Minggu, 24 Maret 2013

Teori-teori Beragama

Sebagai ilmu yang menggeluti kehidupan dan kebudayaan manusia, antropologi agama tidak dapat dilepaskan dari uraian tentang kehidupan manusia dan agama. Berikut teori agama yang menunjang terhadap keidupan manusia.
1.    Teori tentang asal usul agama.
·      Teori yang berorientasi pada keyakinan.
Dari data etnografi yang di temukan tentang kepercayan banyak masyarakat prinitif, seperti  suku ona dan suku yaghan di pulau-pulau di selatan amerika selatan. Suku-suku asli di Australia, suku-suku di pedalaman irian jaya dan lain-lain.berkesimpulan bahwa kepercayaan beragama berasal dari kepercayaan kepada dewa atau kekuatan goib tinggi. Dalam agama besar dunia dewa tersebut di namakan tuhah.[1]
R.R.Marett (1886-1970 ) berpendapat bahwa kepercayaan beragama berasal dari kepercayan akan adanya kekuatan goib luar biasa. Kekuatan goib itu berupa mana yang di percayai oleh orang Melanisia dapat juga di miliki oleh manusia. Orang yang memilik mana dapat mengerjakan sesuatu yang tdak dapat di kerjakan oleh manusia biasa. Orang itu berkuasa dan mampu pemimpin orang lain. Zat halus,yang di sebut A.C. Kruyt,[2] zielstof  itu ada bagian pada tubuh manusia, tumbuan, atau benda tertentu, seperti kepala, rambut, gigi manusia, kunang-kunang, pohon dan lan sebagainya, keyakinan ini juga di sebut dengan Animisme. Selain itu manusia kuno juga percaya kepada berbagai makhluk halus dan yang merupakan penjelmaan manusia yang telah meninggal. System kepercayaan manusia kepada makhluk halus ini disebut juga dengan Spiitisme. Kepercayaan kepada makhluk halus berevolusi sejalan dengan gaya kehidupan manusia. Makhluk halus yang umum di percayai oleh masyarakat primitive adalah makhluk halus yang hidup secara bersama atau komunal.


·      Teori yang berorientasi pada sikap manusia terhadap yang goib.
Rudolf Otto menekankan sikap kagum terpesona  darimpenganut agama terhadap zat yang goib ( mysterium ), maha dahsyat,maha baik,maha adil, maha bijak sana. (tremendum ) dan kramat (sacer). Karena itu ,manusia tertarik untuk bersatu dengan zat tersebut. Teori Otto tampak cocok dengan agama besar dunia dan tidak cocok dengan agama primitive. Otto berpendapat bawakepercyaan masyarakat primitive belumlah agama. Dengan demikian,Koentjaraningrat menilainya lemah dalam ilmu antropologi.(1987: 65-66).
·      Teori yang berorientasi pada upacara religi.
Robertson Smit (186-1894),seorang ahli teilogi, sastro smit,dan ilmu pasti mengingatkan bahwa di samping system kepercayaan dan doktrin. Agama menpunyai system upacara yang relative tetap pada banyak agama, yaitu upacara keagamaan. Upacara itu brguna untuk mengintensitifkan solidaritas social. Uapara tersebut selain banyak yang melakukan dengan sungguh sungguh untuk berbakti kepada tuhan dan menekatkan dirio kapada-Nya. Tetapi banyak pula yang melakukannya sekedar kewajiban social.
M.T.Preusz (1869-1938). Seorang etnografer jerman yang ahli tentang suku Indian di meksiko, berpendapat bahwa wujud religi tertua merpakan tindakan-tindakan manusia unyuk mewujudkan keperluan hidupnya yang tidak dapat di capai dengan akal dan kemampuan baiasa. Dia menegaskan bahwa pusat dari tiap system religi adalah ritus dan upacara. Dengan demikian, tindakan itu bersifat religius-magis, penyembahan dan usaha magis untuk membujuk dewa atau tuhan yang di sembah. Kemudia preusz menambahkan bahwa upacara keagaman yang paling penting adalah ritus kematian.
Ahli antrupologi prancis,R. Hetz juga brpendapat bahwa, upacara kematian selalu dilakukan manusia dalam rangka  adapt istiadat dan struktur sosial. Menurutnya juga ada persamaan antara upacara kematian dengan upacara  kelahiran serta upacara pernikahan,yaitu sama sama upacara peralihan. Yang di namakan dengan rites de passage. Dalam upacara peralihan itu terdapat upacara bagian perpisahan,peralihan dan bagian integrasi kebali[3].

