Posted by Drs.H.Mutawalli, M.Pd.I on November 29, 2007
Masuknya Islam di Indonesia, Pada
awal abad VII M, Allah telah mengutus nabi Muhammad SAW untuk
menyampaikan ajaran Islam. Karena petunjuk Allah lewat kelembutan nabi
dalam penyampaian wahyu, maka Islam segera dapat tersebar dan diterima
oleh sebagian penduduk dunia. Pemeluk agama Islam pertama adalah bangsa
Arab, karena Islam diturunkan ditengah-tengah mereka. Kemudian didorong
oleh panggilan suci maka sebagian penduduk Arab berusaha menyebarkan
Islam ke seluruh penjuru dunia.
Mereka membawa Islam ke Indonesia dengan jalan damai dan
berangsur-angsur, bukan melalui jalan paksaan atau peperangan maupun
kekerasan. Sebagian ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa Islam baru
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Islam di
Aceh. Tetapi pendapat ini rasanya agak terlambat karena di Leran, Jawa
Timur ada kuburan dengan batu nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun
dari abad ke 12 M.
Menurut
sebagian ahli sejarah, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 atau ke 8
Masehi atau abad pertama atau kedua hijriyah melalui dua jalur, yakni :
Jalur utara dengan rute : Arab (Mekkah dan Madinah) – Damaskus – Baghdad – Gujarat (pantai barat India) – Srilanka – Indonesia
Jalur selatan dengan rute : Arab (Mekkah dan Madinah) – Yaman – Gujarat (pantai barat India) – Srilanka – Indonesia
Sebelum Islam masuk di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha . Kerajaan Hindu yang ada ( abad ke 7-12 M) sebagai berikut :
1. Kutai di Kalimantan
2. Taruma Negara di Jawa Barat
3. Mataram Hindu atau yang disebut dengan kerajaan Sanjaya di Jawa Tengah
4. Isana di Jawa Timur
5. Kediri di Jawa Timur
6. Galuh di daerah Galuh, Ciamis Jawa Barat
7. Pajajaran berpusat di Pakuan Pajajaran, sebelah barat sungai Citarum Jawa Barat
8. Warmadewa atau Udayana di Bali
Kerajaan Budha yang ada adalah :
1. Kalingga di Jawa Tengah
2. Syailendra di Jawa Timur
B. Penyebaran Islam di Indonesia
Secara garis besar penyebaran Islam terjadi melalui tiga cara :
1. Perdagangan
Pedagang
muslim Arab selain berdagang mereka juga bertindak sebagai muballigh.
Merka datang ke Indonesia lewat Gujarat dan Srilanka sehingga ada
pengertian bahwa masuknya agama Islam dibawa oleh pedagang Gujarat yang
sudah tidak asli lagi. Sesungguhnya yang terjadi adalah para pedagang
Arab itu singgah di Gujarat dan menyampaikan ajaran Islam kemudian
bersama-sama dengan penduduk Gujarat menuju ke Indonesia. Maka agama
Islam yang berkembang di Indonesia masih asli dan menarik minat
penduduk, mereka mengadakan penyesuaian dengan kebudayaan daerah.
2. Pernikahan
Para
pedagang muslim itu ada yang menetap di Indonesia dan menikah dengan
penduduk setempat. Sudah barang tentu mereka menjadi keluarga muslim dan
penyebar agama Islam yang gigih.
C. Pembebasan Budak
Pada
masa msuknya Islam di Indonesia, perbudakan masih berlaku. Banyak budak
saudagar Hindu dan Budha yang dibeli oleh saudagar muslim kemudian
dimerdekakan. Mereka masuk dalam keluarga muslim karena keadilan, maka
tak segan mereka akhirnya menganut agama Islam.
Jelaslah
Islam masuk ke Indonesia tanpa paksaan, bahkan dilandasi oelh cinta
kasih dan damai. Agama Islam dapat diterima oleh sebagian penduduk
Indonesia yang haus akan keadilan. Melalui ajaran tentang cinta kasih,
perdamaian, persamaan tanpa membedakan kasta dan keadilan Islam dapat
terus berkibar di Indonesia hingga kini.
Masuknya
agam Islam ke Indonesia bukan hanya di satu lokasi dan dalam tempo yang
sama, tapi tersebar di seluruh pelosok tanah air dan dalam kurun waktu
yang berbeda-beda. Misalnya :
- Kota-kota pelabuhan di selat Malaka, diantaranya pantai Aceh bagian utara yang bernama Pasai. Pada abad VII Pasai merupakan kota pelabuhan internasional. Disinilah para pedagang (Arab, Gujarat, Tiongkok, dll) singgah, sehingga penyebaran Islam terjadi di Pasai
- Pantai barat pulau Sumatra. Buktinya ialah dapat ditemukan perkampungan yang diduduki orang muslim pada abad ke VII. Juga di Barus (Tapanuli) ditemukkan makan Syeikh Mukaidin yang menurut catatan wafat pada tahun 670 M.
