BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak
manusia berada di permukaan buni ini, hasratnya ingin mengetahui segala
hukum dan kodrat alam yang terdapat di sekitarnya, besar sekali. Makin
dalam ia meneliti, makin tampak kepadanya kebesaran alamat itu, melebihi
yang semula. Kelemahan dirinya makin tampak pula pada keangkuhannya pun
makin berkurang.
Demikianlah,
Nabi saw yang membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak
bumi ini menerima cahaya Nabi. Kenabian adalah anugerah Tuhan, tak dapat
dicapai dengan usaha. Tetapi ilmu dan kebujaksanaan Allah yang berlaku,
diberikan kepada orang yang bersedia menerimanya, yang sanggup memikul
segala bebannya. Allah lebih mengetahui di mana risalah-Nya itu akan
ditempatkan.
Muhammad
saw sudah disiapkan membawa risalah (misi) itu ke seluruh dunia, bagi
si putih dan si hitam, bagi si lemah dan si kuat. Ia disipkan membawa
risalah agama yang sempurna, dan dengan itu menjadi penutup para nabi
dan rasul, yang hanya satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun
nanati langit akan terbelah, bintang-bintang akan runruh dan bumi ini
pun akan berganti dengan bumi dan alam lain. Kesucian para nabi dalam
membawa risalah dan meneruskan amanat wahyu itu adalah masalah yang tak
dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan.
B. Rumusan Masalah
Dari
tulisan diatas, penulis akan membahas tentang Nabi Muhammad saw Menjadi
Rasul Hingga Hijrah ke Madinah yaitu: Nabi Muhammad Saw. Uzlah, Wahyu
Pertama dan Kedua, Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan, Sebab-Sebab Hijrah, Perintah Hijrah, dan Peristiwa Hijrah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nabi Muhammad Saw. Uzlah
Sampai
umur 40 tahun, Muhammad giat berdagang. Sungguhpun begitu ia tidak
hanya memikirkan kemajuan perdagangannya. Ia sangat prihatin melihat
keadaan masyarakat sehari-hari. Muhammad beruzlah[1] mencari ketenangan dan petunjuk Allah di Gua Hira’ dari waktu-waktu sebelumnya.
Pada bulan Ramadhan dipersiapkan bekal yang lebih dari biasanya, sebab beliau akan lebih lama tinggal di sana. Beliau berkhalwat[2]
dengan khusuk dan iklas, semata-mata beribadah kepada Allah. Pada malam
ke-17 bulan Ramadhan, ketika beliau sedang berkhalwat, datanglah
malaikat Jibril membawa wahyu pertama.
Sejak
menerima wahyu pertama itulah, Muhammad diangkat menjadi utusan Allah.
Sebagai nabi dan rasul, beliau mempunyai tugas untuk membimbing dan
mengajak umatnya beriman kepada Allah kejalan yang benar.
Walaupun
pada masa itu masyarakat Makkah terkenal dengan kebodohan dan kebejatan
moralnya, namun Muhammad tidak terpengaruh oleh keadaan umatnya.
Muhammad sering menyepi dan menyendiri dari keramain untuk menenangkan
pikiran dan mencari hal-hal yang benar.
Muhammad melakukan uzlah karena keadaan masyarakat yang demikian rusak.
Beliau melakukan uzlah dengan tujuan seperti berikut ini:
1. Menenangkan fikiran dari keramaian.
2. Memohon petunjuk dari Allah.
3. Mencari kebenaran yang hakiki.
Sejak
usia 36 tahun sampai menginjak 40 tahun, pikiran Muhammad menjadi
bertambah berat karena menyaksikan kehidupan masyarakat yang sangat
bertentangan dengan pribadinya. Agar lebih mendapatkan ketenangan hati,
muhammad menuju ke sebuah tempat yaitu Jabal Nur[3], sebuah tempat yang letaknya sulit dan berbahaya bila ditempuh manusia.
B. Wahyu Pertama dan Kedua
Menjelang
datangnya wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang
tempatnya di Jabal Nur. Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat
Muhammad untuk pergi ke tempat itu.
Pada
hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad,
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi datanglah orang yang
berpakian serba putih. Orang itu ternyata Malaikat Jibril yang membawa
wahyu pertama, tentang kebenaran yang selama ini dicari-cari oleh
Muhammad.
Tatkala
ia sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, ketika itulah datang
malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya “iqra”
(bacalah) dengan terkejut Muhammad menjawab “saya tak dapat membaca”[4]
ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian melepaskan seraya
katanya lagi “iqra” (bacalah) masih dalam ketakutan akan dicekik lagi
Muhammad menjawabab: “saya tak dapat membaca.” Ia seolah malaikat itu
mencekiknya sekali lagi, kemudian melepaskannya kembali seraya berkata:
“iqra” masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhamaad menjawab: “apa
yang saya baca?” seterusnya malaikat itu berkata :
ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
“siarkanlah!
