Sabtu, 25 Mei 2013

PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN ISLAM


PENDAHULUAN
Secara filosofis, dalam kegiatan kehidupan sehari-hari kita selalu penuh dengan perencanaan. Akan tetapi, sering tidak disadari bahwa kita telah melakukan perencanaan. Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan menentukan berhasil tidaknya suatu program, program yang tidak melalui perencanaan yang baik cenderung gagal. Dalam arti kegiatan sekecil dan sebesar apapun jika tanpa ada perencanaan kemungkinan besar berpeluang untuk gagal.
Perencanaan pendidikan menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan. Perencanaan pendidikan itu memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan, sehinga manajemen lembaga pendidikan akan dapat dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
Hal tersebut juga berlaku dalam sebuah institusi, seperti institusi pendidikan Islam. Institusi pendidikan yang tidak mempunyai perencanaan yang baik akan mengalami kegagalan. Hal ini tentunya makin memperjelas posisi perencanaan dalam sebuah institusi.
Untuk memperlancar jalannya sebuah institusi diperlukan perencanaan, dengan perencanaan akan mengarahkan institusi tersebut menuju tujuan yang tepat dan benar menurut tujuan institusi itu sendiri. Artinya perencanaan memberi arah bagi ketercapaian tujuan sebuah sistem, karena pada dasarnya sistem akan berjalan dengan baik jika ada perencanaan yang matang. Perencanaan akan
dianggap matang dan baik jika memenuhi persyaratan dan unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk merencanakan segala kegiatannya.
$pkš‰r’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£‰s% 7‰tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs.Al-Hasyr:18).
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin Negara.
Allah sebagai pencipta, Allah sebagai Perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah Maha Merencanakan, Al-Bari, sifat tersebut menjadi inspirasi bagi umat Islam terutama para manajer. Karena pada dasarnya manajer yang harus mempunyai banyak konsep tetang manajemen perencanaan pendidikan.
Namun apabila dilihat dalam kenyataan kesehariannya, unsur perencanaan pendidikan masih lebih banyak dijadikan faktor pelengkap atau penjabaran kebijakan pimpinan, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. Salah satu penyebabnya adalah para perencana pendidikan masih kurang memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam kontek yang lebih komprehensif. Selain itu, posisi bidang perencanaan belum merupakan “key factor” keberadaan suatu institusi pendidikan.
PEMBAHASAN
  1. A. Ruang Lingkup Permasalahan Pendidikan
Kebutuhan akan perencanaan timbul karena semakin kompleksnya permasalahan yang muncul dalam masyarakat modern. Permasalahan  muncul karena adanya suatu aktifitas atau kejadian yang menyimpang dari yang seharusnya terjadi. Permasalahan seperti jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja, ekologi, penurunan sumber daya, serta penggunaan perkembangan ilmu pengetahuan yang sembarangan, menempatkan institusi pendidikan untuk dapat menemukan solusinya. Jika institusi pendidikan diharapkan mampu menyalesaikan masalah-masalah tersebut, maka kemampuan merencanakan menjadi suatu keharusan.
Untuk menanggulangi masalah, terlebih dahulu aktifitas perencanaan pendidikan harus difahami dari berbagai segi. Dari segi umum perencanaan pendidikan merupakan suatu penelitian, pengembangan teori dan teknik, penggambaran rencana pada tingkat lokal, regional, nasional, dan global. Dari segi fisik, perencanaan pendidikan merupakan perencanaan jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek gedung sekolah, tata ruang gedung sekolah dan peralatannya, kriteria lingkungan kegiatan pembelajaran, dan lainnya. Dari segi sosial merupakan tinjauan yang merefleksikan orang, perencanaan kurikulum, strategi instruksional, tinjauan kebutuhan tenaga kerja dan sosial. Dan dari segi administrasi, perencanaan pendidikan merupakan kontrol pengembangan, pembuatan keputusan, manajemen operasi, dan kontrol inventaris.