- Jawa Timur. Di Leran ditemukan makam seorang muslimah bernama Fathimah binti Maimun yang wafat tahun 1101 M
- Jawa Barat. Diketahui bahwa raja Pajajaran yang bernama Prabu Purwa menyerahkan tahta kepada adiknya yang bernama Prabu Munding Sari. Prabu Purwa mengembara ke India dan bertemu dengan pedagang muslim dari Arab. Beliau tertarik agama Islam dan pada tahun 1195 pergi haji dan terkenal dengan Haji Purwa. Kemudian beliau kembali ke Indonesia dan menyebarkan agama Islam di daerahnya.
D. Perkembangan Islam di Indonesia
1. Perkembangan Islam di Sumatra
Di
Sumatra semasa abad XIII-XV M. Telah berdiri kerajaan Samudra Pasai dan
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai
terletak di kampung Samudra di tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun
1261 M. Raja-raja yang memerintah Samudra Pasai berturut-turut sebagai
berikut :
- Sultan Al Malikus Shaleh
- Sultan Al Malikuz Zahir I
- Sultan Al Malikuz Zahir II
- Sultan Zainal Abidin
- Sultan Iskandar
Adanya
jalur perhubungan dengan Gujarat menyebabkan perdagangan Samudra Pasai
mengalami perkembangan. Samudra Pasai telah mengadakan hubungan dengan
Sultan Delhi di India. Tatkala Ibnu Bathutah diutus sultan Delhi ke
China, ia singgah di Samudra Pasai terlebih dahulu dan sekembalinya dari
China pulang ke Delhi juga singgah lagi di Samudra Pasai dan bertemu
dengan sultan Malikuz Zahir sebagaimana diceritakan dalam bukunya Rihlah
Ibnu Bathutah (perjalanan Ibnu Bathutah).
Di
luar Samudra Pasai tepatnya di Jawa Timur telah berdiri suatu negara
maritim yang besar ialah Majapahit. Majapahit tidak membiarkan tumbuhnya
kekuatan di sekitar selat Malaka. Karena itu sekitar tahun 1350 M
Samudra Pasai dibinasakan oleh armada Majapahit.
Hampir
bersamaan dengan jatuhnya Malaka karena diduduki oleh Portugis,
muncullah kerajaan baru di Sumatra yaitu Kerajaan Aceh pada abad XVI M
Kerajaan
Aceh mencapai kejayaannya dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda Mahkota
Alam yang memerintah tahun 1607-1636 M. Raja-raja yang memerintah Aceh
semasa empat abad antar lain sebagai berikut :
a. Sultan Ali Al Mughayat Syah atau dikenal juga dengan Sultan Ibrahim
b. Sultah Salahuddin
c. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah
d. Sultan Husin
e. Sultan Zainil Abidin
f. Sultan Alauddin Mansyur Syah
g. Sultan Ali Ri’ayat Syah I
h. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah II
i. Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam
Usaha
pertama yang dilakukan oleh Sultan Ibrahim adalah memperkuat kedudukan
kerajaan dan meyusun angkatan perang yang tangguh, bahkan mempunyai
prajurit-prajurit yang berasal dari Turki, Arab, dan Abesinia.
Sepeninggal
Sultan Ibrahim Aceh mengalami pasang surut. Pada zaman Sultan Iskandar
Muda Aceh mengalami puncak kebesaran, meluas meliputi Deli, Johor,
Bintan, Pahang, Kedah, Perak dan Nias. Sultan Iskandar Muda berhasil
meletakkan dasar-dasar penyelenggaran pemerintahan yang dipergunakan
oleh sultan-sultan berikutnya.
Kerajaan
Aceh Pidie berdir sejak tahun 1507 M sebagai kerajaan Islam kedua
setelah samudra Pasai. Dan Aceh baru dapat ditundukkan Belanda pada abad
XIX M.Pada abad XII-XVII M Islam berangsur-angsur berkembang di
Sumatra.
2. Perkembangan Islam di Jawa
Jalur
perhubungan antara Pasai dan Malaka di satu pihak dan dengan Jawa di
pihak lain sangat lancar. Banyak pedagang dari Jawa berdagang ke Pasai
dan Malaka sambil berdakwah menyebarkan agama Islam. Bahkan banyak pula
ulama datang ke Jawa untuk menyebarkan Islam di kota-kota yang masih
dikuasai oleh kerajaan Hindu.
