jadi subyek yang berpikir aktif
2. Aktivitas bersifat ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,
Berpikir menggunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas” . Piaget menciptakan teori bahwa cara berpikir logis berkembang secara bertahap kira-kira pada usia dua tahun dan sekitar tujuh tahun. Periode sebelum sekitar dua tahun disebutnya periode sensori motor, usia dua sampai tujuh tahun disebut periode pra-operasional, dan dari usia tujuh tahun dan seterusnya disebut periode operasional. Menurut Piaget cara berpikir anak-anak tidak sama dengan orang dewasa . Suatu penelitian pendahuluan telah dilakukan pada taraf neufisiologi. Kita telah menemukan bahwa otak manusia terdiri atas dua belahan yang sama. Belahan otak kiri tampak memiliki kemampuan yang bersifat verbal, yaitu bersifat merangkaikan secara serial dan logis. Sedangkan belahan otak kanan merupakan belahan yang mempunyai kemampuan yang lebih bersifat emosional dan lebih bersifat holistik ( bersifat keseluruhan objek). Guna menghindari kesalahan dalam upaya mencapai kebenaran disusunlah logika sebagai pegangan buat pikiran kita dalam perjalanannya mencari insight mengenai seluruh kenyataan.
Pada hakikatnya, berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan manusia dan makhluk lain. Dengan dasar berpikir ini manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh mana akal manusia memikirkannya. Berpikir disebut juga proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan intinya, sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan dzat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran yang hakiki
MACAM-MACAM BERPIKIR
Menurut Rakhmat ( 1994:69), ada tiga macam berpikir realistik, yaitu :
1. Berpikir Deduktif
Deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan ( Keraf, 1994:57).
Berpikir deduktif yaitu mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, yang pertama merupakan pernyataan umum ( silogisme ).
2. Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi, induksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan. Berpikir induktif yaitu menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasar berpikirnya yaitu observasi.
3. Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif yaitu berpikir kriris, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif tidak ada pengurangan gagasan, menilai sesuatu menurut kriteria yang telah ada ( Rakhmat, 1994).
TEORI BELAJAR
Ada lima jenis teori belajar, yaitu: teori behaviorisme, teori belajar kognitif menurut Piaget, teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan teori belajar gestalt.
1.     Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek  mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat  dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari  pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.     Classical Conditioning
2.     Operant  Conditioning
3.     Social Learning
2.     Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap sensory motor, pre operational, concrete operational, formal operational.  Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a.     Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.     Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e.     Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3.     Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan  proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman;  (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali;  (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
4.     Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai   “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,  ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a.     Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna  dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka  akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b.      Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.      Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d.     Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi  sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e.     Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
f.       Ketertutupan (closure)  bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat 4 asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a.     Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.  Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b.      Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c.      Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak  seperti gunung atau binatang tertentu.
d.     Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses  yang dinamis  dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran  terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a.     Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.      Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan  dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna  yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah  aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek  dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi  apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.  Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.