 Teori-tori tersebut adalah teori yang menjawab asal usul agama atau kepercayaan beragama. Ketika usaha untuk mencari asal usul agama yang beraneka ragam,timbul berbagai macam pendapat. Dari yang di dasarkan pada pengakuan terhadap hal atau alam goib sampai pada yang tidak mengakui terhadap alam goib.
2.    Teori dari berbagai tinjauan ilmu.
A.Teori Linguistik.
Kajian terhadap agama secara ilmiah di mulai sesudah kajian terhadap bahasa mulai berkembang. Keduanya punya persamaan sebagai gejala universal dari kehidupan manusia. Dua bersaudara  Jacob Grimm (1775-1863) dan Wilhem Grimm (1787-1859) yang mmulai penggabungan kajian mitos dengan bahasa. Di seleaikan dalam kitab Rig-veda yang di perkirakan di tulis dua abad sebelum masehi. Keagamaan itu adalah deita rakyat modern yang semula adalah mitos masalau yang di tambah,di kurang atau di korup.
Friedrich Max Muller(1823-1900)  melanjutkan kajian agama dengan teori linguistic. Dalam tulisanya tentang metodologi kompratif, ia menyimpulkan bahwa mitos yunani  sebenarnya tidak di pahami oleh orang yunani sendiri,karena mitos itu berasal dari proto-indi eropa. Menurutnya,agama di dasarkan pada kepercayaan pada nyawa manusia, dari membedakan antara orang yang hidup dan yang mati pada ada atau tidak adanya nyawa (soul and mind) kemudian muller menyaimpulkan bahwa hamper semua legenda dan cerita rakyat,bahkan sampai ke peringatan hari natal dan tahun baru berasaldari mitos (solar myth).(Malefijt 1968;44-46)
B.Teori Rasionalistik
Teori ini di terapkan pada kajian agama mulai abad ke-19 secara umum yang di maksudkan dengan teori rasionalistik adalah keyakinan ilmuan bahwa manusia pra sejarah menjelaskan kepercayaan mereka hampir dekat dengan cara ilmiah. Ketika da budaya dan kepercayaan suku bangsa lain atau zaman lain yang sangat berbeda dengan budaya mereka, mereka memandang cara suku bangsa lain mendapatkan hamper sama dengan cara berpikir ilmiah yang mereka lakukan. Malefijt menyebutkan nama seperti: E.B.Tylor (1832-1917),Herbert spencer(1820-1903), Andrew Lng(1844-1912), R.R. Marett (1866-1943) dan Sir james george(1854-1941) sebagai ahli antropologi yang punya kecenderungan rasionalistik. (Malafijt  1968; 48-55).
Tylor (1832 – 1917)
Mengungkapkan kosep survival dalam studinya yang berarti bahwa kepercayaan dan praktik-praktik yang dilakukan dalam suatu kesusastraan merupakan survival  atau kelanjutan perjuangan eksistensi dari perilaku budaya masalah dalam bentuk perilaku budaya (Cultural habbits) yang sudah kehilangan makna dan tujuan. Agama adalah konstruksi akal suku bangsa yang bersangkutan. Agama berasal dari kepercayaan kepada jiwa dan ruh (soul and spirit) dalam diri manusia. Kedua konsep ini berbeda. Satu material satu tidak material atua gaib. Dikaitkan dengan teori survival, praktik keagamaan suatu masa menurutnya dengan hanya konsep jiwa tidak akan timbul agama. Agama akan timbul karena adanya praktik ritual secara bersama.
Andrew Lang (1844 – 1912)
Ia adalah murid dari Tylor, ia mengkritik gurunya dengan mengatakan bahwa kepercayaan kepada adanya yang Maha Kuasa, yang Maha Pencipta, mendahului kepercayaan kepada berbagai dewa dan hantu. Monotaisme lebih dahulu dari animisme. Politeisme adalah penyimpangan dari kepercayaan dasar.
R.R. Marett
Mengatakan bahwa kepercayaan kepada yang mana  sah yang lebih dulu dari animisme karena konsep mana lebih sederhana dari konsep jiwa, ruh, hantu dan setan.
Sir James Frazer (1854 – 1941)
Ia memandang intelektual manusia berkembangan dari tahap magi ke tahap agama dan yang terakhir ke tahap sains. Magi adalah pseudo-sains yang dengannya manusia primitif ingin mengendalikan alam. Magi memakai dua hukum yaitu hukum kesamaan (law of similarity) dan hukum penularan (law of contact of congtangion).


C.Teori sosiologis
Teori sosiologis ini mengemukakan tentang perhatian kepada pertanyaan apa fungsi agama bagi kehidupan manusia,
Berikut di kemukakan oleh teori sosiologi terkemuka,
·         Emile durkhiem(1858-1917) dan Max Weber(1864-1920) 
Bagi durkhiem,agama adalah institusi social yang sangat berguna,baik untuk masyarakat ataupun untuk para ahli sosiologi,sehingga  agama adalah “better adapten than any other institutions…to show us an esensial and permanent aspect of humanity.”(yang terbaik yang di terapkan dari institusi social lain…menunujukan aspek esensial dan permanent dari kemanusiaan)
Prinsip devinisi durkhiem tentang agama adalah pada perbedaan anatara yang sacral dengan yang profan, keduanya terpisah, agama hanya berhubungan dengan yang sacral,sedangkan uang profane memang bisa menjadi sacral, tetapi melalui pembangunan upacara ritual.
Max Weber (1864-1920) hidup sezaman dengan durkhiem ,ia menunujukan perhatian kepada hubungan agama dengan salah satu unsure budaya yang tetap hangat ,yaitu sisyem ekonomi dalam bukunya The protestant ethic.
·         Lucien Lefy (1857-1939) dan Adolf bastian (1826-1905)
Lefy menyatakan bahwa suku primitive mempunyai  mntalitas yang berbeda dengan mentalitas masyarakat yang modern,tidak hanya dari segi tingkat tapi  juga dari segi kualitas.
Adolf bastian,mengenai agama ia berpendapat bahwa suatu gagasan mengatasi persoalan yang kebetulan pernah sukses yang diikuti oleh orang lain.
Dikatakan juga dalam telaah konstruksi teori penelitian agama tinjauan disiplin sosiologi mempunyai lima cara yaitu
1.Teracity
2.Authority
3.A.Priory cintuition
4.Trial and error
5.keilmuan.[4]
D.Teori Migrasi dan Difusi  
 G,Elliot smith dan muridnya E.J.Perry.
Manusia alami, primitive atau idak pandai baca tulis idak punya sesuatu yang patut di catat,baik dalam hal agama, seni,dll. Dalam acara upacara keagamaan dipimpin oleh raja.
E.Teori Psikologis
Sigmun ferud (1856-1939)
Ia menulis tentang agama dan agama masyarakat primitive.dalam bukunya Tatem and Taboo(1938),ia mnjelaskan bahwa asal mula agama,etik masyarakt,dan seni adalah padaOedipus complex.freud juga mengakui bahwa agama kebutuhan psikologis manusia. Karena ketidak mampuan manusia menghadapi berbagai bencana alam ,mereka membuat patung atau lukisan  yang menempatkan bahaya alam itu sebagai tempat pelampiasan kemarahan. Mereka juga memerlukan orang kuat yaitu tuhan.
F. Teori Fenomenologis
 Fenomen berarti “sebagai yang di maksudkan atau diturunkan sendiri, dengan demikian, teori fnomenologis adalah kajian teradap sesuatu menurut yang dikaji. Dalam halini masyarakat yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan pendekatan fenomenologis berarti berusaha memahami symbol,kepercayaan,atau ritual menurut yang mereka pahami.
Rudolf Otto(1869-1937)
Pengalaman keagamaan adalah pengalaman tentang yang suci yang di sertai dengan kekuasaan,alas an,tujuan,cinta dan good will. Akan tetapi eksistensi beragama itru sendiri non rasional. Manivestasi  kepada yang suci ini punya menivestasi dalam bentuk  reaksi teradapnya dan reaksi tersebut dapat di pelajari. Agama tidak timbul dari kepercayaan animisme dan mana,tidak karma takut pada ruh nenek moyang. Agama tidak muncul dari emosi,tetapi beragama menimbulkan emosi tertentu.

