Daftar Pustaka……………………………………………………………… i
A. Pendahuluan……………………………………………………………. 1
I. Latar belakang………………………………………………………. 1
II. Rumusan Masalah…………………………………………………... 1
B. Pembahasan
I. Kantianisme………………………………………………………. 2
II. Pragmatisme……………………………………………………… 2
III. Eksistensialisme………………………………………………..… 4
IV. positivisme……………………………………………………….. 5
C. Penutup
I. Kesimpulan………………………………………………………. 7
II. Saran……………………………………………………………... 7
Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 8
i
A. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam
perkembangan pemikiran dewasa ini terjadi pergolakan yang menjadikan
manusia memikirkan bagaimana asal dari berbagai pemikiran yang bisa
mengubah paradigma seseorang.
Dalam
dunia ilmu pengetahuan yang tidak mengalami pergeseran nilai adalah
filsafat dari pemikiran sebelum socrates sampai filsafat dewasa ini
muncul berbagai aliran yang memberikan definisi tentang kehidupan.
Diantara aliran besar abad 19 adalah Kantianisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme dan Posfitivisme. Kiranya mempelajari aliran tidak
hanya bisa dilihat dari satu sudut pandang masih ada banyak corak-corak
yang dikembangkan oleh generasi yang selanjutnya namun semuanya tidak
akan lepas dari dasar filsafatnya itu sendiri. Perkembangan aliran
filsafat memungkinkan orang membuat sebuah sekte yang di dalamnya
mengandung agama ataupun malah meniadakan agama sama sekali disini
menarik untuk diulas lebih dalam.
Sebagai
acuan untuk mempelajari filsafat penulis membuat ringkasan tentang
ajaran yang sampai sekarang masih dipergunakan di beberapa negara
sebagai dasar pembentukan idiologi negara sebut saja pragmatisme yang
dikembangkan di Cina, eksistensialisme dipergunakan di Amerika dan
daerah lainnya.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah aliran Kantianisme itu?
2. Apakah aliran Pragmatisme dan apa ajarannya?
3. Apakah aliran Eksistensialisme itu?
1
4. Apakah aliran Positifisme itu?
2
B. PEMBAHASAN
I. Kantianisme
Pada
abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat
pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme
dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas.
Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan
belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak
bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya
lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang
lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran
tersebut antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, kantianisme,
neo-tomisme dan fenomenologi.
Kantianisme mengacu luas untuk jenis kembali dari filsafat sepanjang garis yang ditetapkan oleh Immanuel Kant pada abad ke-18. "kembali ke Kant" gerakan dimulai pada 1860-an, sebagai reaksi terhadap materialis kontroversi dalam pemikiran Jerman di tahun 1850-an.
Kantianisme
adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus
membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan. Paha mini
menjelaskan bahwa bila memang harus dilakukan sebuah tindakan, maka
tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.
II. Pragmatisme
Istilah
pragmatisme berasal dari kata Yunani "pragma" yang berarti perbuatan
atau tindakan. "Isme" di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya
yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
pragmatisme berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan. Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau "manfaat". Suatu
teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa
suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works (
apabila teori dapat diaplikasikan). Kendati pragmatisme merupakan
filsafat Amerika, metodenya bukanlah sesuatu yang sama sekali baru,
Socrates sebenarnya ahli dalam hal ini, dan Aristoteles telah
menggunakannya secara metodis. John Locke (1632 - 1704), George Berkeley
(1685 - 1753), dan Dayid Hume (1711 - 1776) mempunyai sumbangan yang
sangat berarti dalam pemikiran pragmatis ini.
3
Untuk
mengetahui lebih jauh ajaran pragmatisme alangka baiknya kita
mempelajari tokoh-tokoh yang menpopulerkan dan pandangannya :
1. C.S. Peirce (1839-1914)
secara
umum orang memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran yang mengatakan
bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu dihasilkan oleh teori
tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau benar bila berguna
bagi masyarakat. Pragmatisme Peirce yang kemudian hari ia namakan
pragmatisme lebih merupakan suatu teori mengenai arti (Theory of
Meaning) daripada teori tentang kebenaran (Theory of Truth).
Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-macam. la sendiri membedakan kemajemukan kebenaran itu sebagai berikut :
Pertama,
transcendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal
itu bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri.
Singkatnya letak kebenaran suatu hal adalah pada "things as things ".
Kedua, complex
truth yang berarti kebenaran dari pernyataan-pernyataan. Kebenaran
kompleks ini dibagi dalam dua hal yaitu kebenaran etis disatu pihak dan
kebenaran logis dilain pihak.
Ketiga,
yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang
diamati oleh penilik. Peirce menamai ide ini ide ketigaan. Secara
praktis, kekhasan pragmatisme Peirce merupakan suatu metode untuk
memastikan arti ide-ide di atas.
2. William James
James
adalah tokoh pragmatisme yang lebih terkenal daripada Peirce. Dialah
yang mempublikasikan ajaran pragmatisme. Dalam tokoh ini, pragmatisme
mencapai keradikalannya.
Dalam
kata pengantar buku The Will to Believe (1903), James menulis sikap
filsafatnya sebagai empirisme radikal. Dengan empirisnya James
memaksudkan sebagai pandangan yang "contented to regard its most assured
conclusions concerning matters of future experience ".
4
Segi
radikalnya terletak dalam perlakuannya terhadap ajaran monisme. Seperti
kita ketahui, monisme adalah teori yang mengatakan bahwa dunia ini
merupakan suatu entitas saja yang unik. Kebanyakan orang terutama kaum
filosof abad lalu memperlakukan tidak demikian.
Keradikalannya,
justeru karena ajaran monisme sendiri ia perlakukan sebagai hipotesis.
Pahamnya mengenai monisme adalah keanekaragaman hal yang membentuk suatu
kesatuan yang dapat dimengerti.
3. John Dewey (1859-1952)
Kekhususan
filsafatnya terutama berdasarkan pada prinsip "naturalisme empiris atau
empirisme naturalis". Istilah "naturalisme" ia terangkan sebagai
pertama-tama bagi Dewey akal budi bukanlah satu-satunya pemerosesan
istimewa dari realitas obyektip secara metafisis. Pokoknya Dewey menolak
untuk merumuskan realitas berdasar pada pangkalan perbedaan antara
subyek yang memandang obyek.
Dewey
lebih mau memandang proses intelektual manusia sebagaimana berkembang
dari alam. Menurut Dewey, akal budi adalah perwujudan proses tanggap
antara rangsangan dengan tanggapan panca indera pada tingkat biologis.
Rangsangan tersebut aslinya dari alam, manusia mula-mula bertindak
menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Setelah refleksinya bekerja,
ia mulai berhenti dan tidak mau hanya asal beraksi saja terhadap
lingkungan. Mulailah ia mempertanyakan lingkungan alam itu. Selama itu
pulalah proses tanggapan berlangsung terus. Berkat proses ini, terwujud
adanya perubahan dalam lingkungan.
III. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu
yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar,
tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif,
dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar.
5
Eksistensialisme
adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi
filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan
keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang
berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah
kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan
doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah
bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free",
manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian
manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi
kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas?.
IV. positivisme
Positivisme
adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua
didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya
spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan.
Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1.
Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi,
walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang
diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill.
Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan
Spencer.
2.
Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal
pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius.
Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata
obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme,
masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme
ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
6
3.
Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina
dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain.
Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga
ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini
menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis,
serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya
tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan
lain-lain.
7
C. PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Kantianisme
adalah paham dimana setiap kita mengambil keputusan, kita harus
membayang kan bagaimana bila kita adalah pihak yang dirugikan.
2. pragmatisme
berarti: ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
Kreteria kebenarannya adalah "faedah" atau "manfaat".
3. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
4. Positivisme
adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik.