Sabtu, 14 Maret 2015

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PSIKOLOGI AGAMA

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Psikologi Agama, sebagai cabang ilmu yang tergolong masih baru, telah memberikan konstribusi positif terhadap penelitian agama yang ada saat ini. Salah satu cara yang digunakan oleh para peneliti untuk mengetahui pengaruh agama terhadap kehidupan mereka adalah dengan ilmu Psikologi Agama.
Pada makalah ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan kapan munculnya Ilmu Psikologi Agama dan perkembangannya sampai saat ini. Dengan keterbatasan sumber, tidaklah menjadi penghalang bagi penulis untuk terus berusaha mengungkap kapan dan bagaimana sejarah perkembangan ilmu Psikologi Agama ini.
BAB II
PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN AGAMA
A.      Pengertian Psikologi
      Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos  yang artinya pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.[1]
      Menurut Ahmadi, Ilmu psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba kurang tegas, sebab ilmu ini mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk mencapai kesempurnaan walaupun ilmu ini sudah merupakan cabang ilmu pengetahuan.
      Kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar karena sifatnya yang abstrak. Kita hanya dapat mengenal gejala-gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh panca indera kita. Begitu juga dengan hakikat jiwa, tidak seorang pun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang dari tingkah lakunya. Jadi dari tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang. Tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
      Psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Para ahli berbeda pendapat terhadap pengertian psikologi itu sendiri. Hal ini dikarenakan penggunaan atau penekanan yang berbeda
Di antara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli antara lain sebagai berikut :[2]
1.      Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa:
Psikologi adalah ilmu yang memperlajari tingkah laku manusia
2.      Plato dan Aristoteles, berpendapat : psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir
3.      John Broadus Watson, memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respon).
4.      Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa dan kehendak
5.      Woodworth dan Marquis berpendapat : Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia dan hubungannya dengan alam sekitar.
6.      Knight dan Knight: “Psychology may be defined as the systematic study of experience and behaviour human and animal, normal and abnormal, individual and social
7.      Hilgert: “Psychology may be defined as the science that studies for behaviour of men and other animals
8.      Ruch: “Psychology is sometime defined as the study of man, but this definition is too broad. The truth is that psychology is partly biologIcal science and partly a social science, overlapping these two major areas and relating them each other”.
      Dari berbagai macam definisi diatas,  Ahmadi menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu yang mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.
B.      Pengertian Agama
      Berdasarkan sudut pandang kebahasaan, agama dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu a yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau. Hal itu mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.[3]
      Tokoh Ilmu Jiwa Agama W.H. Clark yang dikutip Rusmin Tumanggor, mengatakan bahwa tidak ada yang lebih sukar mencari kata-kata, kecuali menemukan kata-kata yang sepadan untuk membentuk definisi agama yang penuh kegaiban dan misteri serta interpretasi. Ungkapan tersebut sebagai cerminan betapa banyaknya variasi pemahaman manusia serta para ahli tentang agama. Kendati demikian, Rusmin Tumanggor pun mencoba memaparkan defini yang sudah dipaparkan oleh para ilmuwan agama[4], yaitu :
a.      Cicero, sarjana Romawi abad ke-5 yang menguraikan agama = religio (bahasa Latin) berasal pula dari kata re + leg + io, yang artinya : Leg = mengamati, berkumpul bersama, mengambil atau menghitung. Maka berdasarkan arti yang tersebut, religi bermakna mengamati terus-menerus tanda dari hubungan kedewaan atau ketuhanan atau kesupernaturalan.
b.      Servitus juga sarjana Romawi mengatakan bahwa religi bukan berasal dari kata re + leg + io, melainkan dari kata re + lig + io, yang artinya : lig = mengikat. Dari arti ini, religi dipahamkan sebagai suatu hubungan yang erat antara manusia dan mahamanusia seperti dikatakannya “Religion is the relationship between human and super human”.
c.       Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama sebagai hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatural yang berada dengan sendirinya dan mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan.
d.      Drs. Sidi Gazalba mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia dengan yang Mahakudus, hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk kultus dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
e.      Sementara menurut Al-Quran, agama sering disebut dengan ad-din yang artinya hukum, kerajaan, kekuasaan, tuntunan, pembalasan dan kemenangan. Dan arti ini dapat disimpulkan bahwa agama adalah hukum serta i’tibar yang berisi tuntunan cara penyerahan mutlak dari hamba kepada Tuhan Yang Maha Pencipta melalui susunan pengetahuan dalam pikiran, pelahiran sikap serta gerakan tingkah laku, yang di dalamnya terakup akhlaqul karimah.