Pada umumnya kendala yang muncul pada proses perencanaan pendidikan ditingkat yang lebih tinggi akan berdampak lebih besar pada tingkat dibawahnya. Lingkungan, ketersediaan SDM, sosial budaya, ekonomi dan politik, menjadi hal yang penting diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur, posisi, letak dan ukuran pendirian suatu sekolah karena keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan proses perencanaan pendidikan tidak terlepas dari proses pendidikan itu sendiri, yaitu sebuah proses membentuk kepribadian manusia melalui kegiatan pendidikan yang dirancang dan direncanakan secara sistematis dalam suatu sistem pendidikan.
Perencanaan pendidikan harus komprehensif dan mengacu pada tujuan sosial dan aspek-aspek yang terkandung didalamnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip dan formulasi tujuan pendidikan Islam yang memandang pendidikan secara universal sebagai keseluruhan aspek manusia meliputi ; agama, masyarakat dan kehidupannya, alam semesta, ibadah, akhlak dan muamalah.Sebagaimana Firman Allah Swt.
$yg•ƒr’¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=äz÷Š$# ’Îû ÉOù=Åb¡9$# Zp©ù!$Ÿ2 Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÅVºuqäÜäz Ç`»sÜø‹¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNà6s9 Ar߉tã ×ûüÎ7•B ÇËÉÑÈ
“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S.Al-Baqarah /2 : 208)
Secara umum perencanaan meliputi:
  1. Lingkup dan cakupan bidang permasalahan.
  2. Rentang permasalahan termasuk didalamnya perencanaan penyelesaian.
  3. Akibat yang ditimbulkan, analisis permasalahan serta upaya penyelesaiannya.
  4. Perhatian secara umum atas keberadaan masalah dan penyelesaiannya.
Mengingat beragamnya peran perencanaan pendidikan tersebut, maka keterlibatan berbagai tingkatan (stake holders) yang ada di masyarakat dipandang perlu. Bukan hanya terbatas pada lingkungan sekolah atau pemerintah. Untuk menghasilkan atau mencapai solusi optimal suatu perencanaan tergantung pada ketersediaan sumber daya dan karakter hambatan yang ada, baik secara individu maupun keinstitusian. Secara individu, seseorang mengalami hambatan terhadap kebutuhan dasar yang terklasifikasi kedalam tiga prinsip pokok. Yaitu, memelihara atau mempertahankan kehidupan, meningkatkan atau memperbaiki kehidupan, dan menyempurnakan keinginan-keinginan bagi kepuasan. Adapun dari segi keinstitusian, perencana pendidikan dituntut untuk mengenal karakteristik dari suatu institusi. Diantaranya, orientasi terhadap tempat, bekerja pada suatu periode tertentu, dan ketergantungan pada keterlibatan kerja individu yang ada di dalamnya.
Dalam pendidikan Islam, implikasi dari proses perencanaan pendidikan adalah sejalan dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan bertujuan membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui segera.  Sebuah proses yang memerlukan perencanaan dan perhitungan yang matang, sehingga kegagalan atau kesalahan langkah pembentukan dapat dihindarkan.
  1. B. Konseptualisasi dan Rancangan Rencana
Dalam pembahasan perencanaan pendidikan, perencana pendidikan harus mengkaji pola-pola dan kecendrungan yang umum dan menonjol dari manusia, tempat, pergerakan, akonomi, dan aktivitas.
Prinsip perencanaan khususnya dalam lingkungan fisik, berkaitan dengan perencanaan lingkungan pendidikan. Perencana pendidikan hendaknya memperhatikan empat hal berikut:
  1. Aktivitas yang tercakup dalam berbagai institusi pendidikan.
  2. Kebutuhan manusia akan institusi pendidikan.
  3. Perencanaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan proses dan teknik.
  4. Administrasi gedung dan peralatan sekolah.
Perencana pendidikan hendaknya seorang analis yang terampil, evaluator yang efektif, dan desaigner yang cakap. Perencana merupakan seorang professional yang dengan pengalaman dan pendidikannya mampu membuat konsep mengenai pedoman pelaksanaan satu tugas sampai selesai.
Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menyusun strategi dan rencana dalam segenap urusannya, dan hendaknya kita konsisten dengan apa-apa yang telah kita rencanakan dalam urusan kemaslahatan. Firman Allah Swt:
’Í?øBé&ur öNçlm; 4 ¨bÎ) “ωø‹x. îûüÏGtB ÇÍÎÈ
“ Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh”(Q.S. Al-Qalam/68 : 45).
Sebaik-baik pembuat rencana adalah hanya Allah Swt. Sebagaimana FirmanNya :
߉‹Ï.r&ur #Y‰ø‹x. ÇÊÏÈ
“Dan akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya” (Q.S.Ath-Thaariq/86 : 16).
Fungsi perencana pendidikan sangat banyak dan beragam. Karena seorang perencana dapat berfungsi sebagai perumus dan pelaksana pencapaian tujuan. Perencana harus terus menerus memonitor dan mengevalusi perencanaan, juga bertindak sebagai penyangga politik untuk memastikan penyelesaian dari perencanaan tersebut. Peran utama perencana meliputi: a) pemimpin institusi, b) perencana professional, c) komunikator, d) promotor.
Pekerjaan perencana pendidikan memerlukan interpretasi ringkas mengenai kabutuhan masyarakat dan bagaimana cara perencanaan tersebut memenuhinya. Dengan demikian perencanaan tersebut harus bersifat komprehensif. Perencana harus menyeimbangkan sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang memungkinkan terjadi.
Dalam mengkonsep rencana, hendaknya perencana juga memperhatikan berbagai pola dan kecendrungan yang menonjol pada beberapa hal berikut.
  1. Pada manusia.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan bukanlah hal yang baru. Konsepnya sederhana, yaitu bahwa seseorang dilahirkan dengan berbagai potensi untuk dapat mengembangkan pola prilaku dan lingkungannya. Mekanisme keturunan, karekteristik genetika, dan mekanisme naluriah merupakan faktor penting dalam efektifitas adaptasi manusia dengan lingkungannya.
  1. Pada tempat.
Lingkungan yang sesuai dapat secara efektif mempengaruhi prilaku individu dan membantu menggali potensi dasarnya. Setting yang sesuai menekankan siswa sebagai individu dan menghasilkan konsep diri yang lebih positif.
  1. Pada pergerakan.
Setiap hari siswa memulai aktivitas belajar dengan pergerakan. Namun pengalaman ini tidak dijadikan bagian dari program pendidikan, baik formal ataupun informal. Akibatnya, individu tidak peduli terhadap kekacauan, kemacetan dan bahaya. Banyak program sekolah yang belum memecahkan masalah pergerakan ini.
  1. Pada ekonomi.
Salah satu kebijakan ekonomi yang berkelanjutan adalah pembaharuan kota. Didalamnya tercakup perluasan kota, administrasi proyek, pengembangan dan perbaikan fasilitas baru, dan lain sebagainya. Disini diperlukan adanya pendekatan sistem yang lebih komprehensif dengan masalah pembaharuan perkotaan. Dan kebijakan yang timbul hendaknya benar-benar memperhatikan orang-orang yang tinggal di area tersebut.
  1. Pada aktivitas.
Kajian sistem aktivitas pendidikan hendaknya mengikuti kajian aktivitas siswa, distribusi ruang dalam lingkungan perkotaan, dan hubungannya dengan sistem perkotaan lainnya. Sistem aktivitas pendidikan dapat dianggap sebagai prilaku yang melibatkan sejumlah orang yang ada dalam satu tujuan. Pandangan ini menekankan alasan seseorang untuk bertindak.
Menentukan Tujuan dan Sasaran
Terdapat lima tahap dalam proses penentuan tujuan, yaitu:
  1. Mendefinisikan batasan kemungkinan yang membentuk batas-batas perencanaan dan porsi keputusan yang dipengaruhi oleh putusan perencana.
  2. Dari batasan tersebut, perencana lalu mengurangi berbagai alternatif dengan menghilangkan yang tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan.
  3. Dengan membandingkan segi manfaat, perencana dapat menentukan dampak positif dan negatif dari berbagai kombinasi tujuan dan sub tujuan dan kemudian memilih alternatif yang terbaik.