(atau bacalah!) dengan nama Tuhanmu dan Penjagamu Yang menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumapal darah beku. Siarkanlah! Dan Tuhanmu
Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia (menggunakan) pena.
Mengajar manusia apa yang tak ia ketahui.” (Qura’an, 95:1-5).
Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikat pun pergi, setelah kata-kata itu terpatri dalam kalbunya.[5]
Tetapi
ia kemudian terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada dirinya:
Gerangan apakah yang dilihatnya?! Ataukah kesurupan yang ditakutinya itu
telah menimpanya?! Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tak melihat
apa-apa. Ia diam sebentar, gemetar ketakutan. Khawatir ia akan apa yang
terjadi dalam gua itu. Ia lari dari tempat itu. Semuanya membingungkan.
Tak dapat ia menafsirkan apa yang telah dilihatnya itu.
Cepat-cepat
ia pergi dari celah-celah gunung sambil bertanya-tanya dalam hati:
siapa gerangan yang menyuruhnya membaca itu?!. Yang pernah dilihatnya
sampai saat itu sementara dia dalam tahanus,
hanyalah mimpi hakiki yang memancar dari sela-sela renungannya,
memenuhi dadanya, membuat jalan yang di hadapannya jadi
terang-benderang, menunjukkan kepadanya, dimana kebenaran itu. Tirai
gelap yang selama ini menjerumuskan masyarakat kuraisy kedalam lembah
paganisme dan penyembahan berhala, jadi terbuka.
Sinar
terang-benderang yang memancar di hadapannya dan kebenaran yang telah
menunjukkan jalan kepadanya itu, adalah Yang Tunggal Maha Esa. Tetapi
sipakah yang telah memberi peringatan tentang itu, dan bahwa Dia
menciptakan manusia, dan bahwa Dia Maha Pemurah, Yang Mengajarkan kepada
manusia dengan pena, mengajarkan apa yang belum diketahuinya?.
Ia
memesuki pegunungan itu masih dalam ketakutan, masih bertanya-tanya.
Tiba-tiba ia mendengar ada suara yang memanggilnya. Dahsyat sekali
terasanya. Ia melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba yang terlihat
adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dialah yang memanggilnya. Ia makin
ketakutan sehingga tertegun ia ditempatnya. Ia mamalingkan muka dari
yang dilihatnya itu. Sebentar ia melangkah maju, sebentar mundur, tetapi
rupa malaikat yang indah itu tidak juga lalu dari depannya. Seketika
lamanya ia dalam keadaan demikian. Dalam pada itu Khadijah telah
mengutus orang mencarinya kedalam gua tetapi tidak menjumpainya.
Setelah
rupa malaikat itu menghilang Muhammad pulang sudah berisi wahyu yang
disampaikan kepadanya. Jantungnya berdenyut, hatinya berdebar-debar
ketakutan. Dijumpainya Khadijah sambil ia berkata: “selimuti aku!” ia
segera diselimuti. Tubuhnya menggigil seperti dalam deman. Setelah rasa
ketakutan itu berangsur reda dipandangnya istrinya dengan pandangan mata
ingin mendapat kekuatan. Dalam keadan beselimut itu dtanglah Malaikat
Jibril untuk menyampaikan wahyu Allah swt yang kedua. Wahyu allah
tersebut berbunyi sebagai berikut.
$pkš‰r'¯»tƒ ãÏoO£‰ßJø9$# ÇÊÈ óOè% ö‘É‹Rr'sù ÇËÈ y7/u‘ur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ y7t/$u‹ÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ t“ô_”9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ
“Hai
orang yang berselubung! Bangunlah dan berilah peringatan! Dan
agungkanlah Tuhanmu! Dan jagalah kebersihan pakaianmu! Dan tinggalkanlah
segala yang keji! Dalam memberi janganlah mengharapkan yang lebih
banyak (untuk dirimu)! Tetapi, demi Tuhanmu, sabar dan tabahlah!” (Qur’an, 74: 1-7)
“Khadijah,
kenapa aku?” katanya. Kemudian diceritakannya apa yang telah
dilihatnya, dan dinyatakannya rasa kekhawatiran akan teperdaya oleh kata
hatinya atau akan jadi juru nujum saja.