      Ada beberapa ilmuwan lain yang diambil pendapatnya mengenai pengertian agama oleh Rusmin Tumanggor, namun beliau pun memberikan kesimpulan bahwa agama adalah suatu ajaran yang mengandung aturan, hukum, kaidah, historis, i’tibar serta pengetahuan tentang alam, manusia, roh, Tuhan, dan metafisika baik yang datang atau sumbernya dari manasia ataupun dari Tuhan yang dipertuhan oleh manusia tertentu atau masyarakat manusia di lingkungan yang terbatas maupun yang lebih luas.
      Sementara Budhy Munawar-Rachman dalam Ensiklpedi Nurcholish Madjid, mengutip pendapat Pforesor Mc. Taggart seorang ahli filsafat, Agama merupakan suatu keadaan kejiwaan, ia dapat digambarkan secara paling baik sebagai perasaan yang terletak di atas adanya keyakinan pada keserasian antara diri kita sendiri dan alam raya secara keseluruhan.[5]
C.      Psikologi Agama
      Menurut Dzakiah Darajat, Psikologi Agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.[6]
      Sedangkan menurut Ramayulius, psikologi agama ialah ilmu jiwa yang khusus mengkaji sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya berdasarkan pendekatan psikologi. Berbeda dengan yang diungkapkan Rusmin Tumanggor mengenai pengertian psikologi agama berdasarkan pada kesimpulan yang beliau ambil dari beberapa ilmuwan, psikologi agama adalah ilmu pengetahuan yang membahas pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya sehubungan atas keyakinan terhadap ajaran agama yang dianutnya. Memang dari beberapa pendapat para ahli tampaknya ada kesamaan dengan penekanan yang berbeda, namun dalam hal ini, penulis condong terhadap apa yang disampaikan oleh Zakiah Darajat mengenai pengertian tersebut.
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Di dalam kitab suci setiap agama, banyak terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh agama. Dalam al-Quran misalnya banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang yang beriman dan sebaliknya orang kafir, sikap tingkah laku, doa-doa.
Ilmu psikologi agama bukanlah ilmu yang pertama-tama meneliti aspek-aspek agama secara obyektif. Telah banyak ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mempelajari masalah-masalah tersebut.
Berikut adalah ilmuan-ilmuan yang telah memberikan banyak andil terhadap perkembangan ilmu Psikologi Agama antara lain
Edwin Diller Starbuck
Pada tahun 1988 lah bisa dikatakan dimulai yaitu dengan keluarnya buku Starbuck pada tahun tersebut dengan judul The Psychology of Religion, An Empirical Study of Growth of Religious Counsciousness. Buku ini mengupas tentang pertumbuhan perasaan agama pada orang.
Walaupun sebenarnya Starbuck adalah murid dari William James, namun dalam bidang Ilmu Jiwa Agama ia telah melampaui gurunya. Atau dapat dikatakan bahwa perkembangan James karena hasil karya muridnya.
George Albert Coe
George Albert Coe menaruh perhatian banyk terhadap penelitian ilmiah dalam bidang ilmu jiwa Agama. Beliau menggunakan hipnotis dalam usahanya untuk mencari huungan antara reaksi-reaksi agamis: dengan watak temperamen. Buku yang berjudul The Spiritual Life.
James H. Leuba
Leuba termasuk seorang yang pertama-tama meneliti agama dari segi ilmu jiwa. Dia mempunyai pandangan obyektif, sehingga ia berusaha keras untuk menjauhkan ilmu Jiwa Agama dari unsur-unsur kepercayaan, yang tidak dapat dilakukan pada percobaan-percobaan ilmiah atau pemikiran logis.
Leuba dalam penelitiannya menjelaskan phenomena agama dengan cara fisik misalnya dikemukakannya persamaan antara kefanaan seorang mistik dengan orang-orang yang kena pengaruh minuman keras. Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist, vol. XI Januari 1901, dengan judul “Introduction to a Psycological Study of Religion”. Kemudian tahun 1912 diterbitkan buku dengan judul Psycology Study of Religion.
G. Stanley Hall
Stanley Hall juga menggunakan cara-car yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran materialistis, dimana ia telah berusaha mempelajari perasaan agama terutama mengenai peristiwa konversi pada remja, dengan menggunakan angkat dan statistik.
Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada tahun 1904, ditemukannya persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis lain. Maka umur di mana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur itu pulalah timbulnya perasaan-perasaan agama yang ekstrim.
William James
Karya beliau adalah The Varieties of Religious Experience pada tahun 1900 – 1901, William James memberikan kuliah tentang natural religion di Universitas Edinburgh.
Hasil karya William James yang sangat berharga tentang Ilmu Jiwa Agama telah membangkitkan semangat pada banyak ahli-ahli jiwa untuk mengadakan penelitian-penelitian sehingga ilmu Jiwa Agama dapat berkembang dalam masa 15 tahun berikutnya. Pada tahun 1904 mulai terbit majalah : The Journal of Religious Psychology, dan  The American Journal of Religious Psychology and Education yang berlangsung sampai tahun 1915
George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku Psychology of Religious Life yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber agama itu adalah konflik jiwa dalam diri individu.