  4. Mengevaluasi manfaat tujuan itu dengan membandingkan faktor-faktor lingkungan dengan tujuan dan sasarannya.
  5. Bila putusan akhir telah dibuat dan tujuan serta sasaran telah ditetapkan, maka dibuatlah pernyataan kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman.
Apapun tujuan yang diharapkan dalam proses penentuan tujuan perencanaan hendaknya selalu mengantungkan kesadaran diri dan fikiran hanya kepada Allah Swt. Dengan cara berfikir dan berzikir kepadaNya, dan mampu mentrans-internalisasikan (mengamalkan) ke dalam tingkah laku nyata.
tûïÏ%©!$# tbrãä.õ‹tƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4’n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur $uZ­/u‘ $tB |Mø)n=yz #x‹»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß™ $oYÉ)sù z>#x‹tã Í‘$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.(Q.S.Ali Imran/3 : 19).
Berikut ini merupakan beberapa saran dari tujuan umum dalam perencanaan pendidikan.
  1. Membantu memecahkan masalah sosial, fisik, dan keuangan.
  2. Menumbuh-kembangkan individualitas dengan memberikan kapasitas tertentu bagi individu untuk membuat keputusan sendiri.
  3. Menyadiakan arena yang luas mengenai pemahaman dan menghargai orang dari berbagai lapisan.
  4. Melibatkan individu di semua aspek kehidupan.
  5. Mempersiapkan individu untuk dunia kerja.
  6. C. Evaluasi Rencana
Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentingnya perencanan pendidikan dan hasil-hasil potensialnya. Sesuai kebutuhannya, lebih jauh evaluasi sebaiknya muncul sepanjang proses perencanaan.
Sebuah rencana bukanlah hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan, dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Evaluasi rencana adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi rencana itu sangat bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan karena dengan masukan hasil evaluasi rencana itulah para pengambil keputusan akan menetukan tindak lanjut dari perencanaan yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi rencana adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker).
Seorang evaluator hendaknya bertindak bijaksana dalam melakukan evaluasi dan senantiasa dapat bermusyawarah untuk mengambil keputusan, sebagaimana difirmankan Allah Swt:
$yJÎ6sù 7pyJômu‘ z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xá‹Î=xî É=ù=s)ø9$# (#q‘ÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó™$#ur öNçlm; öNèdö‘Ír$x©ur ’Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah..Sesungguhnya Allah menyukaiorang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”.(Q.S.Ali Imran/3 : 159).
Ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada rencana secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator rencana dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen rencana.8
  1. D. Spesifikasi Rencana
Berikut ini diuraikan beberapa jenis perencanaan pendidikan.
  1. a. Perencanaan Pendidikan Adaptif
Perencanaan ini terjadi karena adanya tanggapan pada suatu pengembangan yang dilakukan secara eksternal. Dalam pengertian sempit, perencanaan tersebut berarti pemecahan masalah. Perencanaan ini dapat dengan mudah dan cepat difahami oleh semua pihak. Tujuannya adalah mempertahankan keseimbangan organisasi.
  1. b. Perencanaan Pendidikan Kontingensi
Perencanaan ini merupakan pendekatan yang ditujukan untuk menciptakan kondisi yang tidak terpengaruh dengan biaya.
  1. c. Perencanaan Pendidikan Kompulsif
yaitu menentukan perincian mengenai apa yang harus dan akan dilakukan. Alat utamanya ialah imbalan jika berhasil dan hukuman jika tidak berhasil.
  1. d. Perencanaan Pendidikan Manipulatif
Yaitu mengandalkan berbagai jenis instrumen untuk mendapatkan suatu keuntungan. Alatnya adalah kesepakatan, pertukaran, dan upaya mempengaruhi orang lain.
  1. e. Perencanaan Pendidikan Indikatif
Yaitu menyebarkan informasi kepada individu dengan harapan akan mengambil tindakan yang tepat.
  1. f. Perencanaan Pendidikan Bertahap
Ialah perencanaan yang mengambil langkah pendek dan mengoreksi kesalahan saat perencanaan itu dilaksanakan.
