Sabtu, 25 Mei 2013

PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar, belajar lebih efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbanyangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan “bagaimana mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belajar”.
Berkembanganya penerapan teknologi pendidikan boleh dikatakan berasal dari Amerika Serikat. Pada awal perkembangan sekitar seratus tahun yang lalu, teknologi itu terkenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1930) penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya  secara massal media belajar-pengajaran untuk digunakan di sekolah secara meluas. Sepuluh tahun kemudian, saar Amerika Serikat terlibat dalam perang dunia II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu diperlukan latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering mungkin. Dikembangkanlah cara peralatan dengan menggunakan berbagai media dan simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatan bersenjata tersebut. Mulailah dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology).
Seusai perang dunia II mulai dikembangkan pengalaman di kalangan angkatan bersejata tersebut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari perpustakaan,d engan menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi nama Pusat Sumber Belajar (PSB). Program studi atau keahlian dalam teknologi pendidikan mulai dibuka dibeberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada.
Namun pendidikan dalam lingkungan sekolah ini lebih berorientasi teoritis dan menganggap fungsinya adalah mempersiapkan peserta didik untuk masa depa yang siap latih. Padahal dengan semakin berkembangnya kegiatan sosial-ekonomi diperlukan tenaga yang kompeten lebih banyak dan cepat. Hal ini memicu tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan dan kursus sebagai upaya pendidikan berkelanjutan yang bersifat terapan. Lembaga-lembaga ini ada yang berdiri sendiri, namun banyak yang merupakan bagian dari organisasi bisnis, industri dan publik, serta organisasi pemerintah. Untuk mereka ini lebih tepat digunakan istilah “teknologi pembelajaran”, karena mereka lebih berkepentingan dalam membelajarkan orang dalam lingkungan kerja  mereka sendiri atau pembelajaran untuk penguasaan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan ini dapat digambarkan pada gambar berikut:
 
Di Indonesia sendiri penerapan teknologi pembelajaran tidak jauh berbeda dengan perkembangan seperti halnya di Amerika Serikat, hanya terpaut waktu yang cukup lama. Perkembangan itu boleh dikatakan baru dikenal sekitar awal tahun 1950, dengan didirikannya Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balat Alat Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung. BKTPG yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis) bertanggung jawab untuk menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan bahan pelajaran tertulis dengan berpegangan pada konsep belajar mandiri. BAPP pada awal tahun 1970 diintegrasikan dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru bisang studi.
Kalau kita simak gambaran perkembangan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa mayoritas para tenaga kependidikan dan pembelajaran (termasuk guru, widyaiswara, bahkan manajer HRD) masih ada dalam lingkaran terkecil Peragaan Ajaran atau lingkaran berikutnya Media Pembelajaran. Mereka belum menyadari bahwa tuntutan perkembangan zaman sekarang sudah pada lingkaran Teknologi Kinerja dan Teknologi Pembelajaran. Dapat diibaratkan bahwa bila mereka itu bekarya dalam profesi kesehatan, masih mengandalkan pada stetoskop dan tensimeter saja. Mereka belum menyadari perlunya CT scan dan berbagai proses dan sumber yang canggih.
Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut:
  1. Proyek percontohan sistem PAMONG (Pendidikan Anak oleh Maysarakat, Orang tua dan Guru) di kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974 dan disebarkan di kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978
  2. Pemasyarakatan P4 melalui permainan yang diujicobakan di kabupaten Batu, Malang
  3. Proyek Pendidikan Melalui Satelit (Ruyal Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian timur (BKSPT INTIM)
  4. Program Pendidikan karaktet memalui serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia = Amir Cici Ito) = serial televisi pendidikan pertama (dan terakhir)
  5. Program KEJAR Paket A dan B
  6. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
  7. SLTP terbuka
  8. Universitas Terbuka
  9. Sistem Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
  10. Jaringan sistem belajar jarak jauh (Indonesian Distance learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMOE Open Learning Center) yang berkedudukan di Pustekkom Diknas
Daftar ini sama sekali tidak komprehensif, karena masih banyak bentuk penerapan lain. Beberapa kegiatan ini memang sudah terhenti karena berbagai alasan kebijakan maupun pendanaan.