Pendahuluan
Islam sangat
mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas,
individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu
yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada
terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi
pendidikan.
Penekanan
kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan,
spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya
yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah
menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis.
Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang
bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan
memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara
ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai
tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang
selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti
ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status
pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan
mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan
pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma
pendidikan Barat yang sekular.
Dalam budaya
Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi
dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari
hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari
kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan
nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia.
Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih
dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi
disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama
Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding
dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak
didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Dalam makalah ini penulis berusaha
menggali dan mendeskripsikan tujuan dan sasaran pedidikan dalam Islam
secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam
al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan
dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan
dan sasaran pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan
realita saatini.
Definisi Pendidikan Menurut Islam
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang
menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah
beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik
supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah
digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah
beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang
mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan
Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat.
Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan
yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan
kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya
dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup
seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa
perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan
Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
- Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
- Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
- Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Pendidikan Islam itu sendiri adalah
pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi
adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori
tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu
bukanlah hanya teori.
(Nur Uhbiyati, 1998)
Pengertian pendidikan bahkan lebih
diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai
aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup,
sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk
praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai
fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang
dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau
keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua
pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan
nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist)
Tujuan Pendidikan Islam
Berbicara tentang tujuan pendidikan, mau
tidak mau mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan
memiliki tujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara
kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Pendidikan Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang terutama
sarana dan prasarana. Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki bangunan
yang tak kalah megahnya dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta
yang lain. Namun dari sisi kwalitas, pendidikan Islam dirasa belum
memenuhi keinginan umat. Sebab visi dan misi pendidikan yang mengarah
kepada terbentuknya manusia yang beradab terabaikan dalam institusi
pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah
mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir
individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat
bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia
pada umumnya.
Manusia adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani. Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan akherat.
Manusia adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani. Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada terbentuknya manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan akherat.
Tujuan pendidikan identik dengan gambaran
manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang
ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa
agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah
manusia yang baik menurut agamanya,
Dalam Alquran Allah Berfiman dalam Surat Al_Baqarah ayat 1-5
Artinya :
- Alif laam miin
- Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
- (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
- dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
- mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat,
tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang tahu rahasianya. Sudah
cukup lama para ulama al-Qur’an berbeda pendapat. Allahu A’lam, hanya
Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para ulama
abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A’lam yakni
Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat
ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.
Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh
untuk menunjuk al-Qur’an. Semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman
Allah dengan nama al-Qur’an (bukan al-Kitab) yang mengarah pada isyarat
dekat “hadzal Qur’an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan memberi
kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh
dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi
Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata “hadza ini” untuk menunjukkan
betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan
orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan jiwa mereka untuk
menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih
mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dari hal
diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam
pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu
sendiri dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
a) Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
b) Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah
c) mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh
d) Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir
e) Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.
Dalam Quran Surat Al-Imran ayat 138-139 :
Artinya :
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.
B. Surah A1i lmran: 138-139
Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini
mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Qur’an secara
keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan
kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini
memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur’an yang mengungkap adanya
hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat.
Kitab tersebut berfungsi mengubah
masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang
benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur’an
memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta
peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan
bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi
sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia
secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.
Pada ayat 139 ini membicarakan tentang
kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih
kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar
mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan
membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari
sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud
tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu
melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan
janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam
perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu.
Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di
dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah
sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu
orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam
hatimu.
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
- Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam
- Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya
- menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi.
Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi
Artinya : Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut :
- Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
- Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
- Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
- Mewujudkan akan keesaan Tuhan
- Mewujudkan manusia yang ahli do’a
- Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan
Prof.Dr. Muhammad At Taumi dalam bukunya
Falsafatut Tarbiyyah menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam
tingkah laku individu dan kelompok melalui interaksi dengan alam dan
lingkungan kehidupan
Sedangkan Prof. Dr. Athiyah Al Abrosyi
dalam bukunya At Tarbiyyatul Islamiyyah menyatakan bahwa prinsip utama
pendidikan Islam adalah pengembangan berfikir bebas dan mandiri secara
demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta didik secara
individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat yang
dititikberatkan pada pengembangan akhlak Orientasi dan arah kehidupan
manusia menurut Al Qur’an adalah iman, ihsan dan takwa sebagai
kualifikasi keislaman seseorang yang terpola dalam laku ibadah. Ini
berarti bahwa pendidikan Islam adalah tindakan sadar diri secara sosial
yang dilakukan secara terencana guna mengarahkan seluruh manusia kepada
ilmu, ihsan dan takwa yang membentuk pola kelakuan ibadah.
Dalam Al Qur’an manusia menempati
kedudukan yang istimewa di alam semesta ini. Dia adalah khalifatullah di
muka bumi. Sebagai khalifah ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang
memungkinkan dirinya dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Ada beberapa
cirri yag diberikan oleh Allah sehingga membedakannya dengan makhluk
yang lain. Ciri tersebut adalah : fitrah, ruh,, kebebasan ( kemauan )
dan juga kemauan yang membuatnya dapat menentukan pilihan antara yang
benar dan yang salah.
