Perkembangan Konsep-Konsep Ketuhanan
Dalam sejarah kepercayaan umat manusia, hanya tercatat beberapa perkembangan sistem kepercayaan.
Yaitu dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme dan monoteisme. Ada
dua teori tentang perkembangan kepercayaan manusia. Teori pertama
mengatakan bahwa kepercayaan manusia pada awalnya sangat sederhana dan
bersahaja menuju pada kepercayaan yang lebih tinggi sesuai dengan
perkembangan kemajuan peradabannya. Teori ini dipelopori oleh E.B.
Tylor, yang lebih mirip dengan teori evolusi Darwin. Menurutnya,
perkembangan alam dan sosial bergerak dari bentuk yang rendah menuju
bentuk yang lebih tinggi dan sempurna; dari yang sederhana menjadi yang
lebih kompleks. Sistem kepercayaan manusia yang paling primitive,
menurut Tylor, adalah dinamisme dan yang paling tinggi adalah
monoteisme.
Untuk menjembatani dua teori
tersebut perlu diambil jalan tengah, yaitu mengakui adanya evolusi
kepercayaan, tetapi juga kepercayaan itu kadangkala mengalami
perubahan-perubahan tertentu, baik perubahan menuju kesempurnaan maupun
penurunan. Karena itu, garis perubahan yang cocok untuk menggambarkan
teori ini, bukan menaik, seperti teori evolusi, juga bukan menurun,
seperti teori termodinamika. Namun, bisa berbentuk spiral dan juga bisa
berbentuk lingkaran. Arahnya bisa vertikal dan bisa juga horizontal.
Yang jelas bahwa semua teori itu mengakui adanya perubahan dalam sistem
kepercayaan umat manusia.
A.Dinamisme Dan Animisme
Masyarakat primitive hidup
dengan kesederhanaan dalam berbagai aspek, baik aspek materi maupun
aspek kepercayaan. Pada dasarnya, hidup mereka tergantung pada alam yang
ada disekitar mereka sebab alamlah satu-satunya sumber kehidupan. Oleh
karena itu bagi mereka alam merupakan faktor yang sangat dominan namun
alam yang mereka dambakan itu kadang-kadang tidak bersahabat. Air yang
selama ini mereka anggap sangat bermanfaat bagi kehidupan, tiba-tiba
mendatangkan bencana seperti banjir dan melongsorkan tanah. Tanah yang
selama ini menyuburkan tanaman tiba-tiba bergoyang dan menghancurkan
harta benda.
Hal seperti itulah yang
menimbulkan suatu kepercayaan dalam diri mereka bahwa alam inilah yang
memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. Kekuatan itu tidak
tampak dan liar, tetapi mempunyai pengaruh dalam kehidupan mereka. Dalam
masyarakat tertentu kekuatan itu ditanggulangi dengan berbagai cara.
Pada zaman Mesir kuno sungai Nil yang banjir dianggap roh sungai marah.
Untuk membujuk agar roh tersebut tidak marah, maka dikorbankan seorang
anak gadis yang paling cantik. Dari sinilah muncul kepercayaan bahwa
setiap benda yang ada disekeliling kita mempunyai kekuatan mistis.
Masyarakat yang menganut ajaran ini memberi berbagai nama pada kekuatan
gaib tersebut.
B.Politeisme
Kepercayaan pada kekuatan gaib
yang meningkat menjadi kepercayaan pada roh disebut animisme. Animisme
mengalami beberapa tahap perkembangan. Pada awalnya para penganut
animisme mempercayai semua benda mempunyai roh. Kemudian dari sekian
banyak benda yang mempunyai roh. Ada yang kuat sehingga menimbulkan
pengaruh pada alam. Benda yang paling kuat itu kemudian dijadikan symbol
penyembahan dan peribadatan.
Roh yang menjadi symbol
penyembahan tersebut akhirnya diambil fungsinya dan diberi nama sesuai
dengan fungsi tersebut. Nama dari fungsi itu disebut dewa, seperti Agni
adalah dewa api dan Adad adalah dewa hujan dalam kepercayaan masyarakat
babilonia. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa kepercayaan
kepercayaan dari dewa-dewa berasal dari animisme.
Kemudian, mereka juga percaya
pada roh manusia. Roh nenek moyang yang dianggap berkuasa mereka hormati
agar mereka selamat dalam bekerja. Roh nenek moyang bertingkat-tingkat,
ada roh kepala keluarga dan roh kepala suku. Roh kepala suku lebih
tinggi dari pada roh-roh yang lain. Karena itu, roh tersebut sangat
dihormati dan sekaligus tempat tumpuan minta keselamatan.
Dalam agama veda ada tiga dewa
yang dimuliakan, yaitu Indra (dewa kekuatan ganas dialam, seperti petir
dan hujan), mithra (dewa cahaya) dan variouna (dewa ketertiban alam).
Dalam agama feodal mereka diannggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi ketimbang dewa prithivi (dewa bumi), surya,( dewa matahari), dan
agni ( dewa api). Dalam agama hindu ada tiga dewa yang dihormati yaitu
brahmana (dewa pencipta), wisnu (dewa pemelihara), siwa (dewa perusak).
Brahaman adalah dewa tertinggi menurut agama hindu.
Anggapan adanya dewa yang
tertingi ini juga ada dalam kepercayaan orang-orang yunani kuno. Mereka
menganggap Zeus adalah dewa yang paling tinggi. Zeus tinggal digunung
Olympus. Menurut mitologi Yunani, sebelum dewa Zeus lahir sudah ada
dewa-dewa di Yunani, tetapi tidak memiliki identitas yang jelas dan
masih dalam masa kekacauan serta tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap Zeus adalah dewa yang mengubah keadaan yang kacau menjadi tenang.
Zeus menurut masyarakat yunani pada waktu itu dianggap raja para dewa
dan manusia. Kekuasaannya sangat besar, kalau dia menggerakan kepalanya,
alam jagat raya akan bergetar.
Dalam politeisme terdapat
pertentangan tugas antara satu dewa dengan dewa yang lain. Dewa-dewa
yang demikian tidak selamanya mengerjakan kerja sama. Umpamanya, dewa
kemarau dapat bertentangan dengan dewa hujan. Oleh karena itu penganut
politeisme kalau dia meminta hujan tidak cukup hanya berdoa kepada dewa
hujan tetapi harus berdoa kepada dewa kemarau agar ia tidak menghalangi
dewa hujan. Bagi seseorang yang tidak terbiasa dengan sistem kepercayaan
ini terkesan merepotkan.
Tuhan, dalam paham politeisme
dapat bertambah dan berkurang seorang politeisme ketika melihat sesuatu
yang aneh ia akan berkata,” Oh Tuhan baru sudah muncul !” . Dalam
masyarakat politeisme segala sesuatu yang misterius segera didewakan.
Penganut politeisme yang bekerja dipabrik bisa saja menyembah
mesin-mesin atau alat-alat yang dipakai di laboratorium dan ketika
kejadian itu tidak aneh lagi dan tidak berpengaruh lagi pada kehidupan
maka tuhan sudah pergi dan digantikan dengan yang lain, pelangi, dalam
masyarakat yunani kuno dianggap sebagai bidadari (dewi yang sedang
mandi). Kemudian tidak dianggap lagi bidadari, tetapi hanya dianggap
sebagai gejala alam biasa. Hal-hal serupa ini menakjubkan sekaligus
merepotkan bagi orang-orang yang tidak biasa hidup dalam suasana
politeisme.
C.Henoteisme Dan Monoteisme
Henoteisme adalah kepercayan
yang tidak meyangkal tuhan yang banyak tetapi hanya mengakui satu Tuhan
tunggal sebagai tuhan yang disembah. Orang-orang yang berfikir lebih
mendalam sistem kepercayaan politeisme tidak memuaskan karena itu mereka
mencari sistem kepercayaan yang lebih masuk akal dan sekaligus lebih
memuaskan. Kepercayaan kepada satu tuhan lebih mendatangkan kepuasan dan
dapat diterima akal sehat. Dan dari sini, timbullah aliran yang
mengutamakan satu dewa dari beberapa dewa untuk disembah. Dewa atau
tuhan ini dianggap sebagai kepala atau bapak dari tuhan-tuhan yang lain.
Zeus dalam agama Yunani kuno atau brahmanadalam agama hindu.
Dalam Al-Qur’an bangsa yahudi
(bani Israel) adalah bangsa yang selalu memprotes para nabi. Namun,
perlu juga diakui bahwa mayoritas nabi setelah nabi ibrahim dari
keturunan bani Israel. Hal ini karena ada dua kemungkinan:
- Karena bani Israel sombong dan nakal, sehingga perlu diberi nabi lebih banyak.
- Karena bani Israel disayang, ini sesuai dengan pengakuan mereka.
Yang kedua ini tidak cocok karena tuhan selalu menimpakan bencana kepada mereka berupa azab. Dengan demikian pilihan tinggal pada yang pertama.
Aliran-Aliran Dalam Konsep Ketuhanan
Dalam konsep ketuhanan ini terdapat beberapa aliran yang berbeda, diantaranya:
A.Teisme
Menurut
penganut Teisme alam diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara
Tuhan dan makhluk sangat berbeda. Disamping berbeda dari alam (imanen),
Tuhan juga jauh dari alam (transenden).
Teisme juga menegaskan bahwa
tuhan setelah menciptakan alam tetap aktif dan memelihara alam. Karena
itu dalam teisme mu’jizat yang menyalahi hukum alam diyakini
kebenarannya, begitu juga do'a seseorang akan didengar dan dikabulkan.
Agama-agama besar pada dasarnya menganut paham teisme, seperti yahudi,
Kristen, dan islam.
Ada beberapa tipe tentang teisme:
- Teisme Rasional; Teisme rasional dipelopori oleh Rene Decartes dan Leitniz.
- Teisme Eksistensial; Teisme Eksistensial dipelopori oleh Soren Kierkegaard
- Teisme Fenomonologi; Teisme fenomonologi dipelopori oleh Peter Khoestenbaum
- Teisme Empiris; Teisme empiris dipelopori oleh Thomas Reid.
Semua tipe tersebut berbeda pandangan dalam mendekati tuhan.
B.Deisme
Deisme
berasal dari bahasa latin yaitu Deus yang berarti Tuhan. Dari akar kata
ini kemudia menjadi dewa, bahkan kata Tuhan sendiri masih dianggap
Deus. Menurut paham deisme Tuhan berada jauh diluar alam. Tuhan
menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, ia tidak memperhatikan dan
tidak memelihara lagi alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan setelah proses penciptaan.
Peraturan-peraturan tersebut
tidak berubah dan sangat sempurna. Dalam paham deisme, Tuhan diibaratkan
dengan tukang jam yang sangat ahli sehingga setelah jam itu selesai
maka tidak dibutuhkan lagi si pembuatnya. Jam itu berjalan sesuai dengan
mekanisme yang telah tersusun dengan rapih.
Para penganut deisme sepakat
bahwa tuhan esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna. Mereka juga
sepakat bahwa tuhan tidak melakukan intervensi pada alam melalui
kekuatan supranatural bagaimanapun, tidak semua penganut deisme setuju
tentang keterlibatan tuhan dalam alam dan kehidupan sesudah mati.
C.Panteisme
Panteisme terdiri dari tiga kata, yaitu: pan yang berarti seluruh, teo yang berarti tuhan, isme
berarti paham. Jadi panteisme adalah paham yang meyakini bahwa seluruh
alam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam (God is all and all
is one).
Benda-benda yang dapat ditangkap
dengan panca indera adalah bagian dari Tuhan. Manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda mati adalah bagian dari Tuhan. Tuhan dalam
panteisme, ini sangat dekat dengan alam (imanen). Paham ini bertolak
belakang dengan deisme.