Arti kata
Apersepsi berasal dari kata apperception,
yang berarti menafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi
suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian
memahami dan dapat menafsirkanya.
1.
Leibnitz, membedakan
persepsi dan apersepsi. dengan persepsi yang dimaksud adanya perangsang
diterima seseorang, adanya pengamatan. apersepsi dimaksud bahwa ia tahu bahwa
ia melakukan pengamatan.
2.
Herbart, apersepsi
adalah menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah
ada.
3.
Wundt, bahwa apersepsi
bukan hanya asosiasi belaka melainkan memasukan tanggapan-tanggapan baru dalam
suatu hubungan kategorial atau hubungan yang lebih umum.
4.
menurut para ahli
psikologi modern, apersepsi dimaksud pengamatan dengan penuh perhatian sambil
memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru itu dan memasukanya ke dalam
hubungan yang kategorial.
Apersepsi dan Asosiasi
menurut Hebart antara tanggapan baru dan
lama terjadi asosiasi menurut hukum-hukum asosiasi.
Wundt, menolak pendapat tersebut,
mengatakan bahwa apersepsi itu didorong oleh kemauan dengan tujuan tertentu,
Kaitanya dengan pendidikan
pada bahan apersepsi
diperlukan untuk mentafsirkan tanggapan-tanggapan baru, nah itu sebabnya
peserta didik harus memiliki sejumlah pengetahuan sebelum bersekolah, karena
belum tersusun baik tugas para pengajar untuk menyusunya menurut
kategori-kategori tertentu dan memperluas serta memperdalamnya dalam segala
mata pelajaran. pengalaman yang lampau sering kurang lengkap dan senantiasia
dapat disempurnakan, jadi terus direorganisasi.
Apersepsi Menurut Herbart
mengemukakan bahwa yang diketahui
digunakan untuk memahami sesuatu yang belum di ketahui. Apersepsi membangkitkan
minat dan perhatian untuk sesuatu. dari pedoman itu Hebart mengajurkan dalam
dunia pendidikan seperti berikut :
1.
Kejelasan : sesuatu
diperlihatkan untuk memperdalam pengertian
2.
Asosiasi : peserta didik
di beri kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru dengan
pengalaman-pengalaman lama.
3.
Sistem: disini bahan
baru itu ditempatkan dalam hubunganya dengan hal-hal lain.
4.
Metode: peserta didik
mendapat tugas untuk dikerjakan. Pengajar memperbaiki dan memberi petunjuk
dimana perlu.
pengikut Herbart yakni Ziller merubahnya
dan menggantikanya dengan 5 langkah berikut :
1.
Analisis: apersepsi anak
dibangkitkan dan ditujukan kepada bahan baru.
2.
Sintesis: bendanya
diperlihatkan dan dijelaskan untuk memperdalam pengertian
3.
Asosiasi: bahan baru
dihubungkan dengan bahan yang bertalian itu.
4.
Sistem:bahan baru
dimaksukan ke dalam sistem pengetahuan.
5.
metode:bahan baru
dilatih dan digunakan.
Menurut Rein, pengikut dari Herbart juga mengemukakan :
1.
Preparasi (persiapan):
peserta didik dipersiapkan untuk menerima bahan baru dengan membangkitkan bahan
apersepsi.
2.
Presentasi(penyajian):pada
fase ini pengajar menyodorkan bahan pelajaran baru.
3.
Asosiasi: bahan baru
dianalisis dan dibandingkan dengan hal-hal lain ynag berhubungan dengan bahan
itu.
4.
Generalisasi : pada fase
ini diambil kesimpulan merupakan prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian.
5.
Aplikasi(penggunaan):
Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan dan melatih bahan yang
dipelajari.
Menurut Morrison-plan
1.
Eksplorasi. dengan tes
atau diskusi diselidiki pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik tentang
suatu masalah
2.
Mengetahui, sampai
manakah peserta didik mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan
3.
Menunjukan kekurangan
dan kelemahan peserta didik, sehingga mereka dapat diberi bantuan yang khusus
untuk mengatasi kekurangan tersebut.
4.
Menunjukan kelemahan
metode mengajar yang digunakan pengajar, kekurang murid sering bersumber dari
metode dan cara mengajar yang kurang baik.
5.
Memberi petunjuk yang
lebih jelas tentang tujuan pelaharan yang hendak dicapai.
6.
memberi dorongan kepada
murid untuk belajar dengan giat.
Sumber :
Prof.Dr.S.Nasution,M.A.
Didaktik Asas Asas Mengajar
Penerbit : Jemmars Bandung (edisi keempat)
1982