A. Pendahuluan
Dewasa ini pendidikan
telah merebak hingga dipelosok negeri, namun memang tidak semua telah merasakan
apa itu pendidikan. Pembangunan infrastruktur sekolah yang telah dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta semakin membantu perkembangan pendidikan, bahkan
dikota-kota besar semakin banyak bermunculan sekolah-sekolah baik negeri
maupun swasta. Pembangunan infrastruktur
yang pesat juga harus diimbangi oleh terpenuhinya kualitas sumber daya manusia
yang ada. Sumber daya manusia yang dimaksud dapat meliputi komponen-komponen
pendidikan yaitu guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, peserta didik, dan
lainnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang
harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam
proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani
era globalisasi.
Berbicara mengenai
kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting
dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu peran
serta seluruh masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan sumber daya manusia. Berdasarkan data hasil survei tentang Human
Development Index (HDI) oleh United Nation Development Program atau UNDP
(Brodjonegoro, dalam Pikiran Rakyat, 28 Oktober, 2005),
menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat 113 dari 177 negara didunia.
Rendahnya sumber daya manusia Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP tersebut sebagai akibat rendahnya mutu
pendidikan diberbagai jenis dan jenjang pendidikan karena itu salah satu
kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional sesuai dengan amanah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yaitu mengarah pada
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan.
Perbaikan mutu pendidikan
harus segera dilakukan secara terus menerus dengan cara memperbaiki manajemen
mutu pendidikannya. Organisasi-organisasi pendidikan memegang peranan awal
dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu kami dalam makalah ini
berusaha membahas mengenai mutu pendidikan melalui pendekatan manajemen mutu
terpadu.
B. Tujuan
Penulisan
- Menjelaskan
definisi mutu dan perbedaaannya menurut beberapa ahli.
- Menjelaskan karakteristik mutu pendidikan
- Menjelaskan mengenai pendekatan manajemen
mutu terpadu (TQM)
- Menjelaskan mengenai kendala-kendala mutu.
- Menjelaskan beberapa pemecahan masalah mutu.
C. Definisi
dan Karakteristik Mutu
1. Definisi Mutu
Beberapa
konsep mutu yang diutarakan oleh Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.Pd, dan Prof. Dr.
Hj. Nurhayati B, M. Pd, dalam bukunya Manajemen Mutu Pendidikan (2010:84)
menurut para ahli yaitu:
- Menurut Juran (1993),
mutu produk ialah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut
didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2)
psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4)
kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun (Juran, 1993)
- Menurut Crosby
(1979:58) mutu ialah conformance to
requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu
produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang
telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi,
dan produk jadi (Crosby, 1979:58)
- Menurut Deming
(1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena
hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan
kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam
membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
- Menurut Feigenbaum
(1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila
dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang dihasilkan.
- Garvi dan Davis
(1994) menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk ,
tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan
Dari
beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan
pelanggan terhadap sebuah produk.
2. Perbedaan Konsep Mutu
Konsep
mutu yang paling populer dikeluarkan oleh Juran, Crosby dan Deming. Beberapa
perbedaan konsep mutu menurut ketiga ahli tersebut meliputi:
Tabel 1. Perbedaan
Mutu menurut Deming, Juran dan Crosby
No
|
Aspek
|
Deming
|
Juran
|
Crosby
|
1
|
Definisi
|
Satu tingkat yang dapat diprediksi dari
keseragaman dan ketergantungan
pada biaya yang rendah sesuai
pasar.
|
Kemampuan untuk digunakan (fitness for use).
|
Sesuai persyaratan.
|
2
|
Tanggung jawab manajemen senior
|
94% atas masalah mutu.
|
Kurang dari 20% karena masalah mutu menjadi tanggung jawab
pekerja.
|
100%
|
3
|
Standar pres-tasi/motivasi
|
Banyak skala se-hingga digunakan statistik
untuk me-ngukur mutu di semua bidang.
