oleh Drs. H. Mutawalli, M.Pd.I
1. Pengertian Akhlak Tasawuf
Pengertian
Akhlak Secara Etimologi. Menurut pendekatan etimologi, perkataan
"akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun"
yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan istilah "tasawuf", yang telah sangat populer
digunakan selama berabad-abad, dan sering dengan bermacam-macam arti,
berasal dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa. Banyak pendapat tentang alasan atas asalnya dari sha wa fa. Ada yang berpendapat, kata itu berasal dari shafa yang berarti kesucian. Menurut pendapat lain kata itu berasal dari kata kerja bahasa Arab safwe
yang berarti orang-orang yang terpilih. Makna ini sering dikutip dalam
literatur sufi. Sebagian berpendapat bahwa kata itu berasal dari kata
shafwe yang berarti baris atau deret, yang menunjukkan kaum Muslim awal
yang berdiri di baris pertama dalam salat atau dalam perang suci.
Apa pun asalnya, istilah tasawuf berarti orang-orang
yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk
menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan
batin. Bisa dikatakan Taswuf ialah mendekatkan diri kepada
Allah sedekat mungkin melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak
ibadah. Orang yang menempuh jalan tasawuf itu ingin “mendapatkan
penghayatan pengetahuan atau ma’rifat pada zat Allah” dalam kejiwaannya.
Usaha mendekatkan diri biasanya dilakukan di bawah bimbingan seorang
Guru / Syaikh.
Dalam
konteks Islam tradisional tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi (
adab) yang akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran
universal. Kebaikan dimulai dari adab lahiriah, serta tetap berada dalam
batas-batas yang diizinkan Allah, la mulai dengan mengikuti syariat
Islam yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah. Jadi, tasawuf
dimulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk
membangun, mengembangkan dan menghidupkan keadaan batin yang sudah
sadar.
2. Pengertian Tentang Ilmu Jiwa Agama (Transpersonal Psikologi)
Dengan
melihat pengertian psikologi dan agama serta objek yang dikaji,
dapatlah diambil pengertian bahwa psikologi agama adalah cabang dari
psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang
dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap
dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan ungkapan lain,
psikologi agama adalah ilmu jiwa agama yakni ilmu yang meneliti
pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme
yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir,
bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari
keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.
Yang
menjadi objek dan lapangan psikologi agama adalah menyangkut gejala-
gejala kejiwaan dalam kaitannya dengan realisasi keagamaan (amaliah) dan
mekanisme antara keduannya. Dengan kata lain, psikologia agama membahas
tentang kesadaran agama (religious counciousness) dan pengalaman agama
(religious experience). Dengan demikian, yang menjadi lapangan kajian
psikologi agama adalah proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama
dengan pengaruh dan akibat- akibat yang dirasakan sebagai hasil dari
keyakinan. Sedangkan objek pembahasan psikologi agama adalah gejala-
gejala psikis manusia yang berkaitan dengan tingkah laku keagamaan,
kemudian mekanisme antara psikis manusia dengan tingkah laku
keagamaannya secara timbal balik dan hubungan pengaruh antara satu
dengan lainnya.
Untuk
mengetahui secara pasti kapan agama diteliti secara psikologi memang
agak sulit, sebab dalam agama itu sendiri telah terkandung didalamnya
pengaruh agama terhadap jiwa. Sebagai salah satu cabang ilmu yang masih
muda, ilmu Jiwa Agama sampai sekarang masih belum mendapat tempat yang
wajar. Masih banyak ahli-ahli jiwa yang tidak mengakui adanya satu
cabang Ilmu jiwa, yang berdiri sendiri, yang tidak yang khusus meneliti
dan menyoroti masalah agama. Bahkan ada diantara orang-orang yang
fanatik beragama, merasa takut akan berkurangnya penghargaan terhadap
agama, apabila agama diteliti secara Ilmiah. Bahkan ada pula diantara
ahli-ahli jiwa, yang merasa tidak perlu agama diteliti dan dipelajari
dari segi psikologis, karena menurut anggapan mereka, metode-metode
ilmiah-empiris tidak dapat digunakan terhadap agama.
Namun
demikian, cabang Ilmu Jiwa yang masih muda itu tetap hidup dan
berkembang untuk meneliti dan menjawab berbagai macam persoalan, yang
ada sangkut pautnya dengan kenyakinan beragama. Berapa banyaknya
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang sukar untuk dimengerti
tanpa menghubungkanya dengan agama.
Sebagai
Contoh, mari kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya
sehari-hari. Ada orang yang tampaknya tenang, bahagia dan suka menolong
orang, padahal hidupnya sangat sederhana. Tengah malam ia bangun untuk
mengabdi kepada tuhan. Sebaliknya ada orang yang tampaknya serba cukup,
harta banyak, pangkat tinggi kekuasaan besar dan pengetahuab pun cukup,
namun dalam hatinya penuh kegoncangan, jauh dari kepuasan, dirumah
tangga selalu cekcok dan kehidupannya merupakan rangkaian dari
kegoncangan dan ketidakpuasan.
Berapa
banyak orang yang berubah jalan hidup dan kenyakinannya dalam waktu
yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar, tiba-tiba menjadi
seorang yang baik, rajin dan tekun beribadah, seolah-olah ia dalam waktu
yang singkatdapat berubah menjadi orang lain sama sekali. Dan
sebaliknya juga ada terjadi, orang yang berubah dari patuh dan tunduk
kepada agama, menjadi orang yang lalai atau suka menentang agama.
3. Hubungan Tasawuf dan Ilmu Jiwa Agama
Dalam
setiap akhlak dibutuhkan suatu penghayatan apakah akhlak itu baik atau
buruk melalui kejiwaan kita sendiri dimana kita akan menilai seberapa
kita mampu menjalankan segala sesuatu yang telah menjadi hak dan
kewajiban kita sebagai muslim. Mengingat adanya hubungan dan relevansi
yang sangat erat antara spiritualitas (tasawuf) dan ilmu jiwa, terutama
ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak dapat terlepas dari kajian
tentang kejiwaan manusia itu sendiri.
Seperti yang dikatan sebelumnya bahwa akhlak tasawuf ialah suatu mendekatkan
diri kepada Allah SWT sedekat mungkin melalui penyesuaian rohani dan
memperbanyak ibadah. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akhlak dalam
segi agama akhlak tasawuf lebih mendalam lagi, karenanya dibutuhkan
keyakinan dalam kejiwaan seseorang, dalam hal ini ialah ilmu jiwa agama
yang meneliti dan menelaah kehidupan
beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh
keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup
pada umumnya.
Dalam
pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan.
Tujuan yang dikendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan
dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antar keduanya. Pembahasan
tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi untuk melihat sejauh
mana hubungan prilaku yang diperaktekan manusia dengan dorongan yang
dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi, dari sini
terlihatlah perbuatan itu berakhlak baik atau sebaliknya.
Ditekankanya
unsur jiwa dalam konsepsi tasawuf tidak berarti mengabaikan unsur
jasmani manusia. Unsur ini juga penting karena rohani sangat memerlukan
jasmani dalam melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah.
Seorang tidak mungkin sampai kepada Allah dan beramal dengan baik dan
sempurna selama jasmaninya tidak sehat. Kehidupan jasmani yang sehat
merupakan jalan kepada kehidupan rohani yang baik. Pandangan mengenai
jiwa berhubungan erat dengan ilmu kesehatan mental yang merupakan bagian
dari ilmu jiwa (psikologi).
Orang
yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu merasakan kebahagiaan
dalam hidup, dan pada mereka akan timbul perasaan tenang hatinya. Namun,
bagi orang yang kurang sehat mentalnya hatinya tidak tenang sehingga
menjauh dari Tuhannya. Ketidaktenangan itu menjelma menjadi prilaku yang
tidak baik dan menyeleweng dari norma-norma yang ada.
Harus
diakui, jiwa manusia seringkali sakit, ia tidak akan sehat sempurna
tanpa melakukan perjalanan menuju Allah. Bagi orang yang dekat dengan
Tuhannya, kepribadiannya tampak tenang dan prilakunya pun terpuji. Pola
kedekatan manusia dengan Tuhannya inilah yang menjadi garapan dalam
tasawuf, dari sinilah tampak keterkaitan erat antara ilmu tasawuf dan
ilmu jiwa.