  1. Teori dari segi Ideologis
·         Teori Modernisme ,sudut pandang modernisme adalah anggapan bahwa kebudayan materialis dan sekuler baratlah yang maju. Budaya lain, apalagi budaya yang di kembangkan oleh agama adalah mundur dan mengakibatkan kembalinya kehidupan pada keterbelakangan,primitive,mistik atau pralogis. Agamanya sangat cocok bagi masyarakat primitive yang masih brpikir pralogis dan sangat kabur bagi masyarakat maju yang sudah berpikir logis (pritch ard 1984:106). Ini berarti agama adalah pandangan dan jalan hidup masyarakat primitive. E.B.Tylor (1832-1917) mengungkapkan kepercayaan kepada ruh berevolusi menjadi kepercayaan kepada dewa-dewa alam berperan di belakang setiap peristiwa alam. Tylor merasa bahwa suatu yang karakteristik yang di milikioleh agama,besar atau kecil,kuno atau modern adalah kepercayaan pada ruh yang berfikir,bertindak dan merasa seperti pribafdi manusia. Esensi agama, seperti mitologi  tepatnya adalah animisme(dalam bahasa latin anima, berarti roh ). Kepercayan pada kekuatan pribadi yang hidup di balik semua benda.[5]
James george frazer (1854-1941) mengatakan bahwa asal mula kepercayaan kepada ilmu goib adalah sebagai cara memecahkan persoalan hidup masyarakat yang bersangkutan.
·         Teori Struktural fungsionalisme.
Pda abad ke-20 timbulkecenderungan untuk tidak membahas agama dari segi asal usul, esensi dan perkembangan kehidupan beragama. Alferd Reginald rodcriffe brown (1881-1945),mendasarkan pendapatnya mengenai agama dari penelitian agama di kalangan suku negrito di kepulauan andaman. Teorinya tentang masyarakat termasuk kehidupan beragama dipinjamnya dari ilmu biologi dengan tiga prinsip utama yaitu,struktutr,proses dan fungsi. Tubuh baru brfungsi kalau struktur yang ada di dalamnya berproses dengan baik. Agama dan magi sama-sama tampil karma kesadaran manusia tidak mampu mengendalikan gejala alam. Agama dan magi di dasarkan kepada mitologi dan di sertai banyak taboo yang tidak boleh di langgar,tetapi keduanya berbeda.
·         Teori posmodernisme
Pandangan posmodernisme memandang kemajuan kebenaran dan budaya bersifat reatif. Pandangan ini juga di kembangkan oleh agama. Di kalangan umat islam Indonesia ada aliran yang menamakan dirinya dengan jaringan islam liberal (JIL).
·         Teori Religius
Teori yang di dasarkan pada pandangan teologis sebagaimana teori yang telah di kmbangkan . dari ajaran agama tentu tidak di setujui oleh ilmuan yang berpendapat bahwa teori ilmiah harus obyekyif, bebas dari pengaruh nilai dan budaya. Agama islam menghendaki umatnya selalu menyembah dan bertaqwa kepada Allah,akan tetapi kenyataanya  banyak umat islam yang munafik. Teori islam memang banyak belum di kembangkan karma perguruan tinggi di dunia dewasa ini, termasuk di dunia islam masih di warnai oleh pendekatan barat.

KESIMPULAN
Dari devinisi tori dan penjelaskan agama yang di ungkap di atas terlihat pula ada ahli antropologi yang menunjukan perhatian kepada asal usul agama. Di samping itu ,terlihat pula adanya  ahli antropologi yang mampu melihat agama sebagai suatu system kokoh yang mampu memberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan. Bagi penganutnya yang di hadapi oleh penganutnya dalam kehidupan sehari hari seperti yang di kemukakan oleh Eliade,evan s pritchrd dang ret.