Kerusakan nol sangat penting.
|
Menghindari kampanye untuk melakukan pekerjaan
secara sempurna.
|
Kerusakan nol (Zero Defect)
|
4
|
Pendekatan umum
|
Mengurangi ke-anekaragaman dengan perbaikan
berkesinambungan dan menghentikan pengawasan massal.
|
Manusiawi.
|
Pencegahan bukan pengawasan
|
5
|
Cara memperbaiki mutu
|
14 butir
|
10 butir
|
14 butir
|
6
|
Kontrol proses statistik (SPC)
|
Harus digunakan
|
Disarankan karena SPC dapat
mengakibatkan Total Driven Approach.
|
Menolak
|
7
|
Basis perbaikan
|
Terus-menerus mengurangi penyimpangan.
|
Pendekatan
ke-lompok, proyek-proyek, menetapkan tujuan.
|
Proses bukan program, tujuan perbaikan.
|
8
|
Kerja sama tim
|
Partisipasi karyawan dalam membuat
keputusan.
|
Pendekatan tim dan Gugus Kendali Mutu (GKM
atau QCC).
|
Tim perbaikan mutu dan Dewan Mutu
|
9
|
Biaya mutu
|
Tidak ada optimal perbaikan terus-menerus.
|
Mutu tidak gratis (Quality is not free), terdapat batas optimal.
|
Mutu gratis.
|
|
Pembelian dan barang
yang diterima
|
Pengawasan terlalu lambat.Menggunakan
standar mutu yang dapat diterima
|
Masalah pembelian merupakan hal yang rumit
sehingga diperlukan survei resmi
|
Menyatakan persyaratan pemasok adalah
perluasan
|
10
|
Penilaian pemasok
|
Tidak, kritik atas banyaknya sistem.
|
Ya, tetapi membantu pemasok memperbaiki.
|
-
|
11
|
Hanya
satu sumber penyedia
|
Ya
|
Tidak, dapat di-abaikan untuk meningkatkan
daya saing.
|
-
|
3. Karakteristik Mutu
Menurut
Husaini Usman (2009) dalam bukunya Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan, mengatakan bahwa mutu memiliki 13 karakteristik seperti berikut ini:
- Kinerja (performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah. Misalnya: kinerja guru dalam mengajar baik,
memberikan penjelasan meyakinkan,
sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap. Pelayanan administratif dan edukatif
sekolah baik yang ditandai hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus
sekolah sedikit, dan yang lulus
tepat waktu banyak. Akibat kinerja yang baik maka sekolah tersebut menjadi
sekolah favorit.
- Waktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya: memulai dan mengakhiri pelajaran tepat
waktu. Waktu ulangan tepat. Batas
waktu pemberian pekerjaan rumah wajar. Waktu untuk guru naik pangkat
wajar.
- Handal (reliability): usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya: pelayanan prima yang diberikan sekolah
bertahan dari tahunke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dari tahun ke tahun.
Sebagai sekolah favorit bertahan
dari tahun ke tahun. Sekolah menjadi juara tertentu bertahan dari tahun ke tahun. Guru jarang sakit.
Kerja keras guru bertahan dari tahun ke tahun.
- Daya tahan (durability): tahan banting. Misalnya: meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap
bertahan, tidak tutup. Siswa dan guru tidak putus asa dan selalu sehat
- .Indah (aestetics). Misalnya: eksterior dan interior sekolah ditata menarik. Taman ditanami bunga dan terpelihara dengan baik. Guru-guru
membuat media pendidikan yang menarik. Warga sekolah berpenampilan rapi.
- Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi
nilai-nilai
moral dan profesionalisme.Misalnya: warga sekolah saling menghormati, baik warga
intern maupun ektern sekolah, demokratis, dan menghargai
profesionalisme.
- Mudah penggunaannya (easy of use). Sarana dan prasarana dipakai.Misalnya: aturan-aturan sekolah mudah diterapkan. Buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan
tepat waktu. Penjelasan guru di kelas mudah dimengerti siswa. Contoh
soal mudah dipahami. Demonstrasi praktik mudah diterapkan siswa.
- Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu.Misalnya: sekolah ada yang unggul dengan hampir semua lulusannya diterima di universitas bermutu. Unggul dengan
bahasa Inggrisnya. Unggul dengan penguasaan teknologi informasinya
(komputerisasi). Ada yang unggul dengan karya ilmiah kesenian atau olahraga.