Gerakan
penyiaran agama Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dari jasa dan
peranan para wali. Jumlah wali meskipun sebenarnya banyak tetapi yang
diakui sampai sekarang adalah sembilan, dan dikenal dengan sebutan Wali
Songo. Diantara wali sembilan ada yang hanya berdakwah sebagai penyiar
agama, tetapi ada juga yang memegang peranan penting dalam bidang
politik pemerintahan. Meraka hidup antara abad XIV-XVI M. Wali Songo
tersebut adalah :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
b. Sunan Ampel
c. Sunan Bonang
d. Sunan Giri
e. Sunan Drajat
f. Sunan Kalijaga
g. Sunan Kudus
h. Sunan Muria
i. Sunan Gunung Jati
Dalam
penyebaran agama Islam para wali mendirikan perguruan-perguruan untuk
mengembleng santri-santri untuk menjadi manusia yang militan dan luas
pengetahuan. Tetapi para wali itu dalam penyiaran agama Islam tidak
kaku, melainkan bertindak sangat bijaksana. Bahkan mereka banyak
menyesuaikan ajaran dengan tradisi dan kepercayaan rakyat yang
dipimpinnya khusunya mengenai kesaktian-kesaktian.
Sekelumit tentang Wali Songo sebagai berikut :
- Maulana Malik Ibrahim
Beliau
dikenal dengan sebutan Maulana Maghribi, yang berasal dari Persia.
Karena pusat kegiatannya di Gresik Surabaya maka terkenal dengan nama
Sunan Gresik. Disinilah beliau memberi wejangan/pelajaran kepada para
santri sebagai calon muballigh
- Sunan Ampel
Nama
kecilnya Raden Rahmat berayahkan orang Arab dan beribukan orang Campa,
dilahirkan di Aceh tahun 1401 M dan wafat 1481 M, serta dimakamkan di
desa Ampel. Karena itu terkenal sebagai Sunan Ampel
- Sunan Bonang
Nama
kecil Sunan Bonang adalah Makdum Ibrahim putera Sunan Ampel, lahir
tahun 1465 M. Beliau mula-mula berguru kepada ayahnya sendiri. Kemudian
merantau ke Pasai bersama Raden Paku untuk memperdalam ilmu agama Islam.
Jasa beliau sangat besar dalam penyiaran agama Islam. Beliau pulalah
yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
- Sunan Giri
Nama
kecilnya adalah Raden Paku putera Maulana Ishak, yang menyebarkan agama
Islam di Blambangan Jawa Timur. Beliaulah pelopor pemerintahan Giri.
- Sunan Drajat
Nama
kecil beliau adalah Syarifudin, putera Sunan Ampel juga adik Sunan
Bonang. Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Santri-santrinya
berasal dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari Ternate dan Hitu
Ambon.
Empat wali lainnya akan dibicarakan pada pembahasan tentang Kerajaan demak, karena mereka mempunyai hubungan dengan Demak.
3. Perkembangan Islam di Sulawesi.
Pelabuhan
Jaratan dan Gresik pada abad XVI mempunyai arti penting dalam
perdagangan dan penyebaran agama Islam. Tidak jauh dari situ berdiamlah
Sunan Giri, salah seorang wali songo yang cukup banyak jasanya dalam
pemerintahan giri dan penyebaran agama Islam.
Sunan
Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi santri dari luar
jawa seperti Ternate, Hitu dan lain-lain. Beliau mengirimkan
murid-muridnya ke pulau Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggar. Para pedagang dan nelayan yang telah mendapatkan ajaran Islam, termasuk para pedagang dari Makasar dan Bugis.
Di
Sulawesi pada abad XVI telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo,
yang penduduknya tidak sedikit yang telah memeluk agama Islam karena
hubungannya dengan kesultanan Ternate dalam rangka menghadapi Portugis.
Pada permulaan abad XVII raja-raja Gowa dan Tallo telah masuk Islam,
seperti raja Gowa Daeng Manrabia bergelar Sultan Alauddin dan raja Tallo
bergelar Sultan Abdullah.
Sumbaopu
merupakan pelabuhan yang terbesar di belahan timur di Sulawesi Selatan.
Masyarakat Sulawesi telah banyak yang menganut agama Islam dan bersikap
rukun terhadap penganut agama lain. Orang-orang Portugis yang menganut
agama Khatolik diberi kebebasan menjalankan agamanya.
4. Perkembangan Islam di Kalimantan
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah
ada kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan
Hindu yang lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan
Banjar di Kalimantan Selatan.
Pada
abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun
1590 kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan
pertamanya adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh
putranya Sultan Muhammad Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam
pengembangan agama Islam karena bantuan seorang muballigh bernama Syekh
Syamsudin.
