A.
Pengertian Psikologi
Agama
Psikologi
agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala
manusia yang normal, dewasa dan beradab. Objek psikologi adalah tingkah
laku manusia atau gejala kejiwaan.
Menurut Robert H. Thouless, Psikologi
sekarang dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan
pengalaman manusia ( 1992 : 13).
Sedangkan
pengertian Agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
manusia, dengan kekuatan ghoib yang mana harus kita akui dan patuhi, atau
pengakuan terhadap ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui
seorang rosul. ( Harun Nasution : 10).
ü Menurut
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama yaitu ilmu yang meneliti kehidupan
beragama pada seseorang untuk mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama
itu dalam sikap tingkah laku kehidupan pada umumnya.
ü Menurut
robert thouless, psikologi agama yaitu ilmu yang bertujuan mengembangkan
pemahaman terhadap perilaku keagamaan
dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian
terhadap perilaku bukan keagamaan saja.[1]
Dengan
penjelasan ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa psikologi agama yaitu ilmu
yang mempelajari gejala manusia yang normal, dewasa yang berhubungan dengan
pengakuan hubungan batin dan kejiwaan terhadap ajaran-ajaran yang dibawa oleh
rosul sehingga menjadikan orang tersebut beradab.
B.
Cabang
Psikologi Agama
Beberapa cabang psikologi agama meliputi:
a)
Cabang psikologi agama pada tingkat
usia tertentu, yaitu psikologi anak, psikologi remaja dan psikologi orang tua,
yang mana cabang psikologi ini mempelajari perkembangan kejiwaan pada manusia
dari usia dini sampai usia tua akan tetapi cabang psikologi ini bersifat linier
atau perkembangan kejiwaan yang selalu berubah menurut keadaan dan usia
seseorang.
b)
Cabang psikologi pada perbedaan
antara manusia yang sudah berbudaya, yaitu cabang psikologi yang kaitannya
dengan kondisi mental (keyakinan agama dan budaya) manusia yang berbeda–beda,
sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan psikologi agama yang khusus. Maka
munculah psikologi abnormal dari para psikolog, yaitu orang yang memiliki kemampuan
inderawi yang istimewa. Seperti psikolog abnormal William James yang mana
beliau menyimpulkan bahwa adanya cabang psikologi agama ini bisa menjadikan
agama sebagai jalan menuju keunggulan manusia. Sebab agama mempunyai peranan sentral
dalam menentukan perilaku manusia ( James, 1958: 59).
C.
Ruang Lingkup
dan Kegunaannya
Sebagai
disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama ini memiliki ruang lingkup
pembahasan yang tersendiri dan berbeda. Pernyataan Robert H. Thouless memusatkan
kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu
sendiri. Kajian berpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan tersebut
dengan dengan menggunakan pendekatan psikologi. ( Robert H. Thouless ).
Lebih lanjut,
Prof. Dr. Hj. Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi
agama mencangkup proses beragama dengan pengaruh akibat-akibat yang dirasakan
sebagai hasil dari keyakinan ( terhadap sesama manusia).
Seperti juga ruang lingkup psikologi agama menurut Zakiah Daradjat,
itu mempunyai ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama, meliputi kajian mengenai :
1.
Mengenai macam-macam emosi yang
menjalar diluar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa
atau umum.seperti perasaan lega dan tentram sehabis sembahyang , dan perasaan
ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci.
2.
Bagaimana perasaan dan pengalaman
seseorang menjadi individual terhadap tuhannya, misalkan rasa tenteram dan
kelegaan batin.
3.
Mempelajari, meneliti dan
menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati( akhirat )
pada tiap-tiap orang.
4.
Meneliti dan mempelajari kesadaran
dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan
neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan
tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.
Meneliti dan mempelajari bagaimana
pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.[2]
D.
Metode
Penelitian Psikologi Agama
Psikologi agama
memiliki metode penelitian ilmiah, kajian yang dilakukan dengan mempelajari
fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif.
Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang
sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas
dai pengaruh-pengaruh sujektifitas. Namun demikian agar penelitian mengenai
agama dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu
keyakinan atau menentangnya. Maka diperlukannya adanya sikap objektif.
Dalam
penelitian psikologi agama perlu diperhatikan antara lain:
1.
Memiliki kemampuan dalam meneliti
kehidupan dan kesadaran batin manusia.
2.
Memiliki keyakinan bahwa segala
bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris.
3.
Dalam meneliti harus bersifat
filosofis spiritual
4.
Tidak mencampuradukkan antara fakta
dengan angan-angan atau perkiraan khayali
5.
Mengenal baik masalah-masalah
psikologi dan metodenya
6.
Memiliki konsep mengenai agama serta
mengetahui metodeloginya
7.
Menyadari tentang adanya perbedaan
antar ilmu dengan agama
8.
Mampu menggunakan alat-alat
penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah.
Dalam
meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode menurut jalaluddin, yaitu:
1.
Dokumen pribadi ( personal document)
Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaiman pengalaman
dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannnya dengan agama.
2.
Kuisoner dan wawancara
Digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung
kepada responden.
Tujuan metode
kuisoner dan wawancara yaitu:
a.
Untuk mengetahui latae belakang
keyakinan agama
b.
Untuk mengetahui bentuk hubungan
manusia dengan tuhannya
c.
Serta untuk mengetahui dampak dari
perubahan-peruban yang terjadi.[3]
BAB III
KESIMPULAN
Dari paparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa:
psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari gejala manusia yang normal, dewasa yang
berhubungan dengan pengakuan hubungan batin dan kejiwaan terhadap ajaran-ajaran
yang dibawa oleh rosul sehingga menjadikan orang tersebut beradab.
Psikologi agama memiliki beberapa cabang, dan beberapa ruang
lingkupnya serta beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengakaji dan
mempelajari psikologi agama.
[1]Prof.Dr.H.
Jalaluddin, psikologi agama, ( jakarta, PT Raja Grafindo Persada ,
2001), hal 11-14
[3] Makalah.
Psikologi agama kelas PBA A smestr 03 thun 2010
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2001. Psikologi
Agama. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu
Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.