- Standar tertentu (conformance to specification): memenuhi
standar tertentu.Misalnya: sekolah sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah sudah memenuhi standar minimal ujian
nasional atau sekolah sudah memenuhi
ISO 9001:2000 atau sekolah sudah memenuhi TOEFL dengan skor 650.
- Konsistensi (Consistency): keajegan, konstan,
atau stabil.Misalnya: Mutu sekolah dari dahulu sampai sekarang
tidak menurun seperti harus mengatrol nilai siswa-siswanya. Warga sekolah
konsisten antara perkataan dengan perbuatan. Apabila berkata tidak berbohong,
apabila berjanji ditepati, dan apabila dipercaya tidak mengkhianati.
- Seragam (uniformity): tanpa variasi, tidak
tercampur. Misalnya: sekolah menyeragamkan pakaian sekolah dan
pakaian dinas. Sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu atau
pilih kasih.
- Mampu melayani (serviceability):
mampu memberikan pelayanan prima.. Misalnya: sekolah menyediakan kotak saran dan
saran-saran yang masuk
mampu dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Sekolah mampu
memberikan
pelayanan primanya kepada pelanggan sekolah sehingga semua pelanggan merasa
puas.
- Ketepatan (Accruracy): ketepatan dalam pelayanan. Misalnya:
Sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan
sekolah, guru-guru tidak salah dalam menilai siswa-siswanya. Semua warga
sekolah bekerja dengan teliti. Jam Belajar di sekolah berlangsung tepat waktu.
Mutu
meliputi: 1) mutu produk, 2) mutu biaya, 3) mutu penyerahan, 4) mutu
keselamatan, dan 5) mutu semangat / moril. Secara sederhana mutu memiliki
karakteristik: 1) spesifikasi, 2) jumlah, 3) harga, dan 4) ketepatan waktu
penyerahan.
D. Definisi
dan Karakteristik Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
1. Definisi Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Beberapa
definisi mengenai Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pendidikan menurut para ahli
yaitu:
- Manajemen Mutu
Terpadu (TQM) Pendidikan menurut Edward Sallis adalah sebuah filosofi tentang
perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis
kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan
harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
- Manajemen Mutu
Terpadu menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (1995) ialah suatu
pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus
atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan.
- Menurut West –
Burnham (1997) Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan ialah semua fungsi dari
organisasi sekolah kedalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep
mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan.
2. Karakteristik Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Goetsch dan Davis (1994) mengungkapkan
sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality management, sebagai berikut:
- Fokus
Pada Pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan
driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan
produk atau jasa.
- Obsesi
Terhadap Kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan
internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi
harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
- Pendekatan
Ilmiah. Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian
data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark),
memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
- Komitmen
jangka Panjang. TQM merupakan paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka
panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM
dapat berjalan dengan sukses.
- Kerja
sama Team (Teamwork). Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan
hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan
pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
- Perbaikan
Sistem Secara Berkesinambungan
- Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang
sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkannya dapat meningkat.
- Pendidikan
dan Pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan
faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar,
setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan
keahlian profesionalnya.
- Kebebasan
Yang Terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan
tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini
juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil,
karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang
timbul karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang
terencana dan terlaksana dengan baik.
- Kesatuan
Tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang
sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau
kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi
kerja.
- Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam
penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga
melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti
E. Kendala
dan Implementasi Mutu Dalam Dunia Pendidikan
Salah
satu masalah yang sangat dominan seperti yang telah diungkap dalam pendahuluan
adalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat erat
kaitannya dengan pendidikan. Untuk itu peningkatan kualitas pendidikan
merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Secara garis besar ada dua faktor utama yang menyebabkan
perbaikan mutu pendidikan di Indonesia masih belum atau kurang berhasil yaitu:
1. Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat
input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku
(materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan
guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (
sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana
yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori
education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya
di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri.
2. Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat
macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya,
banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau
tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan
singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan,
seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Sebelum
membahas lebih jauh, ada beberapa masalah mutu pendidikan yang diutarakan oleh Deming
yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua hal yaitu:
1.
