by mutawalli
Aliran filsafat dapat
dikategorikan dan diberi nama berdasarkan bermacam-macam, sesuai kondisi dan
kebutuan. Dapat diberi nama berdasarkan objek, tokoh, sifat, dan masih banyak
pemberian nama aliran filsafat berdasarkan hal lainnya.
1.
Filsafat
alam,
adalah filsafat dimana objeknya berupa benda-benda alam.
2.
Heugelianisme,
adalah Filsafat dimana tokohnya adalah Heugel. Dia mengatakan bahwa segala yang
ada dan mungkin ada adalah sejarah, sehingga filsafat sejarah dapat pula
disebut sebagai Heugelianisme.
3.
Parmenidesianisme,
adalah Filsafat dimana tokohnya adalah Parmenides. Dia mengatakan bahwa benda
dalam fikiran bersifat tetap atau ideal, sehingga filsafatnya juga diberi nama idealism.
Jadi, filsafat Parmenidesianisme dapat juga disebut sebagai filsafat Idealisme. Filsafat Idealism dipelopori
oleh Plato, dan pemikiran Plato sejalan dengan pemikiran Parmenides.
4.
Monoisme,
adalah aliran filsafat dimana yang benar hanyalah ada satu, yaitu Tuhan. Kepercayaan
bahwa hanya ada satu yang benar yaitu Tuhan, disebut juga sebagai Monotheis,
sehingga filsafatnya juga dinamakan sebagai filsafat Monotheisme.
5.
Dualisme,
adalah aliran filsafat dimana yang benar ada dua. Masyarakat cenderung lebih
mempercayai adanya dualism, misalnya baik dan buruk, benar dan salah, siang dan
malam, dan lain-lain. Orang yang tidak benar dalam menentukan benar atau salah
akan mengakibatkan terjadinya kesalahan (Corrupt), dan kesalahan ini sangatlah
berbahaya.
6.
Pluralism,
adalah aliran filsafat dimana yang benar ada banyak sekali. Sebagai contoh
suatu bilangan, misalnya 5. Jika masih dalam fikiran, bilangan 5 bersifat
tungal, namun ketika sudah berada di luar fikiran, maka bilangan 5 tersebut menjadi
plural. 5 dapat diartikan 5 yang besar, 5 yang kecil, 5 yang terang, dan
lain-lain. Semua urusan atau persoalan yang memiliki banyak nilai kebenaran,
filsafatnya diberi nama filsafat pluralism, sebagai contoh Dewa. Dewa bukan
berarti Tuhan, namun Dewa tersebut lebih merepresentasikan siapapun / apapun
yang tingkatnya satu tingkat lebih tinggi.
7.
Filsafat
Dialektik, merupakan aliran filsafat yang timbul karena
adanya aktivitas bertanya.
8.
Subjectivism,
adalah aliran filsafat yang berdasarkan pada subjek filsafatnya.
9.
Objektifisme,
adalah aliran filsafat yang berdasarkan
pada objek filsafatnya.
10. Determinisme,
adalah aliran filsafat dimana yang benar adalah yang menentukan. Dalam hal
ini, menentukan dalam arti yang
seluas-luasnya dan segala-galanya. Manusia selalu memiliki kodrat untuk
menentukan, misalnya menentukan busana yang akan dipakai, menentukan objek yang
akan dilihat oleh mata, dan lain-lain. Jadi filsafat bagi yang suka menentukan
atau mengatur diberi nama dengan filsafat Determinisme. Determinasi sangat
berbahaya jika menutupi hal yang lain.
11. Otoritarianisme,
adalah aliran filsafat dimana yang benar adalah yang berkuasa. Sebagai contoh
adalah kelahiran bayi dari rahim seorang Ibu. Bayi tersebut telah ditentukan
lahir dari rahim ibu yang mana, dan dia tidak dapat memilih sesuai
keinginannya. Terpilih sama artinya dengan Reduksi. Reduksi determinasi sangaat
berbahaya dan merugikan.
12. Transendentalisme,
merupakan filsafat bagi para dewa. Dewa bersifat diluar batas. Dewa merepresentasikan
setiap yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya, yakni siapapun
atau apapun yang tingkatannya satu tingkat lebih tinggi, terhadap ruang dan
waktu tertentu. Sebagai contoh, kita merupakan dewa bagi adik, bagi pakaian
yang kita kenakan, guru bagi siswanya, dan lain-lain. Namun sifat dewa ini
sangat tergantung pada ruang dan waktu, sehingga dewa bersifat relative. dalam
berfilsafat, seseorang harus bisa menempatkan diri, misalnya tidak mendewakan
dirinya sendiri.
Dalam mempelajari
filsafat, tidak dapat diperoleh dengan cara yang instan, karena filsafat itu
hidup. Filsafat harus dipelajari dengan cara yang hidup, yakni dengan cara
berinteraksi, misalnya membaca. Belajar berfilsafat termasuk mempelajari
hubungan para dewa yang berdimensi dua, yang perlu bersopan santun terhadap
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dalam berfilsafat, sangat mungkin
benar ketika difikirkan, namun akan salah ketika telah diucapkan, misalnya
5+3=8, ini benar ketika difikirkan. Namun kenyataannya belum tentu seperti itu,
karena 5 buku + 3 pensil 8 pensil dan juga 5 buku + 3 pensil 8 buku. Dalam memahami filsafat, filsafat
tidak menjelaskan segala sesuatu apa adanya, namun perlu menggunakan penafsiran
yang mendalam, karena filsafat merupakan kegiatan olah fikir.