Seperti juga ketika dalam suasana tahanus
dan dalam suasana ketakutannya akan kesurupan, Khadijah yang penuh rasa
kasih-sayang adalah tempat ia melimpahkan rasa damai dan tentram ke
dalam hati yang besar itu, hati yang sedang dalam kekhawiran dan dalam
gelisah. Ia tidak memperlihatkan rasa khawatir atau rasa curiga. Bahkan
dilihatnya ia dengan pandangan penuh hormat, seraya berkata:
“O putra pamanku.[6] Bergembiralah, dan tabahkan hatimu. Demi Dia Yang memegang hidup Khadijah,[7]
saya berharap kiranya Anda akan menjadi nabi atas umat ini. Allah
samasekali tak akan mencemoohkan Anda; sebab Andalah yang mempererat
tali kekeluargaan, jujr dalam kata-kata, Anda yang mau memikul beban
orang lain dan menghormati tamu dan menolong mereka yang dalam kesulitan
atas jalan yang benar.”
Muhammad
sudah merasa tenang kembali. Dipandangnya Khadijah denganmata penuh
terimakasihdan dan rasa kasih. Sekujur badannya sekarang terasa sangat
letih dan perlu tidur. Ia pun tidur, tidur untuk kemudian bangun kembali
membawa suatu kehidupan rohani yang kuat, yang luar biasa kuatnya.
Suatu kehidupan yang sungguh dahsyat dan memesonakan. Tetapi kehidupan
yang penuh pengorbanan, yang tulus dan ikhlas semata untuk Alla, untuk
kebenaran dan perikemanusiaan. Itulah Risalah Tuhan yang akan diteruskan
dan disampaikan kepada umat manusia dengan cara yang lebih baik,
sehingga sempurnalah cahaya Allah, sekalipun oleh orang-orang kafir
tidak disukai.
C. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan
Wahyu
pertama yang diterima oleh Muhammad, merupakan pengangkatan sebagai
nabi dan rasul utusan Allah. Setelah turun wahyu yang kedua Nabi
Muhammad saw baru mulai berdakwah. Permulaan seruan Nabi ini dilakukan
dengan cara sembunyi-sembunyi. Orang-orang yang mendapat ajakan pertam
dari Nabi dan mau beriman diataranya, sebagai berikut.
1. Khadijah, isteri Nabi Muhammad saw.
2. Ali bin Abi Thalib, putera Nabi Muhammad.
3. Zaid bin Haris, seorang budak dari rakyat jelata.
4. Abu Bakar, seorang pemimpin atau pembuka Quraisy dan kenalan baik Nabi Muhammad saw.
Kemudian, melalui Abu Bakar masuk islam beberapa orang yaitu:
1. Usman bin Affan,
2. Zubair Ibnu Awwam,
3. Sa’ad Ibnu Abi Waqash,
4. Abdurrahman bin Auf,
5. Thalhah bin Ubaidilah
6. Abu Ubaidah bin Jarrah, dan
7. Arqam bin Abil Arqam.
Meraka yang disebut di atas terkenal dengan sebutan “Assabiqunal Aw-walun”[8]
Nabi
berdakwah secara sembunyi-sembunyi kurang lebih dari tiga tahun. Dakwah
itu dilakukannya seorang demi seorang dan dari kerumah. Hal ini
dilakukan karena blum ada perintah Allah secara tegas menyiarkan Islam
secara terbuka.
Nabi
Muhammad saw memulai dakwah secara terang-terangan, mengajak kepada
ajaran tauhid, yaitu sesudah beliau menerima wahyu dari Allah. Wahyu
tersebut dalam Al Quran surah Al Hijr: 94
÷íy‰ô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
Artinya:
“ Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (Q.S. Al Hijr: 94)
Sejak
itu Rasulullah mulai menyeru kepada semua orang dengan terang-terangan.
Mereka diajak untuk masuk agama Islam, dan disuruh meninggalkan agama
nenek moyangnya, yang menyembah berhala.
Dari
setiap seruan Nabi, ada diataranya yang beriman dan banyak pula yang
membantahnya. Bahkan mereka memusihi Nabi Muhammad saw dan para
pengikutnya.
Namun,
karena pertolongan Allah, akhirnya seorang tokoh pemberani dan sangat
menentang ajaran Nabi Muhammad saw masuk Islam. Ia membaca kalimat
syahadat di hadapan Nabi Muhammad saw. Tokoh pemberani itu bernama Umar
bin Khattab. Kemudian, tokoh yang lain, yaitu Hamzah bin Abdul Mutallib
juga masuk Islam.
Para
pemimpin Quraisy banyak yang membenci dan menentang Nabi dan
pengikutnya. Mereka berusaha menghentikan dakwah beliau yang semakin
lama bertambah banyak pengikutnya. Sejak itulah, Nabi dan pengikutnya
menghadapi bermacam rintangan, kesulitan, dan hinaan.
Para pemimpin Quraisy menghalangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, antara lain sebagai berkut.