Kendala mutu pendidikan secara umum
a.
Desain kurikulum yang
lemah,
b.
Bangunan yang tidak
memenuhi syarat,
c.
Lingkungan kerja yang
buruk,
d.
Sistem dan prosedur
yang tidak sesuai,
e.
Jadwal kerja yang
serampangan,
f.
Sumber daya yang
kurang, dan
g.
Pengembangan staf
yang tidak memadai.
2.
Kendala mutu pendidikan secara khusus
a.
Prosedur dan aturan
yang tidak diikuti atau ditaati,
b.
Anggota individu staf
yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang guru atau manajer pendidikan.
c.
Kurangnya pengetahuan
dan keterampilan anggota,
d.
Kurangnya motivasi,
e.
Kegagalan komunikasi,
dan
f.
Kurangnya sarana dan
prasarana yang memenuhi.
Selain hal-hal di atas beberapa faktor
lain yang menyebabkan mutu pendidikan
tidak mengalami peningkatan secara merata.
-
Pertama, kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berori- entasi
pada keluaran atau hasil pendidikan
terlalu memusatkan pada masukan dan kurang memperhatikan proses pendidikan.
- Kedua, penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini
menyebabkan tingginya ketergantungan
kepada keputusan birokrasi dan seringkali
kebijakan pusat terlalu umum dan
kurang menyentuh atau kurang sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah
setempat. Di samping itu segala
sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan
penyelenggara sekolah kehilangan
kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut menyebabkan usaha dan daya untuk
mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan keluaran
pendidikan menjadi kurang termotivasi.
- Ketiga, peran serta
masyarakat terutama orangtua
siswa dalam penyeleng-
garaan pendidikan selama ini hanya terbatas pada dukungan dana. Padahal
peranserta mereka sangat penting di dalam proses pendidikan antara lain
pengambilan keputusan, pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas.
Berdasarkan
hal-hal tersebut maka perlu adanya manajemen yang tepat untuk menangani hal-hal
tersebut. Berikut ini akan dibahas
beberapa alternatif penanganan masalah pendidikan seperti yang telah dibahas
diatas.
Deming (1986)
menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah
organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang
ada di
sekitar manajemen. Deming mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang
pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:
- Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa. Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi masa depan secara mantap.
Jangan membuat siswa sekedar memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belajar seumur hidup.
- Adopsi Filosofi Baru. Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Dengan kata lain, mereka
tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa dapat berkomentar.
- Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal. Dalam bidang
pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan
hanya pada saat ulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan
setiap saat selama proses belajar
mengajar berlangsung.
Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan teori- teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total Quality Management dan lainnya, seperti
teori sifat, teori
lingkungan, teori perilaku, teori humanistik, dan teori kontigensi.
Sejalan dengan masalah
evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukan
pimpinan kependidikan, beberapa prosedur “Fit and proper test” bisa dilakukan dalam pengambilan keputusan :
- Melakukan “hearing” didepan tim, yaitu menyampaikan program, visi dan misi apabila
terpilih menjadi pimpinan nantinya.
- Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah didesain sedemikian
rupa. Adapun pertanyaan yang diajukan dapat menyangkut integritas, moralitas, profesionalisme, intelektualitas, keahlian.
- Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon Kepala Sekolah
sebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang dipercayakan kepadanya.
Kebohongan atas
kekayaan ini dapat mengakibatkan
pemecatan (impeachmant).
- Harus memahami sistem manajemen yang efektif dan efisien terhadap
lembaga yang akan dipimpinnya. Termasuk
dalam rekruitment karyawan, kesejahteraan, peningkatan kualitas hasil dan kinerja.
- Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah bercerai.
Masalah anak bagaimana. Mengapa sampai terjadi perceraian. Kemudian
menyangkut masalah kebebasan dari tekanan,
intimidasi, teror atau ancaman.
- Tim seleksi melakukan investigasi dan melacak semua kebenaran
informasi yang disampaikan lisan maupun tertulis. Apabila calon-calon
tersebut tidak dapat memberikan jawaban secara memuaskan, atau setelah
melakukan investigasi ternyata terdapat kebohongan-kebohongan,
tentu saja yang bersangkutan tidak dapat terpilih sebagai pimpinan.