Di
kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu
antara lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan
Kerajaan Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika
Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera mnyebarkan
agama Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam
dan ganti nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan
Demak dapat mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam
semakin berkembang di Kalimantan.
Diatas
telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan
sebagai kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa,
Tallo dan terutama Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai.
Mengingat Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang
lalu lalang lewat selat Makasar juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh
mereka tidak menyianyiakan waktu untuk berdakwah. Islam akhirnya dapat
memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur mulai abad XVI.
5. Perkembangan Islam di Maluku dan pulau Sekitarnya.
Di
Maluku Utara terdapat empat Kerajaan, yaitu : Ternate, Tidore, Bacan
dan Jailolo yang saling berselisih dan bersaing. Terakhir Ternatelah
yang memegang peranan penting dan menjadi bandar pusat perdagangan
rempah-rempah.
Di
muka telah disinggung, bahwa sebagian santri Sunan Drajat ada yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Karenanya Islam telah dikenal rakyat
Ternate sejak abad XV M.
Hubungan
dagang dengan Indonesia bagian barat khusunya dengan jawa berjalan
lancar. Para pedagang selain berdagang juga berdakwah. Mereka yang sudah
menerima Islam kemudian banyak dikirim ke Jawa Timur untuk memperdalam
ilmu agama Islam.
Raja
Ternate yang pertama-tama memeluk Islam adalah Sultan Mahrum (1465-1468
M). Penggantinya adalah Sultan Zainal Abidin yang sangat besar jasanya
dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Maluku dan Irian, bahkan
samapi ke Philipina. Raja Tidore kemudian masuk Islam dan mengganti nama
menjadi Sultan Jamaludin. Demikian juga raja Jailolo masuk Islam dan
selanjutnya mengganti nama menjadi Sultan Hasanudin. Selanjutnya raja
Bacan pada tahun 1520 masuk Islam bernamakan Sultan Zainal Abidin.
Penyiaran
Islam di Maluku, Sulawesi dan Jawa mengiktui alur perdagangan. Bahkan
Sultan Giri berhasil mengikat perjanjian dengan raja di teluk Lombok,
Sumbawa dan Bima untuk mengakui kekuasaan kerajaan Islam Giri.
Pada
abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi
tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol
pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan
abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang
bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore
selalu bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu
membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah
Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur
Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669
dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang
mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam
rangka mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam, maka
kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan
perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan
pahlawan-pahlawan muslim, antara lain :
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Sultan Agung dari Mataram
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Sultan Hasanudin dari Makasar
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Sultan Babullah dari Ternate
<!–[if !supportLists]–>f. <!–[endif]–>Imam Bonjol dari Sumatra Barat
<!–[if !supportLists]–>g. <!–[endif]–>Teuku Umar dari Aceh
<!–[if !supportLists]–>h. <!–[endif]–>Pangeran Diponegoro
Perkembangan
Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja, tetapi perang para
muballigh juga menetukan. Pada abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti
Hamzah Fansuri, Abdul Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang
ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada
abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan
membawa agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
6. Kerajaan-Kerajaan Islam sebagai Pusat Penyiaran Islam
Pada abad XVI di Jawa berdiri beberapa kerajaan Islam yang terkenal antara lain :
a. Kerajaan Demak
Dengan
meninggalnya raja Hayam Wuruk, maka kerajaan Majapahit semakin merosot.
Satu demi satu daerah kekuasaannya melepaskan diri dari Kerajaan
Majapahit, termasuk Kerajaan Demak.
Menjelang
berakhirnya abad XV Raden Patah, santri setia Sunan Bonang mengumumkan
berdirinya Kerajaan Islam Demak, lepas dari ikatan kekuasaan Majapahit.
Demak semula kerajaan agraris berpenghasilan utama beras, kemudian
menjadi negara maritim. Demak menjadi bandar perdagangan rempah-rempah
dari Maluku dan Makasar yang akan dikirim ke Malaka. Demak menjadi lebih
besar dan lebih penting diantara bandar-bandar pantai utara Jawa. Demak
dengan mudah dapat mempersatukan kota-kota pesisir seperti Lasem,
Tuban, Gresik dan Sedayu. Kemudian Raden Patah diakui sebagai pimpinan
dengan gelar Sultan. Kedudukan demak semakin penting setelah Malaka
(tahun 1511) dikuasai oleh Portugis. Banyak pedagang-pedagang muslim
memindahkan kegiatannya ke Demak. Sultan Demak diakui sebagai pimpinan
umat Islam dalam menghadapi ancaman Portugis.