James B. Pratt
Perkembangan Ilmu Jiwa Agama semakin maju, terutama dengan terbitnya buku The Religious Conciousness pada tahun 1920 oleh James B. Pratt. Kendatipun Pratt sebagai guru besar dalam ilmu filsafat, namun ia pernah mengadakan suatu riset secara empiris ilmiah dalam bidang Ilmu Jiwa Agama, ketika menjadi mahasiswa pada Universitas Harvard.
Rudolf Otto
Di Jerman terbit pula buku Das Heilige oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1923. Yang terpokok dalam buku tersebut adalah pengalaman-pengalaman psikologis dari pengertian tentang kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam hal ini adalah sembahyang.
Pierre Bovet
Bovet adalah seorang rektor di Akademi “J.J. Rousseou”. Beliau telah mengadakan penelitian dan hasilnya dibukukan dengan judul Le Sentimen Religieux et la Psychologie de l’Enfant. Bovet menyimpulkan bahwa agama anak-anak tidak berbeda dari agama orang dewasa.
R.H. Thouless
Pada tahun 1922 Thouless kembali mempelajari Ilmu Jiwa Agama dengan cara-cara dan dasar-dasar penelitian secara filsafat yang kemudian pada tahun 1923 diterbitkannya buku dengan judul An Introduction to the Psychology of Religion.
Thouless menentang pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa penelitian ilmiah akan menghilangkan keyakinan beragama; ia berpendapat sebaliknya, dimana penelitian secara ilmiah akan dapat menjadi sandara yang kuat bagi agama. Thouless berpendapat bahwa seorang ahli jiwa, apabila ia melukiskan sesuatu yang disangkanya berjalan menurut peraturan-peraturan jiwa, ia tidak menghindari kemungkinan ditafsirkannya secara agama pada akhirnya.
Sante de Sanctis
Dia adalah guru besar pada Universita Roma, dimana ia mengumpulkan pendapat-pendapat lama dan yang baru, dengan menyimpulkan penelitian an diskusi-diskusi yang telah lalu dan kemudian menjadikannya sebagai titik permulaan bagi penyelidikan yang baru (1927). Dalam bukunya Religious Conversion dia menggunakan teori yang dikemukakan oleh Fluornoy, dan menjauhi peristiwa konversi bersama atau masyarakat seluruhnya, karena hal tersebut merupakan fakta sosial yang kompleks dan ia juga menghindari penelitian terhadap tokoh-tokoh agama seperti dilakukan oleh william James.
Sigmund Freud                                                                   
Dalam penelitian terhadap agama, perhatian Freud banyak tertumpah kepada aspek-aspek sosial dari agama itu.
Ilmuwan lain
Beberapa nama yang ikut mempercepat perkembangan Psikologi Agama adalah Karl R. Stolz dengan bukunya The Psychology of Religious Living  yang terbit tahun 1937, Paul E. Johnson dengan bukunya Psychologi of Religion terbit tahun 1945. Gordon W. Allport dengan bukunya The Individual and His Religion terbit tahun 1950. Elizabert B. Harlock dengan bukunya  Child Development  terbit tahun 1942. Dr. Abdul Mun’im Abdul Aziz al-Maligy dengan bukunya Tatawwur ay-Syu’ur Addiniy Inda al-Tiflwal Murahiq.
BAB IV
KESIMPULAN
Psikologi Agama atau Ilmu Jiwa Agama adalah salah satu ilmu jiwa yang membahas tentang pengaruh keagamaan seseorang terhadap kehidupannya. Ilmu ini tergolong muda, namun sudah mengalami banyak perkembangan. Hal ini bisa dilihat dari ilmuwan-ilmuwan yang terus mengadakan penelitian-penelitian keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum,  Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Cet. V
Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17.
Kahmad, Dadang, M.Si. Sosiologi Agama, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2002.
Munawar-Rachman, Budy, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Jakarta : Mizan, cet. I, 2006, Jilid I.
Ramayulis, Prof. Dr., Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002
Tumanggor, Rusmin Prof. Dr., M.A., Ilmu Jiwa Agama, The Psychology of Religion, Jakarta : Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014.



[1] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum,  Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Cet. V hal. 1
[2] Drs. H. Abu Ahmadi, hal. 3
[3] Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. Sosiologi Agama, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2002. Hal. 13
[4] Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., Ilmu Jiwa Agama, The Psychology of Religion, Jakarta : Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014. Hal. 1-2
[5] Budy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Jakarta : Mizan, cet. I, 2006, Jilid I. hal 478
[6] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17. Lihat juga Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002. Hal. 6