4.
Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya
Dalam bidang pendidikan
pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan yang ada hubungannya dengan perbandingan junlah guru dan murid
pada satu ruangan/kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut
melakukan penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak mungkin
terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada sistem
tersebut.
5.
Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategik agar siswa dapat
menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga memperoleh nilai
yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswa
mendapatkan nilai yang baik.
6.
Lembagakan Metode Pelatihan
yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini perlu dilakukan
agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua
anggota staf dalam
suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah
guru dan administrator mengembangkan keahlian sesuai yang
diperlukan bagi peningkatan profesionalitas.
7.
Lembagakan Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader).
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok
dengan maksud mencapai
suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan
pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan,
ketua dan sebagainya.
Secara umum, pada dasarnya
terdapat delapan kunci tugas pimpinan untuk
melaksanakan komitmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu:
- Menetapkan suatu dewan kualitas.
- Menetapkan kebijaksanaan kualitas.
- Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas.
- Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya.
- Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan
masalah kualitas.
- Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggungjawab pada manajemen
puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitas kronis.
- Merangsang perbaikan kualitas terus menerus.
- Memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam perbaikan
kualitas terus-menerus (Vincent Gaspersz, 1997: 203-204).
Sementara itu, bagi kalangan
follower/pengikut/bawahan seperti guru, karyawan dan lain-lain, perlu memperhatikan ketentuan berikut : (1) Mendukung program-program
pimpinan yang baik dan benar. (2) Memiliki kebutuhan berprestasi. (3) Klarifikasi kemampuan, wewenang dan peran. (4) Memiliki organisasi kerja. (5) Kemampuan bekerja sama. (6) Kecukupan sumber daya
(kuantitas). (7) Memiliki
koordinasi eksternal.
Ditambahkan bahwa, untuk melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinan,
maka kepala sekolah perlu memperhatikan dan mengontrol Variabel situasi, yaitu
seperangkat keadaan atau kondisi yang harus dikelola
dan diciptakan secara kondusif. Situasi ini antara lain : (1) kekuatan
posisi, (2) keadaan
bawahan, (3) tugas dan kemampuan
menggunakan teknologi, (4) struktur
organisasi, (5) keadaan lingkungan lembaga (fisik dan non-fisik), (6) ketergantungan eksternal, (7) kekuatan sosial politik, (8) rasa
aman dan demokratis. Keseluruhan proses interaksi kepemimpinan antara pemimpin,
yang dipimpin dan situasi, ditujukan
untuk mencapai variabel hasil akhir yaitu:
(1) Kepuasan pelanggan. (2) Loyalitas pelanggan. (3) Profitabilitas. dan (4) kepuasan
seluruh personil lembaga dan stakeholders.
8.
Hilangkan Rasa Takut.
Perlu disadari bahwa rasa
takut menghambat karyawan untuk mampu
mengajukan pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal
itu semua perlu dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena
itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan sistem imbalan
dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnya
motivasi internal dari siswa masing-masing.
9.
Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas.
Hambatan ini dapat
diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok.
Oleh karena itu para anggota
staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkatan kualitas.
10.
Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran
umum
harus menggantikan simbol-simbol kerja.
11.
Hilangkan Kuota
Numerik
Kuota cenderung
mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering
kali dengan mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan
pada target
dapat menimbulkan salah arah
untuk pengembangan sistem
yang baik. Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus
pada guru dan siswa daripada
sistem secara keseluruhan.
12.
Hilangkan
Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan
Kerja
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu
dimiliki oleh guru dan siswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu.
13.
Lembagakan
Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.
Hal ini berlaku
bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung
terhadap kualitas belajar
siswa.
14.
Lakukan Tindakan
Nyata/Contoh Nyata
Manajer harus menjadi”lead manager” bukan “boss manager”. Seorang “lead manager” akan berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha
mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk sistem sehingga dengan
adanya contoh nyata, pekerja menyadari
cara untuk
melakukan pekerjaan yang berkualitas.
