BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Psikologi
Agama, sebagai cabang ilmu yang tergolong masih baru, telah memberikan
konstribusi positif terhadap penelitian agama yang ada saat ini. Salah satu
cara yang digunakan oleh para peneliti untuk mengetahui pengaruh agama terhadap
kehidupan mereka adalah dengan ilmu Psikologi Agama.
Pada
makalah ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan kapan munculnya Ilmu
Psikologi Agama dan perkembangannya sampai saat ini. Dengan keterbatasan
sumber, tidaklah menjadi penghalang bagi penulis untuk terus berusaha
mengungkap kapan dan bagaimana sejarah perkembangan ilmu Psikologi Agama ini.
BAB II
PENGERTIAN
PSIKOLOGI DAN AGAMA
A.
Pengertian Psikologi
Psikologi
berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya pengetahuan. Jadi secara etimologi,
psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam
gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya.[1]
Menurut
Ahmadi, Ilmu psikologi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba
kurang tegas, sebab ilmu ini mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk
mencapai kesempurnaan walaupun ilmu ini sudah merupakan cabang ilmu
pengetahuan.
Kita
tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar karena sifatnya yang abstrak. Kita
hanya dapat mengenal gejala-gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak
tampak, tidak dapat dilihat oleh panca indera kita. Begitu juga dengan hakikat
jiwa, tidak seorang pun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui. Manusia
dapat mengetahui jiwa seseorang dari tingkah lakunya. Jadi dari tingkah laku
itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang. Tingkah laku itu merupakan
kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Psikologi
diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Para ahli berbeda
pendapat terhadap pengertian psikologi itu sendiri. Hal ini dikarenakan
penggunaan atau penekanan yang berbeda
Di antara pengertian yang dirumuskan oleh para
ahli antara lain sebagai berikut :[2]
1.
Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa:
Psikologi adalah ilmu yang memperlajari tingkah
laku manusia
2.
Plato dan Aristoteles, berpendapat : psikologi ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir
3.
John Broadus Watson, memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode
observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respon).
4.
Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental berpendapat bahwa
psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman
yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa
dan kehendak
5.
Woodworth dan Marquis berpendapat : Psikologi ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dari dalam kandungan
sampai meninggal dunia dan hubungannya dengan alam sekitar.
6.
Knight dan Knight: “Psychology may be defined as the systematic
study of experience and behaviour human and animal, normal and abnormal, individual
and social”
7.
Hilgert: “Psychology may be defined as the science that studies
for behaviour of men and other animals”
8.
Ruch: “Psychology is sometime defined as the study of man, but
this definition is too broad. The truth is that psychology is partly biologIcal
science and partly a social science, overlapping these two major areas and
relating them each other”.
Dari
berbagai macam definisi diatas, Ahmadi
menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua
tingkah laku dan perbuatan individu yang mana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya.
B.
Pengertian Agama
Berdasarkan
sudut pandang kebahasaan, agama dianggap sebagai kata yang berasal dari bahasa
sansekerta yang artinya tidak kacau. Agama diambil dari dua akar suku kata,
yaitu a yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau. Hal itu
mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur
kehidupan manusia agar tidak kacau.[3]
Tokoh
Ilmu Jiwa Agama W.H. Clark yang dikutip Rusmin Tumanggor, mengatakan bahwa
tidak ada yang lebih sukar mencari kata-kata, kecuali menemukan kata-kata yang
sepadan untuk membentuk definisi agama yang penuh kegaiban dan misteri serta
interpretasi. Ungkapan tersebut sebagai cerminan betapa banyaknya variasi
pemahaman manusia serta para ahli tentang agama. Kendati demikian, Rusmin
Tumanggor pun mencoba memaparkan defini yang sudah dipaparkan oleh para ilmuwan
agama[4],
yaitu :
a.
Cicero, sarjana Romawi abad ke-5 yang menguraikan agama = religio
(bahasa Latin) berasal pula dari kata re + leg + io, yang
artinya : Leg = mengamati, berkumpul bersama, mengambil atau menghitung.
Maka berdasarkan arti yang tersebut, religi bermakna mengamati terus-menerus
tanda dari hubungan kedewaan atau ketuhanan atau kesupernaturalan.
b.
Servitus juga sarjana Romawi mengatakan bahwa religi bukan berasal
dari kata re + leg + io, melainkan dari kata re + lig
+ io, yang artinya : lig = mengikat. Dari arti ini, religi
dipahamkan sebagai suatu hubungan yang erat antara manusia dan mahamanusia seperti
dikatakannya “Religion is the relationship between human and super human”.
c.
Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama sebagai hubungan yang tetap
antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan
supernatural yang berada dengan sendirinya dan mempunyai kekuasaan absolut yang
disebut Tuhan.
d.
Drs. Sidi Gazalba mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia
dengan yang Mahakudus, hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk kultus dan
sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu.
e.
Sementara menurut Al-Quran, agama sering disebut dengan ad-din
yang artinya hukum, kerajaan, kekuasaan, tuntunan, pembalasan dan kemenangan.
Dan arti ini dapat disimpulkan bahwa agama adalah hukum serta i’tibar
yang berisi tuntunan cara penyerahan mutlak dari hamba kepada Tuhan Yang Maha
Pencipta melalui susunan pengetahuan dalam pikiran, pelahiran sikap serta
gerakan tingkah laku, yang di dalamnya terakup akhlaqul karimah.
Ada
beberapa ilmuwan lain yang diambil pendapatnya mengenai pengertian agama oleh
Rusmin Tumanggor, namun beliau pun memberikan kesimpulan bahwa agama adalah
suatu ajaran yang mengandung aturan, hukum, kaidah, historis, i’tibar serta
pengetahuan tentang alam, manusia, roh, Tuhan, dan metafisika baik yang datang
atau sumbernya dari manasia ataupun dari Tuhan yang dipertuhan oleh manusia
tertentu atau masyarakat manusia di lingkungan yang terbatas maupun yang lebih
luas.
Sementara
Budhy Munawar-Rachman dalam Ensiklpedi Nurcholish Madjid, mengutip pendapat Pforesor
Mc. Taggart seorang ahli filsafat, Agama merupakan suatu keadaan kejiwaan, ia
dapat digambarkan secara paling baik sebagai perasaan yang terletak di atas
adanya keyakinan pada keserasian antara diri kita sendiri dan alam raya secara
keseluruhan.[5]
C.
Psikologi Agama
Menurut
Dzakiah Darajat, Psikologi Agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama
terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam
diri seseorang yang menyangkut cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan
bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan
itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.[6]
Sedangkan
menurut Ramayulius, psikologi agama ialah ilmu jiwa yang khusus mengkaji sikap
dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya
berdasarkan pendekatan psikologi. Berbeda dengan yang diungkapkan Rusmin
Tumanggor mengenai pengertian psikologi agama berdasarkan pada kesimpulan yang
beliau ambil dari beberapa ilmuwan, psikologi agama adalah ilmu pengetahuan
yang membahas pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang ketika berinteraksi
dengan lingkungannya sehubungan atas keyakinan terhadap ajaran agama yang dianutnya.
Memang dari beberapa pendapat para ahli tampaknya ada kesamaan dengan penekanan
yang berbeda, namun dalam hal ini, penulis condong terhadap apa yang
disampaikan oleh Zakiah Darajat mengenai pengertian tersebut.
BAB III
SEJARAH
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Di dalam kitab suci setiap
agama, banyak terdapat ayat-ayat yang berkenaan dengan proses jiwa atau keadaan
jiwa seseorang karena pengaruh agama. Dalam al-Quran misalnya banyak sekali
ayat-ayat yang menunjukkan keadaan jiwa orang yang beriman dan sebaliknya orang
kafir, sikap tingkah laku, doa-doa.
Ilmu psikologi agama bukanlah
ilmu yang pertama-tama meneliti aspek-aspek agama secara obyektif. Telah banyak
ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mempelajari masalah-masalah tersebut.