Dengan kelebihan yang dimilikinya itu
menjadikan tujuan tertinggi dari pendidikan Islam adalah membina
individu-individu yang akan bertindak sebagai khalifah. Fitrah manusia
harus dikembangkan sebagai salah satu aspek utama tujan pendidikan
dengan tidak mengesampingkan aspek yang lain seperti perkembangan
spiritual (ruh ), kebebasan kemauan, akal, dan juga perkembangan jasmani
dan mental.
Salah satu aspek penting dan mendasar
dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang
paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan
ilmu serta dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut
disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu
satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena
itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya
merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan
manusia.
Maka dari itu berdasarkan definisinya, Rupert C. Lodge dalam philosophy of education
menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut
seluruh pengalaman. Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah
pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack
merumuskan pendidikan sebagai “the art or process of imparting or acquiring knomledge and habit through instructional as study”.
Dalam definisi ini tekanan kegiatan pendidikan diletakkan pada
pengajaran (instruction), sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah
aspek kognitif dan kebiasaan. Theodore Meyer Greene mengajukan definisi
pendidikan yang sangat umum. Menurutnya pendidikan adalah usaha manusia
untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Alfred
North Whitehead menyusun definisi pendidikan yang menekankan segi
ketrampilan menggunakan pengetahuan.
Untuk itu, pengertian pendidikan secara
umum, yang kemudian dihubungkan dengan Islam -sebagai suatu sistem
keagamaan- menimbulkan pengertian pengertian baru yang secara implisit
menjelaskan karakteristik karakteristik yang dimilikinya. Pengertian
pendidikan dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren
salam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’lim” dan “ta’dib”
yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah itu mengandung
makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan
yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
Istilah istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam; informal, formal, dan nonformal.
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan
sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak
dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk
individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.
Dengan ini pula keutamaan itu akan merata dalam masyarakat.
Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan
pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya
sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu
“Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar
filosofis pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup
multi dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas
kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan
kader-kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur,
dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam
al Qur’an. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi
dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis.
Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan
pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi
oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan
lainnya. Bila dilihat dari ayat-ayat al Qur’an ataupun hadits yang
mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan
pendidikan, terdapat beberapa macam tujuan, termasuk tujuan yang
bersifat teleologik itu sebagai berbau mistik dan takhayul dapat
dipahami karena mereka menganut konsep konsep ontologi positivistik yang
mendasar kebenaran hanya kepada empiris sensual, yakni sesuatu yang
teramati dan terukur.
Qodri Azizy menyebutkan batasan tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua hal, yaitu;
a) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam;
b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam.
Sehingga pengertian pendidikan agama
Islam merupakan usaha secara sadar dalam memberikan bimbingan kepada
anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan
pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.
- Analisis Kebijakan Pendidikan Islam
Pendidikan pada hakekatnya merupakan
suatu upaya meewarisi nilai yang menjadi penolong dan penentu umat
manusia dalam menjalani kehidupan dan untuk memperbaiki nasib dan
peradaban umat manusia, tanpa pendidikan manusia sekarang tanpa berbeda
dengan manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang
telah sangat tertinggal baik kwalitas maupun proses pembedayaanya.Untuk
itu pemerintah banyak membantu dalam dunia pendidikan diantaranya banyak
peraturan-peraturan yang telah di buat seperti :
- Keputusan mentri No 44 Tahun 2005 tentang Komite Sekolah
- Peraturan pemerintah No 19 Tahun 2007 Penilaian Standar Isi.
- Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2007 Standar Sarana dan Prasarana
- Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2007 Sertifikasi guru
- Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2007 tentang buku teks Pelajaran
- Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2008 Standar Adminitrasi Sekolah
- Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Pembagian Wewenang
- Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan
- Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2008 wajib Belajar
- Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 Guru
- Undang-Undang No.14 Guru dan Dosen
- Undang-Undang No.20 Sekdiknas
Lahirnya Undang-Undang (UU) No 20 Tahun
1999 yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pendidikan, merupakan tonggak baru penyelenggaraan
pendidikan. Dengan undang-undang ini kebijakan pendidikan berubah, yang
tadinya otoritas penyelenggaraan pendidikan berada di tangan pemerintah
pusat, sekarang otoritas tersebut berada di tangan pemerintah daerah.
Permasalahan pendidikan yang dihadapi
Pemerintah Indonesia memang sangat kompleks. Selain menyediakan
pendidikan bagi penduduk usia belajar yang jumlahnya begitu besar, kita
menghadapi perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi yang
begitu deras, yang tidak diimbangi peningkatan mutu sumber daya
pembelajaran, termasuk dalam hal peningkatan mutu guru, kurikulum, alat
pembelajaran, dan lainnya.
Ketertinggalan dalam hal mutu sumber daya
pembelajaran ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Melihat
kompleksnya isu pendidikan yang dihadapi pada Abad- 21 ini dan yang
sedang dihadapi Indonesia saat ini, diperlukan kajian terhadap sistem
pendidikan di Indonesia beserta kebijakan yang mendukungnya.
Kebijakan pemerintah yang perlu dikaji
adalah kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan menteri, serta keputusan direktur jenderal. Banyak
permasalahan pendidikan yang dapat diidentifikasi dari masalah yang
disebabkan oleh kebijakan pendidikan yang ada, termasuk isu-isu
pendidikan yang berkembang.
Kelemahan peningkatan pendidikan terletak
dari sudut pandang pengelolaan pendidikan. Pendidikan membutuhkan
proses yang panjang, bukan hanya target-target instan yang tak akan
bertahan dalam jangka panjang. Tujuan pendidikan yang terdapat dalam
undang-undang tidak dapat dilaksanakan dengan sudut pandang pragmatis
atau realistis.
Mutu pendidikan di Indonesia tidak akan
dapat melampaui mutu pendidikan negara lain, atau tujuan pendidikan
nasional tidak akan dapat dicapai tanpa perencanaan jangka panjang dan
jangka menengah yang berkesinambungan.
Tujuan pendidikan yang demikian ideal
selama ini tidak pernah dengan sungguh-sungguh diterjemahkan secara
operasional. Kurikulum yang dirancang dan dilaksanakan secara relevan,
efisien, dan efektif akan mampu mendukung terlaksananya fungsi
pendidikan nasional untuk mencerdaskan bangsa dan memajukan budaya
nasional. Peningkatan mutu pendidikan dari segi pelayanan pembelajaran
belum disentuh.
Pergantian era kepemimpinan menteri
pendidikan tidak mampu membawa peningkatan pelayanan pendidikan yang
bermuara pada peningkatan mutu. Rasio siswa dalam satu kelas tidak
pernah menurun. Rasio siswa dari jenjang SD hingga SMA masih di atas 25
orang, bahkan di tingkat SMP dan SMA berada pada kisaran 40 orang. Angka
ini masih jauh dari tuntutan penyediaan pendidikan yang berkualitas.
Sekalipun pemerintah telah lama melakukan
perluasan pendidikan, ternyata tidak berhasil menaikkan rasio siswa
dalam satu kelas. Peningkatan mutu pendidikan dari segi input siswa.
Tanpa kesehatan, nutrisi yang cukup, ketekunan, kehadiran yang tetap,
dan dukungan rumah, kegiatan pembelajaran di kelas tidak akan efektif.
Siswa harus mampu bertahan mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran,
sehingga harus didukung oleh nutrisi yang cukup.
Dari segi proses, peningkatan mutu
pendidikan belum berjalan baik karena para guru dan tenaga pengajar lain
masih lebih banyak berpendidikan di bawah S-1. Kebijakan
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan selama ini masih dalam taraf
meningkatkan kompetensi guru hingga D-2. Hal ini terjadi khususnya di
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dari segi mutu output pendidikan didapati
bahwa selama ini tidak ada kriteria kelulusan berdasarkan hasil ujian,
sehingga hampir semua peserta ujian memperoleh predikat tamat dan dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan mengambil batas
nilai 5,5 (asumsi) sebagai kriteria minimal kelulusan, berarti hanya
36,79% siswa SLTP yang lulus, sisanya memperoleh predikat tamat belajar.
Dari paparan akademis, tingkat penguasaan materi pada umumnya sangat
memprihatinkan.
Pada 2003 telah lahir UU No 20/2003
tentang Pendidikan Nasional. Undang-undang ini memang telah lebih
komprehensif dan jelas menyatakan tentang standardisasi pendidikan dan
peningkatan mutu. Namun karena operasionalisasi undang-undang ini
memerlukan peraturan pemerintah, dan peraturan itu hingga 2004 belum
selesai dibuat, maka keputusan menteri pendidikan nasional belum mengacu
kepada undang-undang tersebut.
Dalam hal ini kebijakan pendidikan yang
ada belum mampu meningkatkan mutu pendidikan menembus pencapaian jangka
pendek (output pendidikan) dan pencapaian jangka panjang (outcome
pendidikan), apalagi mengungguli pencapaian mutu pendidikan negara
tetangga.
Peningkatan mutu pendidikan selama ini
masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya mutu pendidikan
ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain mutu dan distribusi guru
yang masih belum memadai, kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,
kurikulum yang kurang sesuai, lingkungan belajar di sekolah maupun dalam
keluarga dan masyarakat belum mendukung.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat
penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam terkait dengan berbagai
kebijakan yang pemerintah buat dan harus dijalankan dalam dunia
pendidikan pada intinya adalah :
terwujudnya manusia sebagai
hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh
manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri
ialah beribadah kepada Allah.
Wallahu A’lam Bish-shawab
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001
Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Tilaar, Prof. Dr., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya., Bandung
H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana
Azizy, Ahmad Qodri A. 2000. Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azra. Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Hitami, Munzir. 2004. Menggagas Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite Press
Khaldun, Ibnu. 2001. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus
Miskawaih, Ibnu. Tanpa tahun. Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah
Sanaky, Hujair AH. 2003. Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI
Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Departemen agama, al-Qur’an dan Tafsirnya ( Jakarta: Proyek pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1990)
Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)A
Tafsir Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992)A
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi ( Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974)