1. Menghina dan mengejek Nabi Muhammad saw.
2. Menganiaya dan mengejar-ngejar para pengikut Nabi.
3. Memutuskan hubungan dengan orang Islam. Misalnya, mengadakan boikot perdagangan, pergaulan dan lainnya.
4. Membujuk Nabi dengan harta, kedudukan, dan wanita.
Walaupun
tekanan dan rintangan sering dilakukan, iman Nabi dan pengikutnya tidak
goyah. Pada akhirnya orang Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi
dengan menganiaya orang-orang Islam. Untuk melindungi para pengikutnya,
Nabi memerintahkan sebagian orang Islam hijrah kenegeri lain. Hijrah
pertama di negeri Habsyi, kemudian hijrah ke Madinah.
D. Sebab-Sebab Hijrah
Hijrah
adalah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad s.a.w, beserta para
pengikutnya dari Mekkah menuju tempat lain. Tempat yang dituju adalah
tempat yang memungkinkan agama Islam berkembang dengan baik. Pengikut
Rasul yang ikut hijrah itu disebut muhajirin. Hijrah Rasul dilakukan
berulang secara bertahap disetiap tempat yang dituju.
Hijrah
pertama dilakukan ke negeri Habsy (Ethiopia) pada 615 M, atau tahun
ke-5 dari kenabian. Rasul menyuruh umatnya hijrah ke Habsy karena negeri
itu ada seorang raja yang beragama Nasrani. Raja itu melarang orang
menganiaya orang lain. Hijrah yang pertama ini diikuti oleh 15 orang,
terdiri atas 10 orang laki-laki dan 5 orang wanita. Kemudian, pada tahap
kedua menyusul rombongan dengan jumlah 101 orang, terdiri atas 83 orang
laki-laki dan 18 orang wanita.
Hijrah
yang kedua menuju kota Madinah pada tanggal 28 Juni 622 M atau 12
Rabiulawal tahun ke-1 Hijrah. Penduduk Madinah (Yatsrib) pada waktu itu
telah mendengar dan mengenal tentang Rasul, wahyu, surga, neraka, dan
lainnya. Sebab banyak orang Yahudi dan Nasrani yang tinggal di Madinah.
Mereka juga mengenalkan agama Allah sebelum datangnya ajaran Islam.
Nabi
Muhammad s.a.w, memerintahkan hijrah ke Madinah karena agama Islam
dinilai akan lebih baik dan berkembang bila dibandingkan di Kota Mekkah.
Sudah menjadi adat kebiasaan bagi penduduk di Jazirah Arab, setiap
tahun berziarah ke Kakbah di Mekkah, termasuk penduduk kota Madinah.
Lama kelamaan mereka mengenal dan mengerti ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad saw.
Dengan
hijrahnya Nabi ke Madinah maka agama Islam dapat berkembang dengan
baik. Orang-orang madinah tidah sekeras suku Quraisy Mekkah dalam
menerima ajaran agama Islam.
Penduduk
Madinah yang pertama kali masuk Islam ialah dari suku Khazraj dan Aus.
Pada tahun 621 M atau tahun ke-12 dari kenabian, mereka datang menghadap
Nabi Muhammad saw. Secara rahasia disuatu tempat yang bernama Aqabah[9].
Ditempat itu mereka mengadakan perjajian Aqabah atau bait yang pertama.
Perjanjian itu brisi sumpah untuk mematuhi dan menjalankan agama Islam
dan tidak akan melanggar apa yang dilarang agama Islam.
Selang
beberapa lama diadakan perjanjian Aqabah kedua. Pada waktu itu Nabi
didatangi lagi rombongan lebih besar dari sebelumnya, yaitu 75 orang
yang ingin dibaiat. Pada perjanjian Aqabah kedua mereka maminta Nabi
Muhammad s.a.w agar segera
hijrah ke Madinah. Mereka menjamin apabila Nabi dan para pengukitnya
tinggal di Madinah, akan ditanggung keselamatannya dan dibela dengan
sekuat tenaga. Penduduk Yatsrib (Madinah) mengharab Nabi segera hijrah
dengan beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut.
1. Kaum kafir Quraisy tetap mengancam, memusuhi, dan menganiaya Nabi dan para pengikutnya.
2. Agama islam yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Telah diterima oleh masyarakat Madinah.
3. Suku Khazraj, Aus, serta orang yang beriman kepada Nabi telah sepakat menjamin keselamtan Nabi dan para pengikutnya.
Sebab-sebab
itulah yang menyebabkan terjadinya perjanjian Aqabah kedua. Mereka
mengetahui penderitaan Nabi dan para pengikutnya yang tidak pernah
berhenti dari tekenan dan ancaman kaum kafir Quraisy, Mekkah. Akhirnya,
tawaran dari masyarakat Madinah diterima oleh Nabi. Karena kasihan
melihat penderitaan kaum muslimin di Mekkah.