Sebagai
negara Islam dan negara maritim. Demak siap bersaing dengan Portugis
yang nyata-nyata membahayakan umat Islam. Demak menyusun angkatan laut
yang tangguh dan berhasrat menghancurkan Portugis di kandangnya sendiri.
Pada tahun 1512 armada Demak dibawah pimpinan Pati Unus bersama-sama
dengan Aceh menyerang Malaka. Tetapi gagal karena dipukul mundur oleh
Portugis.
Peninggalan sejarah yang masih tegak sampai sekarang adalah Masjid Agung Demak yang dibuatnya bersama para wali.
Raden
Patah meninggal tahun 1518 dan digantikan kedudukannya oleh putranya
yang bernama Muhammad Yunus yang terkenal dengan nama Pati Unus atau
Pangeran Sebrang Lor dengan gelar Sultan Demak II. Beliau memerintah
1518-1521.
Sepeninggal
Pati Unus kerajaan Demak dipegang oleh Pangeran Trenggono. Pada masa
inilah Syekh Nurullah tiba di Demak dari Pasai. Kemudian dikawinkan
dengan adik perempuan Sultan Trenggono dan diangkat menjadi panglima
perang sehingga kedudukan Demak makin kokoh.
Pada
masa Sultan Trenggono, Demak giat melakukan ekspansi ke timur dan
barat. Hal ini dilakukan karena ancaman Portugis yang bersifat ekonomi
dan agama. Dalam pengerahan aramadanya ke barat Fatahillah berhasil pula
menduduki Banten dan menguasai Cirebon.
Pada
masa kejayaan Demak Portugis dapat menduduki Sunda Kelapa atas ijin
raja Pajajaran yang masih beragama Hindu. Oleh sultan Trenggono
pendudukan Portugis dianggap sebagai ancaman terhadap
Demak. Sebelum Portugis membuat benteng, armada Demak dibawah pimpinan
Fatahilah dapat menghancurkan armada Portugis. Kemudian pada tanggal 22
Juni 1527 Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Pada
waktu Fatahillah melancarkan serangan ke Barat, Sultan Trenggono
memimpin pasukan ke timur (Pasuruan), tetapi gagal bahkan Sultan
Trenggono gugur di medan perang.
Sultan
Trenggono sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam karena empat wali
dari sembilan wali Sanga memilki hubungan Demak, mereka adalah :
1)
Sunan Gunung Jati dikenal sebagai Sayrif Hidayatullah atau Syekh
Nurullah. Menjelang akhir hayatnya beliau mengundurkna diri dari
percaturan politik dan lebih banyak mencurahkan perhatiannya dalam
kegiatan keagamaan, berdakwah dan mengajarkan Islam. Beliau wafat tahun
1570 dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Sunan
Kudus. Nama aslinya Ja’far Shadiq putra penghulu Demak. Beliau pernah
menjabat panglimam Angkatan Perang Demak, kemudian diangkat menjadi
penghulu kerajaan Demak. Pada tahun 1543 pindah ke Kudus selanjutnya
mendirikan masjid, yang terkenal dengan Masjid Menara Kudus dan
menyebarkan Islam sampai akhir hayatnya, wafat tahun 1550.
<!–[if !supportLists]–>3) <!–[endif]–>Sunan
Kalijaga. Nama kecilnya Raden Mas Syahid yang dibesarkan di Cirebon
bersama Fatahillah. Pada tahun 1543 beliau datang ke Demak untuk
menyebarkan Islam. Dalam dakwahnya beliau menggunakan kesenian rakyat.
<!–[if !supportLists]–>4) <!–[endif]–>Sunan
Muria. Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said. Belaiu adalah
putra Sunan Kalijaga dan juga adik ipar Sunan Kudus. Dalam dakwahnya
beliau menekankan ajaran Tasawuf. Makam beliau di Gunung Muria.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Kerajaan Cirebon
Fatahillah
yang juga dikenal dengan nama Falatehan, berhasil merebut bandar
Cirebon dari kekuasaan Hindu Pajajaran. Karena jasanya dan kedudukannya
sebagai keluarga dekat Sultan Trenggono, maka Cirebon diserahkan
kepadanya yang kemudian diserahkan kepada putranya yang bernama Pangeran
Pasarean di bawah naungan Demak.
Pada
tahun 1522 Pangeran Pasarean wafat. Fatahillah memutuskan menetap di
Cirebon guna mngendalikan pemerintahan Cirebon sambil menekuni dan
menyebarkan Islam. Pada tahun 1570, beliau wafat dan dimakamkan di bukit
hutan jati.
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Kerajaan Banten
Fatahillah
disamping berhasil merebut Cirebon juga berhasil menduduki Banten dari
kekuasaan Hindu Pajajaran. Oleh Sultan Trenggono, Banten dan Cirebon
diserahkan kepadanya.