  1. g. Perencanaan Pendidikan Otonomi
Ialah perencanaan yang dilakukan oleh diri sendiri dan bukan sebagai bagian dari perencanaan lainnya.
  1. h. Perencanaan Pendidikan Amelioratif
Perencanaan ini dirancang untuk memulihkan pada keadaan semula, tanpa pertimbangan mengenai apa yang mungkin terjadi.
  1. i. Perencanaan Pendidikan Normatif
Ia merupakan perencanaan jangka panjang untuk 25 sampai 40 tahun kedepan. Karakteristik utamanya adalah sifatnya yang umum. Dan fungsinya adalah untuk membentuk pedoman dan arahan untuk perencanaan.
  1. j. Perencanaan Pendidikan Fungsional
Perencanaan ini memusatkan pada aspek tertentu dari seluruh masalah. Pada dasarnya jenis permasalahan ini sifatnya tersegmentasi tetapi tetap berfungsi sebagai pelengkap dari perencanaan total.9
  1. E. Implementasi Rencana
Implementasi rencana termasuk langkah sulit dari proses perencanaan pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya masalah pembagian sumber daya yang belum terpecahkan dengan baik, kebijakan umum untuk implementasi rencana belum diformulasikan dengan baik, dan seringkali dukungan dari masyarakat akademisi, pengambil keputusan politik, dan praktisi pendidikan hanya diketahui oleh orang tertentu saja.
Perbedaan antara perencanaan kebijakan dengan perencanaan program pendidikan ialah, perencanaan kebijakan pendidikan menyangkut pengembangan pedoman tindakan oleh sekelompok orang tertentu. Sedangkan perencanaan program pendidikan menyangkut persiapan rencana-rencana yang spesifik disertai prosedur untuk diterapkan oleh institusi pedidikan dalam kerangka pendidkan yang ada.
Kerjasama Dalam Pelaksanaan Rencana Pendidikan
Sebuah perencanaan mengandung banyak bagian, peran, pelaku, dan kerjasama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Kerjasama dan kesamaan persepsi sangat dibutuhkan. Variasi kerjasama dapat diinterpretasikan dalam 5 kerjasama. Yaitu:
  1. Kerjasama antar orang.
Siswa, guru, kepala sekolah, dan admisistrator termasuk factor penting dalam usaha kerjasama.
  1. Kerjasama yang berkaitan dengan tempat.
Setiap tempat membutuhkan penyesuaian dan adaptasi dengan aspek lain dalam perencanaan pendidikan. Penggunaannya mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pendidikan yang komprehensif.
  1. Kerjasama yang berkaitan dengan perubahan atau gerakan.
Pola aktivitas pendidikan menggambarkan sistem ketergantungan dengan pilihan lokasi dan tempat. Yang mana akan ada pengaruhnya dengan pergerakan siswa dan komponen sekolah tersebut.
  1. Kerjasama yang berkaitan dengan ekonomi.
Ekonomi merupakan kunci bagaimana dan proyek pendidikan apa yang akan dijalankan. Materi merupakan pendorong individu bekerja, kompensasi layanan, dan hadiah atas kontribusi yang diberikan.
  1. Kerjasama yang berkaitan sengan aktifitas.
Kerjasama antar kegiatan berbagai agensi pendidikan sangat penting dalam rangka pencapaian tujuan. Kerjasama dengan sendirinya akan mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada.
  1. F. Monitoring (pemantauan) dan Evaluasi Rencana
Monitoring (pemantauan) merupakan upaya mengamati pelaksanaan dari tindakan rencana. Pemantauan juga untuk merekam data tentang prilaku, aktivitas, dan proses lainnya.
1. Fungsi Pemantauan.
Pemantauan memiliki dua fungsi pokok, yaitu :
  1. mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan.