Perjanjian
Aqabah kedua ini diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Kekejaman
mereka terhadap kaum muslimin semakin meningkat. Penyiksaan terhadap
pengikut Nabi lebih hebat lagi, misalnya dipukuli, dijemur diterik
matahari, dan dibunuh. Akan tetapi, tantangan yang demikian dihadapi
kaum muslimin dengan iman yang teguh. Mereka menggap ajaran Nabi
Muhammad s.a.w itulah yang paling benar.
Dengan
mendapat pertolongan dari Allah s.w.t, pada saat memuncaknya kekejaman
kaum kafir Quraisy, maka tokoh penentang danmusuh Islam telah menyatakan
diri masuk agama Islam. Mereka itu adalah Hamzah dan Umar bin Khattab.
Hal itu membuat kuat agama Islam.
E. Perintah Hijrah
Rencana
Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari karena dikhawatirkan
akan hijrah ke Madinah dan memperkuat diri disana serta segala bencana
yang mungkin menimpa perdagangan mereka dengan Syam sebagai akibatnya,
beritanya sudah sampai kepada Muhammad. Memang tak ada orang yang
menyaksikan, bahwa Muhammad akan menggunakan kesempatan untuk hijrah.
Tetapi, karena begitu kuat ia dapat menyimpan rahasia, tiada seorang pun
mengetahui, juga Abu Bakar, orang yang pernah menyiapkan dua ekor unta
kendaraan tatkala ia meminta izin kepada Nabi akan Hijrah. Muhammad
sendiri memang masih tinggal di Makkah ketika ia sudah mengetahui
keadaan Quraisy itu dan ketika Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal
selain sebagian kecil saja. Dalam ia menantikan perintah Allah yang akan
mewahyukan hijrah kepadanya, ketika itu tiba-tiba datang wahyu supaya
ia hijrah. Setelah itulah ia pergi kerumah Abu Bakar dan memberitahukan,
bahwa Allah telah mengizinkan ia hijrah. Abu Bakar ingin sekali
menemaninya dalam perjalanan hijrahnya itu; dan permintaannya itu pun
dikabulkan.
Disinilah
dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal
manusia dalam sejarah pengejaran yang penuh bahaya, demi kebenaran,
keyakinan dan iman. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua
ekor unta yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqit
sampai nanti tiba waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah
siap-siap akan meninggalkan Makkah, mereka yakin sekali, bahwa Quraisy
pasti akan membuntuti mereka. Oleh karena itu Muhammad memutuskan akan
menempuh jalan lain dari yang biasa. Juga akan yang berangkat bukan pada
waktu yang biasa.
Sebelum
Nabi Muhammad saw keluar rumah, kemenakan Nabi, Ali bin Abi talib,
disuruh tidur ditempat pembarinagan beliau dengan memakai selimut.
Kemudian Nabi pergi kerumah Abu Bakar untuk mengajaknya hijrah ke
Madinah. Saat terbangun para pemuda masih yakin bahwa beliau masih
tidur. Tetapi, menjelang larut malam, dengan setidak tahuan mereka
Muhammad sudah keluar menuju rumah Abu Bakar. Kedua orang itu kemudian
keluar dari pintu kecil di belakang, dan terus bertolak ke arah selatan
menuju gua Saur.[10] Bahwa tujuan kedua orang itu melalui jalan ke selatan arah ke Yaman samasekali di luar dugaan.
Semenatara
Abu Bakar menyuruh anaknya, Abdullah, agar menemuinya dimalam hari
untuk memberitahukan reaksi masyarakat disiang hari perihal mereka
berdua. Begitu juga ia menyuruh ‘ Amir bin Fuhairah agar menggembalakan
kambing dising harinya untuk menghilangkan jejak kaki mereka berdua
sedang pada petang harinya supaya menemui mereka berdua di gua tersebut.
Sementara Asma’ binyi Abu Bakar disuruh agar mengantarkan makanan kepada mereka berdua pada petang hari.
Nabi
Muhammad s.a.w dan Abu Bakar merasa khawatir kalau-kalau kafir Quraisy
berhasil menyakiti mereka berdua, hanya saja perasaan tersebut dapat
ditepis dengan kesabaran.
Para
pemuda pilihan yang diberi tugas membunuh Nabi itu, sampai juga
ditempat persembunyian beliau. Mereka membawa pedang dan tongkat sambil
mundar-mandir mencari segenap penjuru. Tidak jauh dari gua Saur itu
mereka bertemu sdengan seorang gembala, yang ketika ditanya ia menjawab.
“mungkin saja mereka dalam gua itu, tetapi saya tidak melihat ada orang yang menuju ke sana”
Ketika
mendengar jawaban gembala itu Abu Bakar berkeringat dingin. Khawatir
mereka akan menyerbu ke dalam gua. Dia menahan napas, tidak bergerak,
dan hanya menyerahkan nasibnya kepada Allah. Beberapa orang Quraisy
datang menaiki gua itu, tetapi salah seorang itu turun lagi.