Berikut adalah ilmuan-ilmuan
yang telah memberikan banyak andil terhadap perkembangan ilmu Psikologi Agama
antara lain
Edwin
Diller Starbuck
Pada tahun 1988 lah bisa
dikatakan dimulai yaitu dengan keluarnya buku Starbuck pada tahun tersebut
dengan judul The Psychology of Religion, An Empirical Study of Growth of
Religious Counsciousness. Buku ini mengupas tentang pertumbuhan perasaan
agama pada orang.
Walaupun sebenarnya Starbuck
adalah murid dari William James, namun dalam bidang Ilmu Jiwa Agama ia telah
melampaui gurunya. Atau dapat dikatakan bahwa perkembangan James karena hasil
karya muridnya.
George
Albert Coe
George Albert Coe menaruh
perhatian banyk terhadap penelitian ilmiah dalam bidang ilmu jiwa Agama. Beliau
menggunakan hipnotis dalam usahanya untuk mencari huungan antara reaksi-reaksi
agamis: dengan watak temperamen. Buku yang berjudul The Spiritual Life.
James H.
Leuba
Leuba termasuk seorang yang
pertama-tama meneliti agama dari segi ilmu jiwa. Dia mempunyai pandangan
obyektif, sehingga ia berusaha keras untuk menjauhkan ilmu Jiwa Agama dari
unsur-unsur kepercayaan, yang tidak dapat dilakukan pada percobaan-percobaan
ilmiah atau pemikiran logis.
Leuba dalam penelitiannya
menjelaskan phenomena agama dengan cara fisik misalnya dikemukakannya persamaan
antara kefanaan seorang mistik dengan orang-orang yang kena pengaruh minuman
keras. Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist, vol. XI Januari
1901, dengan judul “Introduction to a Psycological Study of Religion”. Kemudian
tahun 1912 diterbitkan buku dengan judul Psycology Study of Religion.
G.
Stanley Hall
Stanley Hall juga menggunakan
cara-car yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu
dengan tafsiran materialistis, dimana ia telah berusaha mempelajari perasaan
agama terutama mengenai peristiwa konversi pada remja, dengan menggunakan
angkat dan statistik.
Dalam penelitiannya terhadap
remaja-remaja pada tahun 1904, ditemukannya persesuaian antara pertumbuhan jiwa
agama pada tiap individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap
jenis lain. Maka umur di mana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur
itu pulalah timbulnya perasaan-perasaan agama yang ekstrim.
William
James
Karya beliau adalah The
Varieties of Religious Experience pada tahun 1900 – 1901, William James
memberikan kuliah tentang natural religion di Universitas Edinburgh.
Hasil karya William James
yang sangat berharga tentang Ilmu Jiwa Agama telah membangkitkan semangat pada
banyak ahli-ahli jiwa untuk mengadakan penelitian-penelitian sehingga ilmu Jiwa
Agama dapat berkembang dalam masa 15 tahun berikutnya. Pada tahun 1904 mulai
terbit majalah : The Journal of Religious Psychology, dan The American Journal of Religious Psychology and
Education yang berlangsung sampai tahun 1915
George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku Psychology
of Religious Life yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang
dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber
agama itu adalah konflik jiwa dalam diri individu.
James B.
Pratt
Perkembangan Ilmu Jiwa Agama
semakin maju, terutama dengan terbitnya buku The Religious Conciousness pada
tahun 1920 oleh James B. Pratt. Kendatipun Pratt sebagai guru besar dalam ilmu
filsafat, namun ia pernah mengadakan suatu riset secara empiris ilmiah dalam
bidang Ilmu Jiwa Agama, ketika menjadi mahasiswa pada Universitas Harvard.
Rudolf
Otto
Di Jerman terbit pula buku Das
Heilige oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris tahun 1923. Yang terpokok dalam buku tersebut adalah
pengalaman-pengalaman psikologis dari pengertian tentang kesucian, yang
diambilnya sebagai pokok dalam hal ini adalah sembahyang.
Pierre
Bovet
Bovet adalah seorang rektor
di Akademi “J.J. Rousseou”. Beliau telah mengadakan penelitian dan hasilnya
dibukukan dengan judul Le Sentimen Religieux et la Psychologie de l’Enfant. Bovet
menyimpulkan bahwa agama anak-anak tidak berbeda dari agama orang dewasa.
R.H.
Thouless
Pada tahun 1922 Thouless
kembali mempelajari Ilmu Jiwa Agama dengan cara-cara dan dasar-dasar penelitian
secara filsafat yang kemudian pada tahun 1923 diterbitkannya buku dengan judul An
Introduction to the Psychology of Religion.
Thouless menentang pendapat
orang-orang yang mengatakan bahwa penelitian ilmiah akan menghilangkan
keyakinan beragama; ia berpendapat sebaliknya, dimana penelitian secara ilmiah
akan dapat menjadi sandara yang kuat bagi agama. Thouless berpendapat bahwa
seorang ahli jiwa, apabila ia melukiskan sesuatu yang disangkanya berjalan
menurut peraturan-peraturan jiwa, ia tidak menghindari kemungkinan
ditafsirkannya secara agama pada akhirnya.
Sante de
Sanctis
Dia adalah guru besar pada
Universita Roma, dimana ia mengumpulkan pendapat-pendapat lama dan yang baru,
dengan menyimpulkan penelitian an diskusi-diskusi yang telah lalu dan kemudian
menjadikannya sebagai titik permulaan bagi penyelidikan yang baru (1927). Dalam
bukunya Religious Conversion dia menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Fluornoy, dan menjauhi peristiwa konversi bersama atau masyarakat seluruhnya,
karena hal tersebut merupakan fakta sosial yang kompleks dan ia juga
menghindari penelitian terhadap tokoh-tokoh agama seperti dilakukan oleh
william James.
Sigmund Freud
Dalam penelitian terhadap
agama, perhatian Freud banyak tertumpah kepada aspek-aspek sosial dari agama
itu.
Ilmuwan
lain
Beberapa nama yang ikut
mempercepat perkembangan Psikologi Agama adalah Karl R. Stolz dengan bukunya The
Psychology of Religious Living yang
terbit tahun 1937, Paul E. Johnson dengan bukunya Psychologi of Religion
terbit tahun 1945. Gordon W. Allport dengan bukunya The Individual and His
Religion terbit tahun 1950. Elizabert B. Harlock dengan bukunya Child Development terbit tahun 1942. Dr. Abdul Mun’im Abdul Aziz
al-Maligy dengan bukunya Tatawwur ay-Syu’ur Addiniy Inda al-Tiflwal Murahiq.
BAB IV
KESIMPULAN
Psikologi Agama atau Ilmu
Jiwa Agama adalah salah satu ilmu jiwa yang membahas tentang pengaruh keagamaan
seseorang terhadap kehidupannya. Ilmu ini tergolong muda, namun sudah mengalami
banyak perkembangan. Hal ini bisa dilihat dari ilmuwan-ilmuwan yang terus
mengadakan penelitian-penelitian keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi
Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2009
Cet. V
Daradjat,
Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17.
Kahmad, Dadang,
M.Si. Sosiologi Agama, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2002.
Munawar-Rachman,
Budy, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Jakarta : Mizan, cet. I, 2006,
Jilid I.
Ramayulis, Prof. Dr., Psikologi
Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002
Tumanggor,
Rusmin Prof. Dr., M.A., Ilmu Jiwa Agama, The Psychology of Religion,
Jakarta : Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014.
[1] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Cet. V hal. 1
[2] Drs. H. Abu Ahmadi, hal. 3
[3] Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si. Sosiologi Agama, Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, Cet. II, 2002. Hal. 13
[4] Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., Ilmu Jiwa Agama, The
Psychology of Religion, Jakarta : Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014.
Hal. 1-2
[5] Budy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Jakarta :
Mizan, cet. I, 2006, Jilid I. hal 478
[6] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010
cet. 17. Lihat juga Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta :
Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002. Hal. 6