 DAFTAR PUSTAKA


-          Pals,Daniel L.2001.Seven theoris of religion,yogyakarta; Penerbitan qalam.
-          Bustanudin,agus. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta ; PT Raja grafindo persada.
-          Abdullah,M.Yatimin . 2004. Studi Islam Kontemporer. Pekn baru ; sinar grafika offset.


[1] Di kemukakan oleh Andrew Lang (1884-1912 ),seorang sastrawan inggris.
[2] Thn,1869-1949 penyiran agama nasrani dari belanda, di kalangan orang toraja, sulawesi tengah.
[3] Koentjaraningrat (1987:66-77)
[4] Studi islam kontemporer,Drs,M.yatimin Abdullah,M.A (21 Mei 2004 )hlm 228.
[5] Seven theoris of religion, Daniel L.Pals (febuari 2001),hlm 41.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendekatan Filsafat Dalam Kajian Islam

A.    Pengertian Filsafat Islam
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a.       Segi Semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab dan bahasa Yunani, Philosophia yang berarti philos = cinta, suka dan sophia = pengetahuan, hikmah. Jadi,  Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arab failsuf.
b.      Segi Praktis: filsafat berarti alam pikiran, atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Menurut mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat Islam adalah kata hikmah, sehingga kata hakim ditempatkan pada kata failasuf atau orang hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam) sama dengan falassifatul Islam (failasuf-failasuf Islam)
Al-Farabi berkata: failsuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu mema’rifati kebaikan.
Ibnu Sina mengatakan hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.
Dengan demikian hikmah yang diitentikkan dengan filsafat ialah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu, baik yang bersifat teoritis atau yang bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal baik.
Sampailah kita pada pengertian filsafat Islam yang merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Menurut Mustofa Abdul Razik, filsafat Islam ialah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi yang talah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat Islam.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

B.     Obyek Filsafat Islam
Telah disebtukan bahwa obyek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan manusia. Ada beberapa persoalan yang biasa dikedepankan dalam mencari obyek filsafat meskipun akhirnya tidak akan lepas dari ketiga hal itu, yaitu:
1.      Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?
2.      Aoakah jaman itu yang menjadi ukurab gerakan dan ukuran wujud semua perkara.
3.      Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
4.      Apa jiwa itu? Jika jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
5.      Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?
Dari sini kita bisa membuat obyek pembahasan lagi, yaitu pengetahuan atau pengenalan itu sendiri, cara-caranya dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya dan dari sini maka keluarlah ilmu logika (mantiq) yang tidak ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Kemudian kita melihat kepada akhlak dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan masyarakat ygn berbeda penertian tentang gejala-gejala kemasyarakatan dan hubungannya, tanpa meneliti yang seharusnya terjadi.
Dari uraian di atas, maka filsafat sebagai ilmu yang mengungkapkan tentang wujud-wujud melalui sebab-sebab yang jauh, yaitu pengetahuan yang yakin yang sampai kepada munculnya suatu sebab. Ilmu terhadap wujud-wujud itu adalah bersifat keseluruhan, bukan terperinci, karena pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu khusus. Oleh karena itu sifatnya keseluruhan, maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau pada kehidupan umumnya.
Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengeahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat manusia berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh beda dari obyek filsafat ini hanya dalam proses pencarian itu filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun dugantungkan pada nilai etis yaitu sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam.

C.    Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat Islam
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya, apabila tujuan ilmu adalah kontrol dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
Radhakrishan dalam bukunya, History of Philosophy  menyebutkan: tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat di mas ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat ialah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menolong dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Berbeda dengan pendapat Soemandi Soerjabrata, yaitu mempelajri filsafat adalah untk mempertajam pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat manjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalam mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).


