Nah sobat, ada lagi kisah menarik yang terdapat dalam perjalanan kisah Nabi Musa as, selain kisah nabi Musa as dengan Khidir, juga terdapat kisah terkenal lainnya antara Nabi Musa as dengan Qarun Si Kaya Raya. simak deh sob ceritanya ^^
Qarun adalah nama seorang
drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah
kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak
ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya
mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan
harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya
tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt
byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan
penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang
lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya
,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang
bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan
kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih
belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha
mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang
tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah
memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan
demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan
kebanyakan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya
maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial
dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan
kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat
menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah
dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada
kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang
telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan.
Ia diperingatkan bahwa kekayaan
yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri
dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan
perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa
musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah
memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia
melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan
yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia
bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat
dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi
perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak
tanduknya.
Ia menyombongkan diri dengan
mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan
yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil
kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau
pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta
kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat
oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir
miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para
orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya
dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan.
Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan,
membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan
mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik.
Kemewahan yang ditonjolkan
secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama
mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama
mereka mengeluh dengan berkata: “Mengapa kami
tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada
Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam
hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar
itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin
yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah
letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?”
Qarun yang tidak mengabaikan
anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta
kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya,
melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan
kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap
orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam
harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn
sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib
diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: “Hai
Musa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama
barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala
kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah
memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan
mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga
menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan
fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau
telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya
seorang pendusta dan ahli sihir belaka.”
Tuduhan Qarun yang ingin
melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang
menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat
ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah
yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk
mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat
dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia
keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan
menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya
Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang
bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa
meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan
timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak
akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat
tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi
pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan
fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan
penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban
mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia
menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran
agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah
zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus terhadap
milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk
menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan
seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah
melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama
Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu.
Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan
yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah
fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah
bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa
bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap
menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama
perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para
pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan
mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan
kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan
maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar
menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar
menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya
melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan
kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang
telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat
di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal
Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa
yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah
dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
“Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami
dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan
mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2
tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.”
Isi cerita Nabi Musa dengan Qarun di atas dapat dibaca dalam surah “Qashash” ayat 76-82 dan surah “Al-Ahzaab” ayat 6, silahkan simak kisah perjalanan Nabi Musa dan kisah lainnya, yaitu Nabi Musa dengan Khidir