“Kenapa tidak menjenguk ke dalam gua ?” tanya kawan-kawannya.
“Ada
sarang laba-laba ditempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum
Muhammad lahir,” jawabannya, “dan saya melihat ada dua ekor burung dari
hutan di lubang gua itu. Jadi saya tahu tak ada orang di sana.”
Akan
tetapi mereka tidak menyangka kalau di dalam gua itu ada orangnya.
Setelah 3 hari 3 malam di Gua Sur dan telah merasa aman, keluarlah
beliau untuk melanjutkan perjalanannya menuju Madinah. Inilah peristiwa
hijrah Nabi yang paling besejarah. Atas usul Umar bin Khattab peristiwa
tersebut dijadikan awal tahun hijrah dalam Islam. Peristiwa ini
bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal tahun ke-1 Hijriah atau tanggal
28 Juni 622 Masehi.
F. Peristiwa Hijrah
Selama
ini Nabi dengan segala kesungguhan terus berdakwa bagi tersebarnya
Islam. Para keluarganya, baik yang telah masuk Islam maupun yang masih
tetap kafir, selalu membela, sekalipun mereka harus berhadapan dengan
beragam tantangan yang sangat
keras. Ketika tahun kesepuluh dari ayat pertama turun kepadanya berlalu
beliau harus menerima kenyataan walau pahit dirasakan, yakni paman
beliau yang selama ini melindungi, Abu Thalib, wafat. Dia wafat dalam
keadaan kafir sekalipun ia membenarkan kerasulan beliau dan selalu
membelanya. Hal ini ditempuhnya karena takut dipermalukan dan dicaci
bila ia meninggalkan jejak dan pusaka nenek monyangnya.
Kemudian
sesudah Abu Thalib wafat Khadijah pun wafat pula. Keduanya wafat kurang
lebih tiga tahun sebelum beliau hijrah. Dengan demikian, Rasulullah
s.a.w. kehilangan dua orang yang selama ini besar sekali pertolongannya.
Kini keberadaan beliau di Mekkah menjadi penuh dengan bahaya.
Beliau
telah 13 tahun menyiarkan agama Islam di Makkah. Semakin hari bertambah
banyak pengikutnya walaupun mendapat tantangan dan hambatan dari kafir
Quraisy.
Melihat
kenyaatan itu, orang-orang Islam di Madinah meminta kepada Nabi
Muhammad dan pengikutnya segera hijrah ke Madinah. Pada mulanya Nabi
belum menerima usul tersebeut. Beliau khawatir di Madinah nanti mereka
akan mengalami penderitaan yang sama seperti yang dialami di Makkah.
Tetapi karena berulang kali desakan dan permintaan itu diajukan kepada
beliau, akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan hijrah ke Madinah.
Hal itu karena adanya jaminan yang termuat dalam perjanjian Aqabah
kesatu dan Aqabah kedua. Perjanjian itu berisi jaminan kaum muslimin
Madinah untuk menjamin keselamatan Nabi dan para pengikutnya bila hijrah ke Madinah.
Menjelang
beliau hijrah ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy telah sepakat dan
memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad s.a.w. Untuk itu mereka memilih
pemuda-pemuda yang berani dan kuat. Akhirnya, terpilihlah 12 pemuda yang
mewakili setiap suku yang ada di Makkah. Para pemuda tersebut harus
mengepung rumah Nabi pada malam hari. Pembunuhan itu harus dilakukan
pada waktu subuh ketika Nabi menuju ke masjid.
Akan
tetapi rencana mereka tidak berhasil karena Allah s.w.t melindungi dan
menyelamatkan Nabi Muhammad s.a.w. Pada malam itu, turunlah wahyu Allah
agar Nabi hijrah ke Madinah. Perintah itu dilaksanakan pada malam hari
itu juga.
Ketika
Nabi akan hijrah ke Madinah tidak ada yang diberi tahu, kecuali sahabat
Abu Bakar dan beberapa keluarga terdekatnya. Berangkatlah Nabi dan Abu
Bakar pada malam hari menuju Madinah. Hijrahnya kaum muslimin itu
dilakukan dengan diam-diam dan secara rahasia. Umar bin Khattab yang
berani berangkat dengan terang-terangan, bahkan memberitahukan kepada
kafir Quraisy. Orang yang berani menghalangi keberangkatannya dan kaum
muslimin, pasti akan berhadapan dengan pedang Umar bin Khattab.
Ada cerita menarik dari peristiwa hijrah pada saat Nabi Muhammad keluar dari rumahnya.
Sebelum
Nabi Muhammad saw keluar rumah, kemenakan Nabi, Ali bin Abi talib,
disuyruh tidur ditempat pembarinagan beliau dengan memakai selimut.
Kemudian Nabi pergi kerumah Abu Bakar untuk mengajaknya hijrah ke
Madinah. Saat terbangun para pemuda masih yakin bahwa beliau masih
tidur. Sebelum menuju Madinah beliau dan Abu Bakar berhenti di Gua Sur.
Semenatara
Abu Bakar menyuruh anaknya, Abdullah, agar menemuinya dimalam hari
untuk memberitahukan reaksi masyarakat disiang hari perihal mereka
berdua. Begitu juga ia menyuruh ‘ Amir bin Fuhairah agar menggembalakan
kambing dising harinya untuk menghilangkan jejak kaki mereka berdua
sedang pada petang harinya supaya menemui mereka berdua di gua tersebut.
Sementara Asma’ binyi Abu Bakar disuruh agar mengantarkan makanan kepada mereka berdua pada petang hari.
Nabi
Muhammad s.a.w dan Abu Bakar merasa khawatir kalau-kalau kafir Quraisy
berhasil menyakiti mereka berdua, hanya saja perasaan tersebut dapat
ditepis dengan kesabaran.
Pada
waktu Nabi keluar dari Mekkah untuk hijrah Madinah (Yatsrib),
orang-orang kafir Quraisy mebuat seyembara dengan imbalan seratus unta
bagi orang yang dapat menunjukkan di mana Muhammad berada atau dapat
membawa pulang Muhammad ke Makkah.
Para
ahli geografi Arab telah menggabarkan kondisi tanah anatara Makkah dan
Madinah. Kondisi tanahnya sukar dilalui berbahaya, karena tidak
ditemukan mata air dan tumbuh-tumbuhan yang dapat menolong para musafir
saat melakukan perjalanan. Jalan menuju Madinah dan Makkah atau
sebaliknya hanya dapat ditempuh melalui dua jalur : pertama, melalui arah timur yang bersebelahan dengan negeri Nejed. Kedua,
melalui arah barat yang bersebelahan dengan pantai laut merah. Kemudian
penunjuk jalan telah memilih jalur kedua. Hanya saja dia tidak
menyelusuri seperti pengguna jalan ini sepenuhnya, melainkan
berbelok-belok ke sana kemari karena menghindarkan diri (agar jejaknya
tidak dapat ditelusuri) dari kejaran orang-orang Quraisy dan orang yang
berharap dapat memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepada siapa yang
berhasil membawa pulang Rasulullah ke Makkah.[11]
Para
pemuda pilihan yang diberi tugas membunuh Nabi itu, sampai juga
ditempat persembunyian beliau. Akan tetapi mereka tidak menyangka kalau
di dalam gua itu ada orangnya. Setelah 3 hari 3 malam di Gua Sur dan
telah merasa aman, keluarlah beliau untuk melanjutkan perjalanannya
menuju Madinah. Inilah peristiwa hijrah Nabi yang paling besejarah. Atas
usul Umar bin Khattab peristiwa tersebut dijadikan awal tahun hijrah
dalam Islam. Peristiwa ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal tahun
ke-1 Hijriah atau tanggal 28 Juni 622 Masehi.
Hijrah
Nabi Muhammad s.a.w ke Madinah ini terjadi setelah 13 tahun beliau
menyiarkan Islam di Makkah. Disamaping itu, berhijrah dilakukan atas
permintaan dan harapan kaum muslimin Madinah yang ingin menolong dan
melindungi Nabi serta para pengikutnya dari musuh-musuhnya. Hal ini
lebih dipertegas dengan perintah Allah agar segera berhijrah malam itu
juga ketika rumah Nabi dikepung oleh pemuda-pemuda kaum Quraisy.
Kedatangan
Nabi dan para pengikutnya sangat diharapkan oleh kaum Muslim di
Madinah. Sejak mendengar Nabi akan pindah ke Madinah, mereka khawatir
bila beliau dan pengikutnya mendapat gangguan dalam perjalanannya.
Sebelum
memasuki kota madinah, Nabi Muhammad s.a.w beristirahat disebuah desa
bernama Quba. Maka didesa itulah beliau mendirikan masjid yang pertama
kali dan diberi nama “Masjid Quba”.
Setelah
Nabi Muhammad s.a.w memasuki kota Madinah, kaum muslim Madinah
menyambutnya dengan gembira dan senang hati. Kaum muslim Madinah
mengharapkan agar beliau dapat singgah dan tinggal dirumah mereka. Akan
tetapi Nabi tetap berada diatas punggung unta, sebelum para pengikutnya
mendapat tempat tinggal. Beliau akan turun dan tinggal ditempat untanya
berhenti.
Akhirnya
unta itu berhenti di depan rumah seorang yang miskin bernama Abu Ayub
Al Ansari. Disitulah Nabi Muhammad saw tinggal untuk sementara. Kemudian
setelah beberapa lama tinggal di Madinah beliau mendirikan Masjid
Nabawi. Disekitar masjid itulah beliau bertempat tinggal sampai akhir
hayatnya.