  2. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan rencana yang sedang berlangsung diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan.10
2. Sasaran Pemantauan
Sasaran pemantauan adalah menemukan hal-hal berikut :
  1. Seberapa jauh pelaksanaan rencana sesuai dengan rencana.
  2. Seberapa jauh pelaksanaan rencana telah menunjukan tanda-tanda tercapainya tujuan rencana.
  3. Apakah terjadi dampak yang positif meskipun tidak direncanakan.
  4. Apakah terjadi dampak negative, merugikan, atau kegiatan yang mengganggu.
3. Pelaku Pemantauan
Pemantauan rencana dilakukan oleh evaluator bersama dengan pelaku/praktisi atau pelaksana rencana. Dapat pula dilengkapi atau dibantu oleh pihak lain yang diperlukan seperti kepala sekolah, atau pengawas sekolah.
4. Teknik dan alat pemantauan
a. teknik pengamatan, daftar cek, atau skala bertingkat.
b. teknik wawancara.
c. catatan lapangan
d. alat perekam elektronik.
Evaluasi perencanaan yang sedang berjalan menandai berakhirnya siklus proses perencanaan pendidikan. Evaluasi pada dasarnya merupakan suatu aktifitas pengendalian yang memungkinkan intervensi yang positif. Evaluasi merupakan kegiatan memeriksa arah yang diambil, dan mengevalusi hasil maupun penyimpangan dari perencanaan sebelumnya. Penilaian dan pengujian kuantitatif yang berdasarkan pengalaman terdahulu merupakan cara mengevaluasi berbagai tahap dalam proses perencanaan.
Evaluasi harus bersifat komprehensif dan terbuka terhadap berbagai kritikan walaupun kemampuan manusia dalam menguasai sesuatu memiliki beberapa keterbatasan.
Perbedaan mendasar antara pemantauan dengan evaluasi ialah bahwa pemantauan memusatkan perhatian pada proses pelaksanaan rencana, sedangkan evaluasi pada hasil yang dicapai setelah satu tahapan rencana dipandang memadai.
Pelaku evaluasi dalam evaluasi rencana pada dasarnya mirip dengan pelaku pemantauan, yang dapat dilakukan oleh : a) guru kelas; b) kepala sekolah; c) pemilik sekolah/jajaran birokrasi; d) peneliti sebagai mitra kolaborasi.
Terdapat 5 hal penting dalam setiap aktivitas pendidikan, yang merupakan poin penting dalam proses evaluasi. Yaitu:
  1. Tempat aktivitas dilakukan.
  2. Waktu aktivitas dilakukan.
  3. Orang yang terlibat dalam aktivitas.
  4. Sumber daya yang diperlukan untuk aktivitas tersebut.
  5. Proses pelaksanaan aktivitas.
Dengan evaluasi rencana dapat ditentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian dari suatu rencana. Selain itu dengan evaluasi dapat diketahui pula jika ada efek sampingan dari pelaksanaan rencana baik yang positif maupun yang negatif.
KESIMPULAN
Perencanaan pendidikan menempati posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan dan memberikan kejelasan arah dalam segenap usaha proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga manajemen usaha pendidikan akan dapat diimplementasikan dengan lebih efektif dan efisien.
Perencanaan pendidikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan siap kerja, tumbuhnya sinergi dari berbagai institusi.
Perencanaan pendidikan harus berorientasi terhadap program siswa yang terstruktur dengan kondisi yang relevan dengan lingkungan sekitarnya. Perencanaan pendidikan dipandang perlu untuk melibatkan stake holder yang ada di masyarakat.
Wallahu a’lam bishawaab.
Daftar Pustaka
Udin Syaefudin Sa’ud, M.Ed.,Ph.D. (2006). Perencanaan Pendidikan. PT.Remaja Rosda Karya. Cet. Ke-2, Bandung.
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto. (2008). Evaluasi Program Pendidikan.PT. Bumi Aksara. Cet. Ke-1,Jakarta.
Prof.Dr. H.A.Tafsir. (2008). Pengembangan Wawasan Profesi Guru. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. C.V. Alfabeta. Cet. Ke-3, Bandung.
Prof.H.M. Arifin, M.Ed. (2006) Ilmu Pendidikan Islam,PT. Bumi Aksara. Cet. Ke-2, Jakarta.
Arifuddin Arif, S.Ag., M.Pd.I. (2008). Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. GP. Press Group.cet. ke-1. Jakarta.
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T.(2008) Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Cet. Ke-1,Jakarta