Proses
manajemen pendidikan akan tercermin dalam sebuah organisasi pendidikan. Upaya lain
dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya didalam lembaga pendidikan sesuai
dengan Pasal 51 UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20/2003 menyatakan bahwa “Pengelolaan satuan pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah”.
Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik Apabila
manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan
pada tingkat sekolah, maka MBS akan
menyediakan layanan pendidikan
yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat di mana
sekolah itu berada. Ciri- ciri MBS bisa dilihat dari
sudut sejauh mana sekolah tersebut
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar
dan sumber
daya sebagaimana digambar- kan dalam tabel berikut:
Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS
Organisasi Sekolah
|
Proses Belajar mengajar
|
Sumber Daya Manusia
|
Sumber Daya dan
Administrasi
|
Menyediakan manajemen/ organisasi/
kepemimpinan transformasional * dalam mencapai tujuan sekolah
|
Meningkatkan kualitas belajar siswa
|
Memberdayakan staf dan menempatkan personel
yang dapat melayani keperluan siswa
|
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan
dan mengalokasikan sumber daya tsb. sesuai dengan kebutuhan
|
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan
kebijakan untuk sekolahnya sendiri
|
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan
tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat
|
Memiliki staf dengan
wawasan MBS
|
Mengelola
dana sekolah secara efektif dan efisien
|
Mengelola
kegiatan
operasional sekolah
|
Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif
|
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan
profesi pada semua staf
|
Menyediakan dukungan administratif
|
Menjamin adanya komunikasi yang efektif
antara sekolah dan masyarakat
|
Menyediakan program pengembangan yang
diperlukan siswa
|
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
|
Mengelola
dan memelihara gedung dan sarana
|
Menggerakkan partisipasi masyarakat
|
Berperanserta dalam memotivasi siswa
|
Menyelenggarakan forum /diskusi untuk
membahas kemajuan kinerja sekolah
|
|
Menjamin terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah
|
|
|
|
Dikutip dari Focus on School: The Future
Organization of Education Service for Student, Department of Education,
Queensland, Australia*)
Melalui
Manajemen Berbasis sekolah (MBS) ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan melalui lembaga sekolah. Beberapa hal yang diharapkan melalui
penerapan MBS ini ialah:
- Salah satu strategi adalah menciptakan
prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan
kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua
siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang
mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and
teachers will need capacity building if school-based management is to work”.
Demikian De grouwe menegaskan.
- Membangun budaya sekolah (school culture)
yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk
membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS
di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE)
merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara
insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan
sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat
tampil bersama dalam media tersebut.
- Pemerintah pusat lebih memainkan peran
monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi
pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima
sekolah.
- Mengembangkan model program pemberdayaan
sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak
dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah
berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih
nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.
Peningkatan mutu pendidikan dalam
pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang intensif. Pelaksanaan peran dan
tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan
mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity
enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur
organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara
peningkatan mutu terkaitan dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk
dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut
peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui
inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat bottom up
Dalam kaitan tersebut,
maka pengawasan di sekolah perlu lebih menekankan pada mutu melalui tahapan
quality assurance dengan pemantauan kesesuaian dengan standar-standar
pendidikan (dalam konteks sistem nampak pada gambar 1) yang kemudian
diikuti dengan quality enhancement, sehingga peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dapat menjadi gerakan bersama dengan trigger utamanya adalah pengawas
melalui pelaksanaan supervisi manajerial dan supervisi akademik, untuk kemudian
lebih memberi peran dominan pada kepala sekolah melakukan hal tersebut apabila
dua tahapan tersebut telah berjalan melalui implementasi MBS.
F. Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Walaupun perkembangan TQM berasal dari dunia bisnis,
namun konsep ini juga dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan atau
biasa disebut TQE (Total Quality Education). Berbagai upaya perbaikan dalam
manajemen sekolah menjadi titik awal dalam meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. TQE di indonesia diterjemahkan dengan mengadopsi model manajemen
berbasis sekolah.
