A. PERANAN GURU
Banyak
peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik dinataranya peranan
yang diharapkan dari guru itu seperti disebutkan dibawh ini:
1. Korektor
Sebagai
korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan buruk,
keduanya harus betul-betul dipahami oleh seorang guru dalam kehidupannya
di masyarakat. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat
anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun harus
dilakukan. Sebab tidak jarang diluar sekolah anak didik justru lebih
banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial
dan agama yang hidup di masyarakat.
2. Inspirator
Sebagai
inspirator guru harus dapat memberikan ilham atau petunjuk bagi
kemajuan belajar anak didik. Petunjuk itu tidak harus dengan teori-teori
belajar namun dapat juga melalui pengalaman.
3. Informator
Sebagai
informator guru harus bisa memberikan informasi tentang perkembangan
ilmu teknologi, karena informasi yang baik dan efektif masih diperlukan
dari seorang guru.
4. Organisator
Sebagai
organisator sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru selain
mengajar, guru juga memilki pengelolaan kegiatan akademik, misalnya
dalam menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik.
5. Motivator
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
6. Inisiator
Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
7. Fasilitator
Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitator yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
8. Pembimbing
Peranan
ini harus dipentingkan, karena kehadiran guru di seklah adalah untuk
membimbing anak didik menjadi manusia dewasa, susila yang cakap.
9. Demonstrator
Tidak semua pelajaran dapat anak didik pahami melihat intelegensia yang anak miliki, guru harus berusaha membantunya.
10. Pengelola Kelas
Guru
hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat
berhimpun semua anak didik dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
11. Mediator
Guru
hendaknya memilki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material
maupun materiil.
12. Supervisor
Guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
13. Evaluator
Guru
dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik[1]
B. HUBUNGAN GURU DENGAN MURID YANG BAIK
Hubungan guru – murid dikatakan baik apabila hubungan itu memilki sifat sebagai berikut:
1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun murid saling bersikap jujur dan membuka diri satu sama lain;
2. Tanggap bilaman seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain;
3. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain;
4. Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya;
5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak terpenuhi.[2]
C. TIPE HUBUNGAN GURU – MURID
Hubungan
guru dan murid banyak ragamnya bergantung pada guru, murid serta
situasi yang dihadapi. Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut
pribadi dan situasi yang dihadapi. Proses pendidikan banyak terjadi
dalam interaksi sosial antara guru dan murid. Sifat interaksi ini banyak
tergantung pada tindakan guru yang ditentukan antara lain oleh tipe
peranan guru diantaranya sebagai berikut:
1. Tipe peranan guru yang dominan atau otoriter
Dimana
guru selalu mendominasi atau selalu menguasai serta menentukan dan
mengatur kelakuan murid dan menginginkan konformitas dalam kelakuan
mereka. Guru ini sering mencampuri apa yang dilakukan oleh murid
sehingga sering menimbulkan konflik antara guru dengan murid. Dari hasil
penelitian guru yang otoriter, suka mencela. Marah dan sering menyindir
. biasanya tidak disukai oleh peserta didiknya. Biasan murid atau
peserta didik juga tidak akan menyukai pelajaran yang diampu oleh guru
tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa itu
sendiri.
2. Tipe peranan guru yang Integratif atau Demokratif
Pada
tipe ini guru sekedar memberikan saran kemudian anak didik dapat
menentukan sendiri menurut kemampuan dan cara masing-masing. Murid
diajak berunding untuk merencanakan pelajaran dalam mecapai tujuan yang
ditentukan bersama. Guru yang bersifat demokratif cocok untuk urikulum
yang “student – centered”. Sikap serupa ini lebih mengembangkan
kepribadian anak menjadi orang yang dapat berdiri sendiri, dapat memilih
sendiri dengan tanggung jawab. Dalam suatu penelitian ternyata bahwa
pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan
taraf disukainya guru oleh murid, ternyata gur yang demokratif bukan
guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu, walaupun penelitian ini belum
dapat dipercayai sepenuhnya, namun dapat memberi petunjuk bahwa guru
yang demokratif tidak sebaik guru yang otoriter dalam menambah
pengetahuan murid.
D. KELAKUAN MURID BERHUBUNGAN DENGAN KELAKUAN GURU
Kelakuan
anak di kelas tidak semuanya diakibatkan oleh tindakan guru. Kelakuan
yang sama mungkin berbeda pengaruhnya terhadap murid dan tidak selalu
dipastikan bahwa kelakuan anak didik ada hubungannya dengan kelakuan
guru, tetapi pada umumnya perbuatan anak sebagai reaksi terhadap
kelakuan guru yang dapat bersifat menurut atau tidak menurut,
menyesuaikan diri dengan perintah guru atau menentang.
1. Kelakuan Guru yang otoriter sifatnya sebagai berikut:
a. Selalu mendominasi sehingga menimbulkan konflik;
b. Selalu mendominasi tanpa menimbulkan konflik;
c. Selalu mendominasi dengan mengakibatkan adanya kerjasama dikalangan murid.
Dari
ketiga sifatnya, guru membuat keputusan tanpa merundingkannya dengan
murid dan tanpa partisipasi murid. Dan sangat tampak dalam kelas
kelakuan anak dengan bermain-main sesutau dengan diam-diam,
bercakap-cakap dengan anak lain. Dengan reaksi tersebut maka murid
kurang berani untuk mengekplor minat dan bakatnya, serta murid sukar
diajak bekerjasama dalam proses belajar mengajar.
Tipe
otoriter guru tidak selalu berhasil untuk mencapai kepatuhan
sepenuhnya, bahkan dapat menimbulkan konflik, selain itu sikap otoriter
dapat ditiru oleh murid terhadap murid yang lemah dengan menunjukkan
kekuasaannya.
2. Kelakuan Guru yang demokrasi, dalam sifatnya sebagai berikut:
a. Selalu demokrasi tanpa bukti adanya kerjasama;
b. Selalu demokrasi dengan adanya tanda kerjasama.
Dari
kedua sifatnya, guru mempertimbangkan keinginan dan minat murid, bahkan
mengajak murid turut serta mengambil keputusan. Dengan kelakuan guru
yang demokrasi rekasi anak didik akan menunjukkan kerjasama, turut
memberi sumbangan pikiran dengan demikian dapat memperlancar pelajaran
karena anak-anak didik lebih berani dan bersedia untuk mengemukakan
pendapatnya dengan spontan dan suka bekerjasama baik kerjasama terhadap
guru maupun terhadap murid yang lainnya.