Sebagai
ilmu yang menggeluti kehidupan dan kebudayaan manusia, antropologi
agama tidak dapat dilepaskan dari uraian tentang kehidupan manusia dan
agama. Berikut teori agama yang menunjang terhadap keidupan manusia.
1. Teori tentang asal usul agama.
· Teori yang berorientasi pada keyakinan.
Dari
data etnografi yang di temukan tentang kepercayan banyak masyarakat
prinitif, seperti suku ona dan suku yaghan di pulau-pulau di selatan
amerika selatan. Suku-suku asli di Australia,
suku-suku di pedalaman irian jaya dan lain-lain.berkesimpulan bahwa
kepercayaan beragama berasal dari kepercayaan kepada dewa atau kekuatan
goib tinggi. Dalam agama besar dunia dewa tersebut di namakan tuhah.[1]
R.R.Marett
(1886-1970 ) berpendapat bahwa kepercayaan beragama berasal dari
kepercayan akan adanya kekuatan goib luar biasa. Kekuatan goib itu
berupa mana yang di percayai oleh orang Melanisia dapat juga di miliki oleh manusia. Orang yang memilik mana
dapat mengerjakan sesuatu yang tdak dapat di kerjakan oleh manusia
biasa. Orang itu berkuasa dan mampu pemimpin orang lain. Zat halus,yang
di sebut A.C. Kruyt,[2] zielstof
itu ada bagian pada tubuh manusia, tumbuan, atau benda tertentu,
seperti kepala, rambut, gigi manusia, kunang-kunang, pohon dan lan
sebagainya, keyakinan ini juga di sebut dengan Animisme.
Selain itu manusia kuno juga percaya kepada berbagai makhluk halus dan
yang merupakan penjelmaan manusia yang telah meninggal. System
kepercayaan manusia kepada makhluk halus ini disebut juga dengan Spiitisme. Kepercayaan kepada makhluk halus berevolusi sejalan dengan gaya
kehidupan manusia. Makhluk halus yang umum di percayai oleh masyarakat
primitive adalah makhluk halus yang hidup secara bersama atau komunal.
· Teori yang berorientasi pada sikap manusia terhadap yang goib.
Rudolf
Otto menekankan sikap kagum terpesona darimpenganut agama terhadap zat
yang goib ( mysterium ), maha dahsyat,maha baik,maha adil, maha bijak sana.
(tremendum ) dan kramat (sacer). Karena itu ,manusia tertarik untuk
bersatu dengan zat tersebut. Teori Otto tampak cocok dengan agama besar
dunia dan tidak cocok dengan agama primitive. Otto berpendapat
bawakepercyaan masyarakat primitive belumlah agama. Dengan
demikian,Koentjaraningrat menilainya lemah dalam ilmu antropologi.(1987:
65-66).
· Teori yang berorientasi pada upacara religi.
Robertson
Smit (186-1894),seorang ahli teilogi, sastro smit,dan ilmu pasti
mengingatkan bahwa di samping system kepercayaan dan doktrin. Agama
menpunyai system upacara yang relative tetap pada banyak agama, yaitu
upacara keagamaan. Upacara itu brguna untuk mengintensitifkan
solidaritas social. Uapara tersebut selain banyak yang melakukan dengan
sungguh sungguh untuk berbakti kepada tuhan dan menekatkan dirio
kapada-Nya. Tetapi banyak pula yang melakukannya sekedar kewajiban
social.
M.T.Preusz
(1869-1938). Seorang etnografer jerman yang ahli tentang suku Indian di
meksiko, berpendapat bahwa wujud religi tertua merpakan
tindakan-tindakan manusia unyuk mewujudkan keperluan hidupnya yang tidak
dapat di capai dengan akal dan kemampuan baiasa. Dia menegaskan bahwa
pusat dari tiap system religi adalah ritus dan upacara. Dengan demikian,
tindakan itu bersifat religius-magis, penyembahan dan
usaha magis untuk membujuk dewa atau tuhan yang di sembah. Kemudia
preusz menambahkan bahwa upacara keagaman yang paling penting adalah
ritus kematian.
Ahli
antrupologi prancis,R. Hetz juga brpendapat bahwa, upacara kematian
selalu dilakukan manusia dalam rangka adapt istiadat dan struktur sosial.
Menurutnya juga ada persamaan antara upacara kematian dengan upacara
kelahiran serta upacara pernikahan,yaitu sama sama upacara peralihan.
Yang di namakan dengan rites de passage. Dalam upacara peralihan itu terdapat upacara bagian perpisahan,peralihan dan bagian integrasi kebali[3].
Teori-tori
tersebut adalah teori yang menjawab asal usul agama atau kepercayaan
beragama. Ketika usaha untuk mencari asal usul agama yang beraneka
ragam,timbul berbagai macam pendapat. Dari yang di dasarkan pada
pengakuan terhadap hal atau alam goib sampai pada yang tidak mengakui
terhadap alam goib.
2. Teori dari berbagai tinjauan ilmu.
A.Teori Linguistik.
Kajian
terhadap agama secara ilmiah di mulai sesudah kajian terhadap bahasa
mulai berkembang. Keduanya punya persamaan sebagai gejala universal dari
kehidupan manusia. Dua bersaudara Jacob Grimm (1775-1863) dan Wilhem
Grimm (1787-1859) yang mmulai penggabungan kajian mitos dengan bahasa.
Di seleaikan dalam kitab Rig-veda yang di perkirakan di tulis dua
abad sebelum masehi. Keagamaan itu adalah deita rakyat modern yang
semula adalah mitos masalau yang di tambah,di kurang atau di korup.
Friedrich
Max Muller(1823-1900) melanjutkan kajian agama dengan teori
linguistic. Dalam tulisanya tentang metodologi kompratif, ia
menyimpulkan bahwa mitos yunani sebenarnya tidak di pahami oleh orang
yunani sendiri,karena mitos itu berasal dari proto-indi eropa.
Menurutnya,agama di dasarkan pada kepercayaan pada nyawa manusia, dari
membedakan antara orang yang hidup dan yang mati pada ada atau tidak
adanya nyawa (soul and mind) kemudian muller menyaimpulkan bahwa hamper
semua legenda dan cerita rakyat,bahkan sampai ke peringatan hari natal
dan tahun baru berasaldari mitos (solar myth).(Malefijt 1968;44-46)
B.Teori Rasionalistik
Teori
ini di terapkan pada kajian agama mulai abad ke-19 secara umum yang di
maksudkan dengan teori rasionalistik adalah keyakinan ilmuan bahwa
manusia pra sejarah menjelaskan kepercayaan mereka hampir dekat dengan
cara ilmiah. Ketika da budaya dan kepercayaan suku bangsa lain atau
zaman lain yang sangat berbeda dengan budaya mereka, mereka memandang
cara suku bangsa lain mendapatkan hamper sama dengan cara berpikir
ilmiah yang mereka lakukan. Malefijt menyebutkan nama seperti: E.B.Tylor
(1832-1917),Herbert spencer(1820-1903), Andrew Lng(1844-1912), R.R.
Marett (1866-1943) dan Sir james george(1854-1941) sebagai ahli
antropologi yang punya kecenderungan rasionalistik. (Malafijt 1968;
48-55).
Tylor (1832 – 1917)
Mengungkapkan
kosep survival dalam studinya yang berarti bahwa kepercayaan dan
praktik-praktik yang dilakukan dalam suatu kesusastraan merupakan
survival atau kelanjutan perjuangan eksistensi dari perilaku budaya
masalah dalam bentuk perilaku budaya (Cultural habbits) yang
sudah kehilangan makna dan tujuan. Agama adalah konstruksi akal suku
bangsa yang bersangkutan. Agama berasal dari kepercayaan kepada jiwa dan
ruh (soul and spirit) dalam diri manusia. Kedua konsep ini
berbeda. Satu material satu tidak material atua gaib. Dikaitkan dengan
teori survival, praktik keagamaan suatu masa menurutnya dengan hanya
konsep jiwa tidak akan timbul agama. Agama akan timbul karena adanya
praktik ritual secara bersama.
Andrew Lang (1844 – 1912)
Ia
adalah murid dari Tylor, ia mengkritik gurunya dengan mengatakan bahwa
kepercayaan kepada adanya yang Maha Kuasa, yang Maha Pencipta,
mendahului kepercayaan kepada berbagai dewa dan hantu. Monotaisme lebih
dahulu dari animisme. Politeisme adalah penyimpangan dari kepercayaan
dasar.
R.R. Marett
Mengatakan bahwa kepercayaan kepada yang mana sah yang lebih dulu dari animisme karena konsep mana lebih sederhana dari konsep jiwa, ruh, hantu dan setan.
Sir James Frazer (1854 – 1941)
Ia
memandang intelektual manusia berkembangan dari tahap magi ke tahap
agama dan yang terakhir ke tahap sains. Magi adalah pseudo-sains yang
dengannya manusia primitif ingin mengendalikan alam. Magi memakai dua
hukum yaitu hukum kesamaan (law of similarity) dan hukum penularan (law
of contact of congtangion).
C.Teori sosiologis
Teori sosiologis ini mengemukakan tentang perhatian kepada pertanyaan apa fungsi agama bagi kehidupan manusia,
Berikut di kemukakan oleh teori sosiologi terkemuka,
· Emile durkhiem(1858-1917) dan Max Weber(1864-1920)
Bagi
durkhiem,agama adalah institusi social yang sangat berguna,baik untuk
masyarakat ataupun untuk para ahli sosiologi,sehingga agama adalah “better adapten than any other institutions…to show us an esensial and permanent aspect of humanity.”(yang terbaik yang di terapkan dari institusi social lain…menunujukan aspek esensial dan permanent dari kemanusiaan)
Prinsip
devinisi durkhiem tentang agama adalah pada perbedaan anatara yang
sacral dengan yang profan, keduanya terpisah, agama hanya berhubungan
dengan yang sacral,sedangkan uang profane memang bisa menjadi sacral,
tetapi melalui pembangunan upacara ritual.
Max
Weber (1864-1920) hidup sezaman dengan durkhiem ,ia menunujukan
perhatian kepada hubungan agama dengan salah satu unsure budaya yang
tetap hangat ,yaitu sisyem ekonomi dalam bukunya The protestant ethic.
· Lucien Lefy (1857-1939) dan Adolf bastian (1826-1905)
Lefy
menyatakan bahwa suku primitive mempunyai mntalitas yang berbeda
dengan mentalitas masyarakat yang modern,tidak hanya dari segi tingkat
tapi juga dari segi kualitas.
Adolf
bastian,mengenai agama ia berpendapat bahwa suatu gagasan mengatasi
persoalan yang kebetulan pernah sukses yang diikuti oleh orang lain.
Dikatakan juga dalam telaah konstruksi teori penelitian agama tinjauan disiplin sosiologi mempunyai lima cara yaitu
1.Teracity
2.Authority
3.A.Priory cintuition
4.Trial and error
5.keilmuan.[4]
D.Teori Migrasi dan Difusi
G,Elliot smith dan muridnya E.J.Perry.
Manusia
alami, primitive atau idak pandai baca tulis idak punya sesuatu yang
patut di catat,baik dalam hal agama, seni,dll. Dalam acara upacara
keagamaan dipimpin oleh raja.
E.Teori Psikologis
Sigmun ferud (1856-1939)
Ia
menulis tentang agama dan agama masyarakat primitive.dalam bukunya
Tatem and Taboo(1938),ia mnjelaskan bahwa asal mula agama,etik
masyarakt,dan seni adalah padaOedipus complex.freud juga mengakui bahwa
agama kebutuhan psikologis manusia. Karena ketidak mampuan manusia
menghadapi berbagai bencana alam ,mereka membuat patung atau lukisan
yang menempatkan bahaya alam itu sebagai tempat pelampiasan kemarahan.
Mereka juga memerlukan orang kuat yaitu tuhan.
F. Teori Fenomenologis
Fenomen
berarti “sebagai yang di maksudkan atau diturunkan sendiri, dengan
demikian, teori fnomenologis adalah kajian teradap sesuatu menurut yang
dikaji. Dalam halini masyarakat yang menjadi objek penelitian dengan
menggunakan pendekatan fenomenologis berarti berusaha memahami
symbol,kepercayaan,atau ritual menurut yang mereka pahami.
Rudolf Otto(1869-1937)
Pengalaman
keagamaan adalah pengalaman tentang yang suci yang di sertai dengan
kekuasaan,alas an,tujuan,cinta dan good will. Akan tetapi eksistensi
beragama itru sendiri non rasional. Manivestasi kepada yang suci ini
punya menivestasi dalam bentuk reaksi teradapnya dan reaksi tersebut
dapat di pelajari. Agama tidak timbul dari kepercayaan animisme dan
mana,tidak karma takut pada ruh nenek moyang. Agama tidak muncul dari
emosi,tetapi beragama menimbulkan emosi tertentu.
- Teori dari segi Ideologis
· Teori
Modernisme ,sudut pandang modernisme adalah anggapan bahwa kebudayan
materialis dan sekuler baratlah yang maju. Budaya lain, apalagi budaya
yang di kembangkan oleh agama adalah mundur dan mengakibatkan kembalinya
kehidupan pada keterbelakangan,primitive,mistik atau pralogis. Agamanya
sangat cocok bagi masyarakat primitive yang masih brpikir pralogis dan
sangat kabur bagi masyarakat maju yang sudah berpikir logis (pritch ard
1984:106). Ini berarti agama adalah pandangan dan jalan hidup masyarakat
primitive. E.B.Tylor (1832-1917) mengungkapkan kepercayaan kepada ruh
berevolusi menjadi kepercayaan kepada dewa-dewa alam berperan di
belakang setiap peristiwa alam. Tylor merasa bahwa suatu yang
karakteristik yang di milikioleh agama,besar atau kecil,kuno atau modern
adalah kepercayaan pada ruh yang berfikir,bertindak dan merasa seperti
pribafdi manusia. Esensi agama, seperti mitologi tepatnya adalah
animisme(dalam bahasa latin anima, berarti roh ). Kepercayan pada kekuatan pribadi yang hidup di balik semua benda.[5]
James
george frazer (1854-1941) mengatakan bahwa asal mula kepercayaan kepada
ilmu goib adalah sebagai cara memecahkan persoalan hidup masyarakat
yang bersangkutan.
· Teori Struktural fungsionalisme.
Pda
abad ke-20 timbulkecenderungan untuk tidak membahas agama dari segi
asal usul, esensi dan perkembangan kehidupan beragama. Alferd Reginald
rodcriffe brown (1881-1945),mendasarkan pendapatnya mengenai agama dari
penelitian agama di kalangan suku negrito di kepulauan andaman. Teorinya
tentang masyarakat termasuk kehidupan beragama dipinjamnya dari ilmu
biologi dengan tiga prinsip utama yaitu,struktutr,proses dan fungsi.
Tubuh baru brfungsi kalau struktur yang ada di dalamnya berproses dengan
baik. Agama dan magi sama-sama tampil karma kesadaran manusia tidak
mampu mengendalikan gejala alam. Agama dan magi di dasarkan kepada
mitologi dan di sertai banyak taboo yang tidak boleh di langgar,tetapi
keduanya berbeda.
· Teori posmodernisme
Pandangan
posmodernisme memandang kemajuan kebenaran dan budaya bersifat reatif.
Pandangan ini juga di kembangkan oleh agama. Di kalangan umat islam Indonesia ada aliran yang menamakan dirinya dengan jaringan islam liberal (JIL).
· Teori Religius
Teori
yang di dasarkan pada pandangan teologis sebagaimana teori yang telah
di kmbangkan . dari ajaran agama tentu tidak di setujui oleh ilmuan yang
berpendapat bahwa teori ilmiah harus obyekyif, bebas dari pengaruh
nilai dan budaya. Agama islam menghendaki umatnya selalu menyembah dan
bertaqwa kepada Allah,akan tetapi kenyataanya banyak umat islam yang
munafik. Teori islam memang banyak belum di kembangkan karma perguruan
tinggi di dunia dewasa ini, termasuk di dunia islam masih di warnai oleh
pendekatan barat.
KESIMPULAN
Dari
devinisi tori dan penjelaskan agama yang di ungkap di atas terlihat
pula ada ahli antropologi yang menunjukan perhatian kepada asal usul
agama. Di samping itu ,terlihat pula adanya ahli antropologi yang mampu
melihat agama sebagai suatu system kokoh yang mampu memberikan jalan
keluar dari berbagai permasalahan. Bagi penganutnya yang di hadapi oleh
penganutnya dalam kehidupan sehari hari seperti yang di kemukakan oleh
Eliade,evan s pritchrd dang ret.
DAFTAR PUSTAKA
- Pals,Daniel L.2001.Seven theoris of religion,yogyakarta; Penerbitan qalam.
- Bustanudin,agus. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta ; PT Raja grafindo persada.
- Abdullah,M.Yatimin . 2004. Studi Islam Kontemporer. Pekn baru ; sinar grafika offset.
[1] Di kemukakan oleh Andrew Lang (1884-1912 ),seorang sastrawan inggris.
[2] Thn,1869-1949 penyiran agama nasrani dari belanda, di kalangan orang toraja, sulawesi tengah.
[3] Koentjaraningrat (1987:66-77)
[4] Studi islam kontemporer,Drs,M.yatimin Abdullah,M.A (21 Mei 2004 )hlm 228.
[5] Seven theoris of religion, Daniel L.Pals (febuari 2001),hlm 41.
Read User's Comments(0)
Pendekatan Filsafat Dalam Kajian Islam
A. Pengertian Filsafat Islam
Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a. Segi Semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab dan bahasa Yunani, Philosophia yang berarti philos = cinta, suka dan sophia = pengetahuan, hikmah. Jadi, Philosophia berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya,
setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta
kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arab failsuf.
b. Segi
Praktis: filsafat berarti alam pikiran, atau alam berpikir. Berfilsafat
artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat.
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Menurut
mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat Islam
adalah kata hikmah, sehingga kata hakim ditempatkan pada kata failasuf
atau orang hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam) sama dengan falassifatul
Islam (failasuf-failasuf Islam)
Al-Farabi
berkata: failsuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari
kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu
mema’rifati kebaikan.
Ibnu
Sina mengatakan hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan
dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik
yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.
Dengan
demikian hikmah yang diitentikkan dengan filsafat ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat sesuatu, baik yang bersifat teoritis atau yang
bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal
baik.
Sampailah
kita pada pengertian filsafat Islam yang merupakan gabungan dari
filsafat dan Islam. Menurut Mustofa Abdul Razik, filsafat Islam ialah
filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam,
tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini
diperkuat oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi
yang talah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau
terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat Islam.
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah suatu
ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala
sesuatu.
B. Obyek Filsafat Islam
Telah
disebtukan bahwa obyek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan,
tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan
manusia. Ada beberapa persoalan yang biasa dikedepankan dalam mencari
obyek filsafat meskipun akhirnya tidak akan lepas dari ketiga hal itu,
yaitu:
1. Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?
2. Aoakah jaman itu yang menjadi ukurab gerakan dan ukuran wujud semua perkara.
3. Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
4. Apa jiwa itu? Jika jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
5. Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?
Dari
sini kita bisa membuat obyek pembahasan lagi, yaitu pengetahuan atau
pengenalan itu sendiri, cara-caranya dan syarat-syarat kebenaran atau
salahnya dan dari sini maka keluarlah ilmu logika (mantiq) yang tidak
ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Kemudian kita melihat kepada
akhlak dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan
masyarakat ygn berbeda penertian tentang gejala-gejala kemasyarakatan
dan hubungannya, tanpa meneliti yang seharusnya terjadi.
Dari
uraian di atas, maka filsafat sebagai ilmu yang mengungkapkan tentang
wujud-wujud melalui sebab-sebab yang jauh, yaitu pengetahuan yang yakin
yang sampai kepada munculnya suatu sebab. Ilmu terhadap wujud-wujud itu
adalah bersifat keseluruhan, bukan terperinci, karena pengetahuan secara
terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu khusus. Oleh karena itu sifatnya
keseluruhan, maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau
pada kehidupan umumnya.
Dengan
demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni
pengeahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari
sesudahnya. Filsafat manusia berusaha untuk menafsirkan hidup itu
sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta
fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh beda dari obyek
filsafat ini hanya dalam proses pencarian itu filsafat Islam telah
diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun
dugantungkan pada nilai etis yaitu sebuah ketergantungan yang didasarkan
pada kebenaran ajaran ialah Islam.
C. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat Islam
Menurut
Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya, apabila tujuan ilmu adalah kontrol dan
tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan bentuk keindahan komunikasi
dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
Radhakrishan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan:
tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat di mas ketika
kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat ialah kreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada
jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk
menolong dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan
penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras, dan keyakinan
keagamaan mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada
artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya.
Berbeda
dengan pendapat Soemandi Soerjabrata, yaitu mempelajri filsafat adalah
untk mempertajam pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat
tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup
agar dapat manjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalam mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian).
D. Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-ilmu Islam
Keunggulan
khusus bagi filsafat Islam dalam masalah pembagian cabang-cabangnya
adalah mencakup ilmu kedokteran, biologi, kimia, musik ataupun falak
yang semuanya menjadi cabang filsafat Islam. Sehingga hal ini menjadi
nilai lebih bagi filsafat Islam. Dengan demikian filsafat Islam secara
khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang mandiri.
Pemikiran
Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan filsafat
Aristoteles, seperti halnya pemikiran Islam pada lima kalam dan tasawuf.
Demikian pula pada pokok-pokok hukum Islam (Tasyri’) dan ushul fiqih
juga terfapat beberapa uraian yang logis dan sistematis dan mengandung
segi kefilsafatan. Syekh Mustofa Abdu Raziq adalah orang yang pertama
mengusulkan ilmu fiqih menjadi bagian dari filsafat. Berikut ini ada
beberapa hubungan filsafat Islam dengan ilmutasawuf, ilmu fiqih dan ilmu
pengetahuan.
1. Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam
Problem
yang ada terhadap filsafat Islam, apakah identik dengan ilmu kalam?
Ataukah sebagai ilmu yang berdiri sendiri? Apakah ilmu kalam itu sebagai
cabang dari filsafat?
Ada beberapa pendapat para ahli yang mencoba menjawab pertanyaan di atas antara laib:
a. Prof. Fuad Al-Ahwani
Ia
mengetahui bahwa sekolah pada abad ke 6 H, filsafat telah bercampu
dengan ilmu kalam, sampai yang terakhir ini telah menelan filsafat
sedemikian rupa dan memasukkannya di dalam kitab-kitabnya. Sehingga
kitab-kitab tauhid yang membahas ilmu kalam didahului dengan pendahuluan
mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para filosuf.
b. Prof. Tara Chana
Dia
mengemukakan bahwa istilah filsafat Islam adalah untuk arti dari ilmu
kalam. Ia lebih lanjut menyatakan filsafat itu telah lahir dari
kebutuhan Islam dan perdebatan keagamaan dan pada dasarnya mementingkan
pengukuhan landasan aqidah atau mencarikan dasar filosufisnya, atau
untuk membangun pemikiran-prmikiran theologi keagamaan
2. Filsafat dan Tasawuf
Antara
filsafat dan tasawuf mempunyai perbedaan yang sangat besar, keduanya
dalam hal pembahasan, berbeda pada metode dan obyeknya. Apabila
berbicara filsafat berarti dalam memandang harus dengan akal, dan
menggunakan metode argumentasi dan logika. Akan tetapi tasawuf dengan
jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) serta musyahadah (pandangan
batin). Di samping itu tasawuf dalam berbicara memakai bahasa intuisi
dan pengalaman batin. Dan menurut Dr. Fuad Al-Ahwani, bahwa para filosuf
sebagai pemilik-pemilik argumentasi, sedangkan para sufi adalah
pemilik-pemilik intuisi dan perasaan batin.
Lebih
lanjut dapat diperjelas di sini, bahwa filsafat mempunyai obyek bahasan
tentang alam dengan segala isinya, manusia dan perilaku, sikapnya serta
mengenal eksistensi Allah SWT. Dan tasawuf sebagai obyeknya adalah
perkenalan dengan Allah SWT, lewat ibadah syariat, ilham dan intuisi.
3. Filsafat dan Fiqih
Fiqih
sebagai ilmu yang spesifik di dalam ilmu ilmu agama. Sehingga dasar
fikih adalah ajaran agama. Sehingga fikih sebagai kajian ilmu berbeda
dengan filsuf. Namun Imam Syafi’i dalam kitabnya Ar-Risalah menjelaskan
bahwa antara fiqh dan ushul fiqh adalah lain permasalahannya. Di mana
ushul fiqh adalah kitab yang ilmiah dengan pembahasan yang sistematis
susunannya dalam disiplin ilmu. Juga terlihat adanya pemikiran filosofis
dalam Islam yang dicerminkan adanya perhatian dalam mengukur suatu hal
yang mendetail dan partial menurut kaidah-kaidah umum dan dengan tidak
mengabarkan aspek fiqhnya yakni menarik hukum-hukum syariat secara
mendetail dengan alasan-alasan yang terperinci.
KESIMPULAN
Tujuan
dari filsafat dalam kajian Islam ini adalah mencari hakikat kebenaran
sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku),
maupun metafisika (hakikat keaslian).
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa A. 1997. Filsafat Islam. Bandng: CV. Pustaka Setia
Nasution Harun. 1973. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang