Minggu, 31 Maret 2013

PENAMAAN ALIRAN FILSAFAT

by mutawalli



Aliran filsafat dapat dikategorikan dan diberi nama berdasarkan bermacam-macam, sesuai kondisi dan kebutuan. Dapat diberi nama berdasarkan objek, tokoh, sifat, dan masih banyak pemberian nama aliran filsafat berdasarkan hal lainnya.
1.         Filsafat alam, adalah filsafat dimana objeknya berupa benda-benda alam.
2.         Heugelianisme, adalah Filsafat dimana tokohnya adalah Heugel. Dia mengatakan bahwa segala yang ada dan mungkin ada adalah sejarah, sehingga filsafat sejarah dapat pula disebut sebagai Heugelianisme.
3.         Parmenidesianisme, adalah Filsafat dimana tokohnya adalah Parmenides. Dia mengatakan bahwa benda dalam fikiran bersifat tetap atau ideal, sehingga filsafatnya juga diberi nama idealism. Jadi, filsafat Parmenidesianisme dapat juga disebut sebagai filsafat Idealisme. Filsafat Idealism dipelopori oleh Plato, dan pemikiran Plato sejalan dengan pemikiran Parmenides.
4.         Monoisme, adalah aliran filsafat dimana yang benar hanyalah ada satu, yaitu Tuhan. Kepercayaan bahwa hanya ada satu yang benar yaitu Tuhan, disebut juga sebagai Monotheis, sehingga filsafatnya juga dinamakan sebagai filsafat Monotheisme.
5.         Dualisme, adalah aliran filsafat dimana yang benar ada dua. Masyarakat cenderung lebih mempercayai adanya dualism, misalnya baik dan buruk, benar dan salah, siang dan malam, dan lain-lain. Orang yang tidak benar dalam menentukan benar atau salah akan mengakibatkan terjadinya kesalahan (Corrupt), dan kesalahan ini sangatlah berbahaya.
6.         Pluralism, adalah aliran filsafat dimana yang benar ada banyak sekali. Sebagai contoh suatu bilangan, misalnya 5. Jika masih dalam fikiran, bilangan 5 bersifat tungal, namun ketika sudah berada di luar fikiran, maka bilangan 5 tersebut menjadi plural. 5 dapat diartikan 5 yang besar, 5 yang kecil, 5 yang terang, dan lain-lain. Semua urusan atau persoalan yang memiliki banyak nilai kebenaran, filsafatnya diberi nama filsafat pluralism, sebagai contoh Dewa. Dewa bukan berarti Tuhan, namun Dewa tersebut lebih merepresentasikan siapapun / apapun yang tingkatnya satu tingkat lebih tinggi.
7.         Filsafat Dialektik, merupakan aliran filsafat yang timbul karena adanya aktivitas bertanya.
8.         Subjectivism, adalah aliran filsafat yang berdasarkan pada  subjek filsafatnya.
9.         Objektifisme,  adalah aliran filsafat yang berdasarkan pada  objek filsafatnya.
10.     Determinisme, adalah aliran filsafat dimana yang benar adalah yang menentukan. Dalam hal ini,  menentukan dalam arti yang seluas-luasnya dan segala-galanya. Manusia selalu memiliki kodrat untuk menentukan, misalnya menentukan busana yang akan dipakai, menentukan objek yang akan dilihat oleh mata, dan lain-lain. Jadi filsafat bagi yang suka menentukan atau mengatur diberi nama dengan filsafat Determinisme. Determinasi sangat berbahaya jika menutupi hal yang lain.
11.     Otoritarianisme, adalah aliran filsafat dimana yang benar adalah yang berkuasa. Sebagai contoh adalah kelahiran bayi dari rahim seorang Ibu. Bayi tersebut telah ditentukan lahir dari rahim ibu yang mana, dan dia tidak dapat memilih sesuai keinginannya. Terpilih sama artinya dengan Reduksi. Reduksi determinasi sangaat berbahaya dan merugikan.
12.     Transendentalisme, merupakan filsafat bagi para dewa. Dewa bersifat diluar batas. Dewa merepresentasikan setiap yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya, yakni siapapun atau apapun yang tingkatannya satu tingkat lebih tinggi, terhadap ruang dan waktu tertentu. Sebagai contoh, kita merupakan dewa bagi adik, bagi pakaian yang kita kenakan, guru bagi siswanya, dan lain-lain. Namun sifat dewa ini sangat tergantung pada ruang dan waktu, sehingga dewa bersifat relative. dalam berfilsafat, seseorang harus bisa menempatkan diri, misalnya tidak mendewakan dirinya sendiri.
Dalam mempelajari filsafat, tidak dapat diperoleh dengan cara yang instan, karena filsafat itu hidup. Filsafat harus dipelajari dengan cara yang hidup, yakni dengan cara berinteraksi, misalnya membaca. Belajar berfilsafat termasuk mempelajari hubungan para dewa yang berdimensi dua, yang perlu bersopan santun terhadap segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dalam berfilsafat, sangat mungkin benar ketika difikirkan, namun akan salah ketika telah diucapkan, misalnya 5+3=8, ini benar ketika difikirkan. Namun kenyataannya belum tentu seperti itu, karena 5 buku + 3 pensil  8 pensil dan juga 5 buku + 3 pensil 8 buku. Dalam memahami filsafat, filsafat tidak menjelaskan segala sesuatu apa adanya, namun perlu menggunakan penafsiran yang mendalam, karena filsafat merupakan kegiatan olah fikir.