D.    Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-ilmu Islam
Keunggulan khusus bagi filsafat Islam dalam masalah pembagian cabang-cabangnya adalah mencakup ilmu kedokteran, biologi, kimia, musik ataupun falak yang semuanya menjadi cabang filsafat Islam. Sehingga hal ini menjadi nilai lebih bagi filsafat Islam. Dengan demikian filsafat Islam secara khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang mandiri.
Pemikiran Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan filsafat Aristoteles, seperti halnya pemikiran Islam pada lima kalam dan tasawuf. Demikian pula pada pokok-pokok hukum Islam (Tasyri’) dan ushul fiqih juga terfapat beberapa uraian yang logis dan sistematis dan mengandung segi kefilsafatan. Syekh Mustofa Abdu Raziq adalah orang yang pertama mengusulkan ilmu fiqih menjadi bagian dari filsafat. Berikut ini ada beberapa hubungan filsafat Islam dengan ilmutasawuf, ilmu fiqih dan ilmu pengetahuan.
1.      Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam
Problem yang ada terhadap filsafat Islam, apakah identik dengan ilmu kalam? Ataukah sebagai ilmu yang berdiri sendiri? Apakah ilmu kalam itu sebagai cabang dari filsafat?
Ada beberapa pendapat para ahli yang mencoba menjawab pertanyaan di atas antara laib:
a.       Prof. Fuad Al-Ahwani
Ia mengetahui bahwa sekolah pada abad ke 6 H, filsafat telah bercampu dengan ilmu kalam, sampai yang terakhir ini telah menelan filsafat sedemikian rupa dan memasukkannya di dalam kitab-kitabnya. Sehingga kitab-kitab tauhid yang membahas ilmu kalam didahului dengan pendahuluan mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para filosuf.
b.      Prof. Tara Chana
Dia mengemukakan bahwa istilah filsafat Islam adalah untuk arti dari ilmu kalam. Ia lebih lanjut menyatakan filsafat itu telah lahir dari kebutuhan Islam dan perdebatan keagamaan dan pada dasarnya mementingkan pengukuhan landasan aqidah atau mencarikan dasar filosufisnya, atau untuk membangun pemikiran-prmikiran theologi keagamaan
2.      Filsafat dan Tasawuf
Antara filsafat dan tasawuf mempunyai perbedaan yang sangat besar, keduanya dalam hal pembahasan, berbeda pada metode dan obyeknya. Apabila berbicara filsafat berarti dalam memandang harus dengan akal, dan menggunakan metode argumentasi dan logika. Akan tetapi tasawuf dengan jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) serta musyahadah (pandangan batin). Di samping itu tasawuf dalam berbicara memakai bahasa intuisi dan pengalaman batin. Dan menurut Dr. Fuad Al-Ahwani, bahwa para filosuf sebagai pemilik-pemilik argumentasi, sedangkan para sufi adalah pemilik-pemilik intuisi dan perasaan batin.
Lebih lanjut dapat diperjelas di sini, bahwa filsafat mempunyai obyek bahasan tentang alam dengan segala isinya, manusia dan perilaku, sikapnya serta mengenal eksistensi Allah SWT. Dan tasawuf sebagai obyeknya adalah perkenalan dengan Allah SWT, lewat ibadah syariat, ilham dan intuisi.
3.      Filsafat dan Fiqih
Fiqih sebagai ilmu yang spesifik di dalam ilmu ilmu agama. Sehingga dasar fikih adalah ajaran agama. Sehingga fikih sebagai kajian ilmu berbeda dengan filsuf. Namun Imam Syafi’i dalam kitabnya Ar-Risalah menjelaskan bahwa antara fiqh dan ushul fiqh adalah lain permasalahannya. Di mana ushul fiqh adalah kitab yang ilmiah dengan pembahasan yang sistematis susunannya dalam disiplin ilmu. Juga terlihat adanya pemikiran filosofis dalam Islam yang dicerminkan adanya perhatian dalam mengukur suatu hal yang mendetail dan partial menurut kaidah-kaidah umum dan dengan tidak mengabarkan aspek fiqhnya yakni menarik hukum-hukum syariat secara mendetail dengan alasan-alasan yang terperinci.

KESIMPULAN

Tujuan dari filsafat dalam kajian Islam ini adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).


DAFTAR PUSTAKA

Mustofa A. 1997. Filsafat Islam. Bandng: CV. Pustaka Setia
Nasution Harun. 1973. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang