Minggu, 24 Maret 2013

Abu Bakar As Shidiq dan Umar Bin Khattab

A.    Abu Bakar as-Shiddiq
Namanya ialah Abdullah Ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra Islam bernama Abdullah Ibn Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama, julukannya Abu Bakar (Bapak Pemagi) karena dari pagi-pgi betul memeluk agama Islam, gelarnya as-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’ Mi’raj.[1]
Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya Nabi. Yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisaikan keinginan Nabi yang hampir tidak terlaksana, Yaitu mengirim ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah piminan Usamah untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang mu’tah.
Akibat lain dari wafatnya Nabi ialah hengkangnya beberapa orang Arab dari ikatan Islam. Mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberikan baiat kepada khalifah yang baru dan bahkan menentang agama Islam, karena mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya batal disebabkan kematian Nabi Muhammad. Gerakan melepas kesetiaan itu dinamakan “Riddah”. Riddah berarti murtad, beralih agama dari Islam ke kepercayaan semula, secara politis merupakan pembangkangan (distortion) terhadap lembaga khalifah.[2]
Ekspedisi tersebut pengaruhnya sangat baik terhadap suku-suku bangsa yang mulai membandel dan ragu-ragu terhadap ajaran agama Islam. Beliau juga bersegera menghadapi krisi-krisis yang lain, yaitu Nabi palsu yang ada dalam bangsa Arab itu sendiri, diantaranya Aswat Asmi, Musailamah al-Kadzab dan Sajah seorang wanita Yaman.[3]
Selain itu Nabi juga menumpas orang-orang yang enggan membayar zakat. Adapun orang-orang yang enggan membayar zakat diantaranya karena mereka mengira bahwa zakat adalah serupa pajak yang dipaksakan dan penyerahannya ke perbendaharaan pusat di Madinah. Mereka menduga bahwa hanya Nabi saja yang berhak memungut zakat yang dengan itu kesalahan seseorang dapat dihapus dan dibersihkan.[4]

Perluasan Wilayah pada Masa Abu Bakar
1.      Bahrani dan Qatar
Pada masa Abu Bakar fitnah riddah juga sampai ke negeri bahran Abu Bakar mengirim Ai’ala’ bin hadhrami untuk memadamkan fitnah riddah dibantu oleh pemimpin abdul Qois Jarus al Abdi. Alhamdulillah negeri ini kembali ke pangkuan Islam.
2.      Kuwait
Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk bergerak ke Irak dan dimulai dari kawasan Irak.
Penguasa Irak yang tunduk di bawah imperium Persia adalah hurmuz, Khaud bin Walid menulis surat kepadanya tetapi hurmuz tidak mengindahkan surat Khalid bahkan bersiap-siap untuk memerangi kaum muslimin.
Pertempuran Dzat as Salasi terjadi di daerah yang sekarang dinamakan Kuwait berakhir dengan kemenangan kaum muslimin da terbunuhnya Hurmuz.
3.      Irak
Pasukan kaum muslimin bergerak ke utara untuk membuka lahan dakwah di wilayah Irak, di Irak kaum muslimin. Secara umum wilayah yang dilewati kaum muslimin untuk sampai ke hirah dilewati dengan sukses.
4.      Kawasan Syam
Disinilah pertempuran pertama antara pasukan Romawi pada masa Nabi SAW, peperangan tersebut dikenal dengan nama perang Mu’tah.
Abu bakar memanggil Khalid bin Walid, untuk melakukan penataan pasukan. Pasukan Khalid bin Walid bertemu dengan pasukan Abu Ubaidah di Busrah. Akhirnya pertempuran berlangsung antara pasukan Islam dan Romawi perang Yarmuk luar biasa dahsyatnya.
Diperang Yarmuk ini kaum muslimin memperoleh kemenangan gemilang. Romawi sang adil kuasa saat itu dapat dikalahkan karena mereka berhadapan dengan kekuatan kaum muslimin. Pada saat inilah Abu Bakar meninggal dan digantikan oleh Umar bin Khattab.

Gerakan Pengumpulan Al-Qur’an
Motif utama dikumpulkannya Al-Qur’an adalah rasa kehawatiran seorang Umar terhadap masa depan Islam jika para kader intinya yang menjaga Islam dengan Al-Qur’an gugur satu per satu di medan juang.
Dua tahun masa pemerintahan Abu Bakar adalah masa yang penuh berkah. Kembalinya negeri yang murtad ke pangkuan Islam dan perluasan wilayah Islam ke Persia dan Romawi juga dimulai pada zamannya. Kesibukan untuk menjaga kestabilan pemerintahan dalam melakukan perluasan wilayah tidak melupakan pemerintahan Abu Bakar untuk mengerjakan proyek yang sangat krusial bagi keutuhan Islam yaitu pengumpulan Al-Qur’an sehingga dengan kematian para Qurra’ tidak berakibat hilangnya pegangan umat Islam.
Setelah beliau meninggal, Islam tidak sepenuhnya aman, kemudian Umarlah sebagai pengganti beliau atas kemauan Abu Bakar. Khalifah Abu Bakar meninggal pada hari senin 23 Agustus 624 M setelah kurang lebih 15 hari berbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung selama 2 tahun, 3 bulan, 11 hari.

B.     Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)
1.      Biografi Umar bin Khattab.
Ia bernama u ar ibn khatab  ibnu nufail keturunan Abdu ‘uzza al Quraisy dari suku ‘Adi. Umar lahir di Mekah 4 th sebelum kelahiran nabi. Umar masuk islam di tahun kelima setelah kenabian.
Sebelum Abu bakar meninggal dunia, ia telah menunjuk Umar ibn khatab menjadi penerusnya. Rumanya masa dua tahun khalifah Abu bakar belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukan ini dimaksudkan untuk mancegah kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umat islam.
Meskipun peristiwa diangkatnya umar sebagai khalifah itu merupakan fenomena baru, tetapi proses peralihan tetap dalam bentuk musyawaroh.untuk menjajaki pendapat umum, khalifah Abu bakar melakkan serangkaian konsultasi terlebih dahulu dengan beberapa sahabat antara lain Abdul Rahman Ibn Auf dan Ustman bin Affan. Ketika Umar terpilih menjadi halifah, irama peperangan semakin meningkat kaum muslim berperang dari dua medan,[5] Yaitu Syiria dan Irak.
Khalifah Umar menganggap bahwa tugasnya yang pertama yang pertama adalah mensukseskan rencana dari abu bakar, belum genap atu tahun memerintah Umar telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah Islam yaitu pada tahun 635 Damaskus dan Syariah jatuh ke tangan Islam. 
2.      Futuhat pada Masa Umar
a.       Penyempurnaan Fath Iraq
Futuhan Islamiyah pada masa Abu Bakar berhenti sampai di herat. Mutsanna bin Haritsah di Irak meneruskan perjuangan dan memimpin pasukan ketika Umar menjabat khalifah saat itu kaum muslimin sedang berangkat ke Persia. Umar mengangkat Sa’d bin Abi Waqqash sebagai penglima perang. Pada periode Sa’ad inilah perang Qadisiyah terjadi  (tahun 14 H) kaum muslimin mendapat kemenangan gemilang dalam perang tersebut.
Irak dijadikan pangakalan kekuatan kaum muslimin untuk melakukan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya. Irak saat itu meliputi kawasan Kufah, Baghdad dan Samra’.
b.      Iran
Setelah Irak ditaklukan negeri-negeri lain diperiksa juga ditaklukan diantaranya Iran dan negeri-negeri di seberang sungai dengan demikian habislah imperium Persia.
c.       Syam dan Palestina
Ketika khalifah pertama, Abu Bakar meninggal dunia peperangan sedang berlangsung di Syam. Ketika Umar diangkat menjadi khalifah beliau mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima tertinggi untuk kawasan Syam. Ditunjuknya Abu Ubaidah oleh Umar karena lapangan saat itu membutuhkan pemimpin yang kriterianya ada pada Abu Ubaidah dan pasukan Islam mendapat kemenangan.
d.      Yordania
Kaum muslimin meneruskan perjalanan ke arah Yordania. Kaum muslimin mengambil jalan terakhir yaitu menghadapi pasukan romawi yang tidak mau mempersilakan kaum muslimin melakukan dakwah didaerah ini dengan cara damai, kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran.
e.       Suria
Pasukan Islam melanjutkan perjalanan menuju Dimasyq (Damaskus) di bawah komando Abu Ubaidah bin Jarrah. Kawasan ini dikepung oleh empat orang penglima muslim yaitu Abu Ubaidah, Khalid bin Walid, ‘Amr bin Ash dan Syurahbil bin Hasanah negeri ini akhirnya memilih untuk tunduk.
f.       Palestina
Sejak terjadinya peristiwa Isra’ mi’raj Palestina tidak bisa dipisahkan dengan kaum muslimin. Aqsha adalah negeri suci ketiga yang diperintahkan kepada kaum muslimin untuk dikunjungi kaum muslimin untuk membebaskan negeri ini dari kekuasaan romawi. Penguasa romawi mengerahkan pasukan yang ada di Quds untuk mempertahankan kota ini. Tetapi dengan keseriusan kaum muslimin, akhirnya mereka memilih damai dan meminta kepada pasukan agar langsung menghadirkan Umar bin Khattab dalam acara penyerahan kota Palestina.[6]

Karena adanya perluasan yang pesat maka langkah yang diambil selanjutnya adalah bagaimana untuk bisa mengatur administrasi negara dengan mencontohkan. Administrasi yang sudah berkembang di Persia yakni dengan mengatur sebuah wilayah propinsi.
Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H / 634-644M) masa jabatannya berakhir dengan kematian yang tragis yaitu seorang budak bangsa Persia bernama Feros atau yang dikenal Umar hendak berjama’ah shalat subuh di masjid Nabawi. Umar meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H. Dalam kepemimpinannya yang terakhir beliau menunjuk 6 sahabat untuk dicalonkan sebagai pengganti. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Al-Awan, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrohman bin Auf, Ahalhah bin Ubaidillah. Setelah umar wafat tim ini bermusywarah dan berhasil menunjukkan Utsman sebagai khalifah setelah melalui persaingan yang ketat dengan Ali bin Abi Thalib. Sekalipun telah kelihatan berat suara terletak pada dua orang sahabat yaitu Utsman dan Ali namun akhirnya Utsman yang dipilih. Mengapa demikian karena Ali dikenal sebagai orang yang berpendidikan, keras dan tegas yang untuk suasana di waktu itu mungkin belum tepatkarena beliau tidak terikat dengan alam pikiran kedua khalifah sebelumnya.


PENUTUP

Bukan hanya pada masa sekarang tetapi pada masa Khulafaur Rasidin juga terjadi pertentangan mengharuskan terjadinya peperangan besar antara kaum muslimin dan kaum-kaum dari bangsa lain tetapi para khulafaur rasidin dapat menyiasatinya dengan baik sehingga kemenangan berada di pihak kaum muslimin.
Bukan hanya peperangan saja, tetapi penyimpangan-penyimpangan lain juga terjadi pada masa ini antara lain munculnya Nabi-nabi palsu dan fitrah Riddah, akan tetapi lagi-lagi kaum muslimin dapat mengetasinya karena kecerdikan dan kecerdasan para pemimpinnya.


DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Syukur. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Illahi, Wahyu dan Harjani Hefni. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana.

Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.