Dikota
Madinah inilah Nabi Muhammad s.a.w dapat menyiarkan Islam dengan
leluasa. Hal ini karena tidak ada lagi yang menghalangi dan memusuhi
beliau seperti dikota Makkah. Sebab-sebab lain Islam dapat berkembang
dengan baik di Madinah adalah mendapat dukungan dan pertolongan dari
muslim Madinah.
Orang-orang
yang mnegikuti Nabi Muhammad s.a.w hijrah dari Mekkah ke Madinah
disebut “Muhajirin”. Muhajirin artinya orang-orang yang berhijrah,
sedangkan orang-orang yang menyambutnya dan menolong kaum muslimin dari
Mekkah ke Madinah disebut “Ansar”
Sebab-sebab yang mendorong Nabi Muhammad s.a.w melakukan hijrah anatara lain sebagai berikut.
1. Nabi Muhammad s.a.w ingin mengembangkan ajara Islam.
2. Karena menghadapi tekanan dan kekejaman kafir Quraisy terhadap Nabi dan para pengikutnya.
3. Nabi Muhammad s.a.w ingin mengetahui bahwa ditempat yang dituju, Islam akan lebih mudah berkembang dan diterima oleh umatnya.
4. Adanya
perjanjian Aqabah kesatu dan kedua yang berisi antara lain, suku
Khazraj dan Aus akan menjaga keselamatan Nabi dan para pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah
dijelaskan di muka, bahwa waktu Muhammad lahir keadaan Makkah sudah
tercemar oleh kebejatan moral penduduknya, dan Muhammad merasa
bertanggung jawab dengan keadaan umat yang yang terbelenggu nuraninya
itu. Menjelang, kerasulannya Muhammad sering melakukan uzlah, dengan
tujuan memeperoleh petunjuk dari Allah untuk kebaik Muhammad melakukan
uzlah karena keadaan masyarakat yang demikian rusak.
Beliau melakukan uzlah dengan tujuan seperti berikut ini:
1. Menenangkan fikiran dari keramaian.
2. Memohon petunjuk dari Allah.
3. Mencari kebenaran yang hakiki.
Menjelang
datangnya wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang
tempatnya di Jabal Nur. Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat
Muhammad untuk pergi ke tempat itu.
Pada
hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad,
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi datanglah orang yang
berpakian serba putih. Orang itu ternyata Malaikat Jibril yang membawa
wahyu pertama, tentang kebenaran yang selama ini dicari-cari oleh
Muhammad.
Menjelang
datangnya wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang
tempatnya di Jabal Nur. Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat
Muhammad untuk pergi ke tempat itu.
Pada
hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad,
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi datanglah orang yang
berpakian serba putih. Orang itu ternyata Malaikat Jibril yang membawa
wahyu pertama, tentang kebenaran yang selama ini dicari-cari oleh
Muhammad.
Hijrah
pertama dilakukan ke negeri Habsy (Ethiopia) pada 615 M, atau tahun
ke-5 dari kenabian. Rasul menyuruh umatnya hijrah ke Habsy karena negeri
itu ada seorang raja yang beragama Nasrani.
Rencana
Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari karena dikhawatirkan
akan hijrah ke Madinah dan memperkuat diri disana serta segala bencana
yang mungkin menimpa perdagangan mereka dengan Syam sebagai akibatnya,
beritanya sudah sampai kepada Muhammad.
Nabi
Muhammad saw adalah rasulullah, semua perilakunya berdasarkan pada
wahyu. Apapun yang terjadi, diterima sebagai resiko penegak kebenaran,
sekalipun siksaan terhadap para sahabat, boikot yang bertahun-tahun dan
sulitnya perkembangan Islam.
B. Saran
Semoga
makalah ini berguna bagi pembaca terkhusus untuk penulis sendiri. Untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sanagat penulis harapan guna
paerbaikan makalah dimana yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy, Salim. 1982 Sejarah Nabi-Nabi, (Qisasul Anbiya’). Surabaya: PT Binu Ilmu.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CP Penerbit di Ponegoro
Funun” , (Lebisk dan London) tahun 1835-1858
Haekal, Husain Muhammad. 2005 Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: P.T. Tintamas Indonesia
Haekal, Husain Muhammad. 2011 Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: P.T. Tintamas Indonesia.
Hasan, Ibrahim. 2002 Sejarah dan Kebudayaan Isalm. Jakarta: Kalam Mulia.
Hasim, 1975 Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Kasyf Azh Zhunun, An ‘Asami Al Kutub Wa Wa.
Sjalabi, A. 1960 Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jogjakarta
Wahid, Achmadi. Dk 2008 Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: P.T.Pustaka Insani Madani.