Mutu
pendidikan memang hal yang sangat krusial dalam pembangunan sebuah negara
disamping kesehatan dan ekonomi masyarakatnya. Karena dengan pendidikan dapat
menciptakan sumber daya – sumber daya yang dapat diandalkan dalam pembangunan.
Untuk memajukan pendidikan peranan sekolah haruslah memenuhi standar mutu yang
diharapkan bagi masyarakat. Maka tidak heran saat ini terdapat berbagai macam
pilihan sekolah seperti sekolah standar nasional,reguler,standar internasional
dan lainnya. Masyarakat dapat memilih
pendidikan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Peningkatan
mutu pendidikan secara khusus berorientasi pada peningkatan kualitas sumber
daya manusia . Kualitas sumber daya akan
dipengaruhi oleh input, proses dan output pendidikan. Sehingga perlu adanya
kesinergian antara ketiga hal tersebut. Mutu Pendidikan akan dapat baik jika
baik organisasi pendidikan maupun pemerintah telah mampu menerapkan manajemen
yang tepat dalam pelaksanaannya. Sehingga tidak ada kelemahan baik itu dalam
hal kurikulum, sarana prasarana, proses pembelajaran, dan kualitas sumber daya
manusianya. Mutu Pendidikan dalam pelaksanaannya perlu mendapat pengawasan yang
intensif dari para penyelenggara pendidikan.
2.
Saran
Mengenai
ketidakpercayaan sebagian masyarakat dalam menyekolahkan anak didalam negeri,
mereka lebih cenderung percaya kepada pendidikan diluar yang mungkin lebih maju
dalam teknologi. Untuk mengantisipasi hal tersebut telah banyak upaya yang
dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini menciptakan home scholling maupun
sekolah internasional. Selain itu juga dengan meningkatkan sumber daya
manusianya dalam hal ini peranan seorang guru. Pemerintah berusaha dengan
menetapkan akreditasi bagi guru guna mengoptimalkan mutu pendidik di sekolah.
Guru haruslah menguasai kompetensi-kompetensi seperti kompetensi bidang studi,
kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang
pelayanan / pengabdian masyarakat.
Kegagalan implementasi MBS di
lapangan merupakan evaluasi bagi kita untuk melakukan sosialisasi secara terus
menerus. Input, proses, serta output harus selalu disinergikan agar peningkatan
mutu di indonesia dapat terealisasikan dalam waktu dekat, sehingga hasil dari
pendidkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang mampu berkompetitif dalam
era globalisasi.
Organisasi pendidikan
yang sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah sekolah harus
mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada. Dan pemerintah sebagai penjamin
pendidikan harus memainkan peranannya sehingga pemerataan pendidikan dan
pemerataan kualitas pendidikan semakin dirasakan oleh seluruh penyelenggara dan
pemakai jasa pendidikan.
F. Daftar
Pustaka
Depdiknas. 2010.
Manajemen Berbasis Sekolah. www.mgp-be.depdiknas.go.id. Diakses dari alamat
www.mgp-be.depdiknas.go.id/cms/upload/ publikasi/m01u02a.pdf.
Fariadi, Ruslan.
2010. Total Quality Management (TQM) dan Implementasinya Dalam Dunia Pendidikan.
http://aa-den.blogspot.com/2010/07/total-quality-management-tqm-dan.html,
diakses 8 September 2010
Hadis, Abdul. Prof.
Dr & B, Nurhayati, Prof. Dr. 2010.
Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit AlfaBeta, hal 2
Kristianty, Theresia,
Dr. 2005. Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu. Jurnal Pendidikan Penabur,
http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.106-112%20Peningkatan%20Mutu%20Pendidikan%20Terpadu%20
dengan%20Konsep%20Deming.pdf. diakses tanggal 28 September 2010
M Ihsan Dacholfany
M.Ed & Evi Yuzana SKM. 2009. dikutip dari
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/ 2009/05/15/
manajemen-berbasis-sekolah-mbs/. Diakses tanggal 20 September 2010.
Sallis, Edward. Alih
Bahasa Ali riyadi, Ahmad & Fahrurozi. 2006. Total Quality Management in
Edecation: Manajemen Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Irchisod. Hal. 73
Usman, Husaini, Prof.
Dr. 2009. Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, hal. 512-513