Dalam
waktu singkat rakyat Banten masuk Islam. Fatahillah menjadikan Banten
sebagai bandar utama di Selat Sunda. Pedagang-pedagang muslim lebih
senang berniaga di Banten dari pada di bandar yang lain. Banten sama
halnya Cirebon masih di bawah kekuasaan Demak.
Karena
putranya yang diserahi memerintah Cirebon, yaitu Pangeran Pasarean
meninggal pada tahun 1522, maka beliau meninggalkan Banten dan pindah ke
Cirebonguna memerintah Cirebon. Sedangkan Banten diserahkan kepada
putranya Hasanudin.
Suasana
Kerajaan demak mengalami perang saudara, Hasanudin mengambil kesempatan
melepaskan diri dari ikatan Demak. Dengan demikian berdirilah kerajaan
Islam Banten dan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
Kerajaan Banten meluas sampai Lampung. Sultan Hasanudin wafat tahun 1570 dan digantikan oleh putranya Pangeran Yusuf.
Pada
zaman Pangeran Yusuf, kerajaan Pajajaran dapat ditakulukkan. Kekuasaan
Hindu di Jawa Barat hancur. Penyebaran agama Islam meluas sampai ke
daerah pedalaman. Sisa-sisa orang Pajajaran yang tidak masuk Islam
menyingkir ke Banten Selatan, yang kini dikenal sebagai orang Badui.
Pada
tahun 1580 Pangeran Yusuf yang juga dikenal sebagai Maulana Yusuf wafat
dan digantikan putra mahkota Maulan Muhammad yang masih sangat muda
belia.
7. Peranan Umat Islam di Indonesia.
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Masa penjajahan
Sesungguhnya
Allah SWT menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan menjadikannya
bersuku-suk dan berbangsa-bangsa agar mereka saling satu sama lain
saling mengenal. Agama Islam sangat menekankan hubungan yang baik,
harmonis saling menghormati antara seorang dengan orang lain, antara
suku dengan suku yang lain, dan antara bangsa dan bangsa yang lain.
Islam tidak membenarkan adanya perlakuan sewenang-wenang dan penindasan
yang dilakukan oleh manusia terhdapa manusia lainnya, golongan kepada
golongan lainnya, suku kepada suku lainnya, bangsa terhadap bangsa
lainnya. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia disisi Allah sama tidak
ada perbedaan ras, suku dan bangsa dan yang paling mulia adalah yang
paling taqwa kepadaNya.
Keyakinan
dan semangat yang dilandasi yang dilandasi ajaran agama ini melahirkan
sikap antipati kaum muslimin Indonesia terhadap perilaku dan tindakan
kaum penjajah Belanda yang sangat sewenag-wenang, menindas, membelenggu
dan menjajah. Semangat ajaran agama itulah yang membangkitkan semangat
jihad berjuang di jalan Allah SWT, demi mewujudkan kebenaran, keadilan
dan membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penindasan,
keseweang-wenangan dan penjajahan.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Peranan Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum
bangsa Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia
telah memeluk agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh
sebagian besar kaum muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT
adalah sama, tidak ada perbedaan drajat kecuali dalam hal iman dan
taqwanya kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian
dan kebebasan untuk menentukan arah dan tujuan kehidupannya, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.
Bangsa
Belanda datang ke Indonesia pada mulanya berniat hendak berniaga,
berdagang. Namun dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi
keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni, dibaah kekuasaan
dan jajahannya. Belanda dalam berdagang mula-mula bebas, yakni orang
indoneisa bebas menjual barang dagangannya kepada siapa saja yang
membeli dengan harga yang layak tetapi kemudian perdagangan itu menjadi
monopoli orang-orang Belanda. Orang Indonesia harus menjual barang
dagangannya keopada orang-orang Belanda dengan harag yang ditentukan
oleh mereka, yaitu orang-orang Belanda. Kemudian daerah pusat
perdagangan pun dikuasainya, dan kehidupan kemasyarakatan dikuasainyadan
akhirnya bangsa Indonesia dijajahnya.
Melihat
perilaku bangsa Belanda yang melakukan penekanan, penindasan dan
ketidak adilan itu, akum musliminsangat merasakannya, dan berusaha untuk
melepaskan diri dari perlakuan dan tindakan bangsa Belanda yang diluar
batas perikemanusian.
Dilandasi
semangat tauhid dan keyakinan ajaran agama, kaum muslimin bangkit secar
pribadi dan kelompok menentang perilaku ketidak adilan dan penjajahan
Belanda tersebut. Melihat kenyataan ini Belanda menghadapinya dengan
kekerasan senjata. Perlawanan bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali
kemerdekaannya terus menerus diperjuangkan. Diseluruh pelosok tanah air
bangsa Indoensia yang sebagian besar kaum muslimin berjuang untuk
membebaskan diri dari belenggu penjajahan itu. Perlawanan perjuangan dan
peperangan terus berkecamuk tidak ada habis-habisnya, samapi proklamasi
kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Peranan Kerajaan Islam dalam menentang penjajahan.
Belanda
telah melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia
yang semakin lama semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara.
Perbuatan Belanda yang demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai
agama Islam yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia, dan
nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat
keadaan seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan Islam
pada waktu itu di seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara
terpisah, masing-masing menentang penjajahan Belanda.
Kesultanan Banten di pulau Jawa yang berulang kali mengadakan perlawanan
terhadap penjajah Belanda. Terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M, sangat anti terhadap
penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu terus menerus
dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau di Kesultanan Banten.
Pada
tahun 1522 Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di
wilayah Sunda Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga
membawa ajaran agama Khatolik.
Melihat
keadaan seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada
tahun 1526 tentara Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju
Sunda Kelapa melalui jalan laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil
berusaha mengusir tentara Portugis dalam peperangan yang sengit terjadi
dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat direbut Fatahillah pada
22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta,
kemudian sekarang menjadi Jakarta (Ibukota Negara)
Pada
masa Sultan Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah
Belanda sudah menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung
berusaha mengusir penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya
tidak berhasil. Dan pada tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke
Batavia dengan kekuatan yang lebih besar. Namun karena persenjataan
Belanda lebih modern, akhirnya perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian
pula Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan
Hasanuddin di Sulawei Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran
Diponegoro di Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya mereka dengan
dukungan masyarakatnya berjuang dan berperang mengusir penjajah Belanda.
d. Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku
kaum penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia.
Penindasan, kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela.
Bangsa Indonesia tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum
muslimin yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat
merasakan perilaku kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin
bangkit, berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu.
Di seluuh pelosok Nusantara kaum muslimin bangkit untuk merebut kembali
kemerdekaannya yang telah dirampas oleh penjajah.
Pahlawan-pahlawan
pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya dengan segala
pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa. Pejuang muslim dan pahlawan
kemerdekaan itu antara lain K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari, HOS
Cokroaminoto di Pulau Jawa, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien,
Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh), Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud
Badruddin (Palembang), Raden Intan (Lampung) di Sumatra. Pangeran
Antasari di Kalimantan, Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan lain-lain yang
tersebar diseluruh Nusantara.
Para
pejuang muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang di jalan
Allah SWT menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun Jepang dengan
pengorbanan harta benda, jiwa dan raganya
e. Peranan Organisasi Islam dan Pondok Pesantren
pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak
awal Islam masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan selanjutnya,
ulama Islam menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud kongkrit
pendidikan adalah pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat
pendidikannya ada yang menyatu dengan masjid dan ada juga yang secara
khusus dibangun biasanya dekat masjid.
Melalui
pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan
terutama mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan, ibadah,
Al Qur’an, akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan
pengertian hak dan kewajiban kaum muslimin sebagai makhluk individu dan
sebagai makhluk sosial serta perjuangan untuk memperoleh hak kemerdekaan
yang telah dirampas oleh kaum penjajah.
Santri
yang belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah
mereka selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya
kemudian mereka mendirikan lagi pesantren dan mengajarkan agama di
daerahnya masing-masing, sehingga tersebarlah pesantren dan pendidikan
agama ke seluruh pelosok tanah air. Pesantren sebagai tempat mendidik
generasi muda muslim, para santri dididik dan dipersiapkan untuk menjadi
kader umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda
mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian mengawasi
kegiatan pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat
pembinaan kader umat yang akan menentang kekuasaannya.
Hubungan
dan jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum muslimin sangat
kuat, mereka bersama-sama menghadapi penjajah, namun usaha itu banyak
mengalami kegagalan karena belum tertibnya organisasi dan masih lemahnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Kaum
muslimin menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu
organisasi yang baik akan mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah
ptra-putri kaum muslimin banyak memperoleh pendidikan di luar negri, di
Eropa dan Timur Tengah serta meningkatkan peranan pendidikan di pondok
pesantren, timbullah kesadaran mereka untuk membuat perkumpulan
organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan.
Organisasi
tersebut misalnya Serikat Dagang Islam didirikan 1905, Serikat Islam
tahun 1911, Muhammadiyah tahun 1512, Persatuan Islam tahun 1526,
Pergerakan Tarbiyah Islamiyah tahun 1928, Jam’iyatul Washliyah tahun
1930, dan lain-lain. Para Kyai dan santri juga mendirikan organisasi
bersenjata untuk melawan penjajahan Belanda yaitu Hizbullah dan
gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi
tersebut mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal
berbagai pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang
penjajahan. Hasil tempaan dan pendidikan disini menumbuhkan semangat
juang sehingga lahirlah tokoh-tokh perjuangan kemerdekaan seperti HOS
Cokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan, K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.
<!–[if !supportLists]–>f. <!–[endif]–>Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Berkat
rahmat Allah SWT, usaha perjuangan kaum muslimin dan seluruh lapisan
masyarakat berhasil dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. proses
perjuangan yang panjang dalam merebut kembali kemerdekaan yang telah dirampas oleh penjajah, telah banyak mengobarkan berupa harta benda, jiwa dan raga kaum muslimin.
Setelah
merdeka, bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara
bertahap mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang,
pembangunan fisik material berupa perbaikan sarana transportasi,
pertanian, perumahan dan perekonomian, sehingga pembangunan fisik
material secara bertahap makin lama makin meningkat. Pembangunan bidang
mental seperti meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan kehidupan dan sosial
kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga dilaksanakan.
Kaum
muslimin selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan
menselaraskan pembangunan materiil dan spirituil dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur. Kaum muslimin
bersama segenap anggota bangsa Indonesia lainnya kini mengatur dan
memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan dilaksanakan dengan cara yang
demokratis. Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial terus
diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan kesatuan bangsa,
sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan penuh
limpahan rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan
yang dituangkan dalam UUD 1945.
<!–[if !supportLists]–>g.<!–[endif]–> Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi
Islam yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan
menentang penjajah, maka setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap
terus dikembangkan dan ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang
penjajahan dialihkan dan diganti dengan sikap giat, semangat dan etos
kerja untuk mencapai ketinggian ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi pembangunan bangsa.
Dalam rangka ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan
kualitas masyarakat telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur
sekolah. Didirikanlah oleh organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga
pendidikan dari jenjang pendidikan dasar seperti SD, SMP, pendidikan
menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi seperti Universitas dan
Institut yang tersebar diseluruh daerah. Diantara oragnisasi Islam yang
giat dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah Majelis Ulama
Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad,
Djamiat Khair, GUPPI, PUI, Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
h.Peranan Para Individu Muslim dalam Pembangunan
Organisasi
Islam yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang
tergabung dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik
sebagai dokter, dosen, pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha,
Cendikiawan, petani, guru, pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya
melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesi dan
keahliannya masing-masing. Tanpa terikat dengan organisasi keagamaan,
mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa dan bangsa. Memang
menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi atau partai
Islam. Menurut Al Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling
bertakwa, yang beriman kepada Allah dan beramal shaleh, dimanapun mereka
berada.
<!–[if !supportLists]–>i. <!–[endif]–>Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa Pembanguna
Lembaga
pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan,
peningkatan ilmu pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui
pendidikan pada jalur sekolah dan luar sekolah.
Peningkatan
ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur pendidikan
sekolah biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti
IAIN
Melalui
pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan
Sumber Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas
masyarakat maka hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan
demikian meningkatnya hasil umat melalui jalur luar sekolah, antara lain
dilaksanakan melalui pengajian, Taman Bacaan Al Qur’an, kursus-kursus
ilmu keagamaan dan pembinaan di Masjid-Masjid.
Demikanlah
betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan
pembangunan bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai
pelaksana pembangunan itu sendiri.
Pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
LATIHAN
<!–[if !supportLists]–>A. <!–[endif]–>Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu huruf a,b,c,d atau e didepan jawaban yang paling tepat!
- Pada abad ke 7-12 telah berdiri kerajaan-kejaan Hindu dan Budha di Indonesis, dibawah ini nama kerajaan Hindu , kecuali….
- Kutai di Kalimantan Tumur
- Tarumanegara di Jawa Barat
- Isana di Jawa Timur
- Galuh ciamis Jawa Barat
- Kediri di Jawa Tengah
- Sedangkan kerajaan Budha adalah…..
- Taruma negara
- Isana
- Galuh
- Kalingga
- Kediri
- Kerajaan Syailendra adalah kerajaan Budha di ……….
- Jawa Timur
- Jawa Tengah
- Jawa Barat
- Kalimantan Timur
- Kalimantan Barat
- Menurut sebagian Ahli sejarah Islam datang lebih awal yaitu abad……
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>ketujuh dan kedelapan
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>kesembilan dan sepuluh
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>sebelas dan dua belas
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>tiga belas dan empat belas
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>lima belas dan enam belas
- Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Di bawah ini raja-raja yang memerintah di Kerajaan ini, kecuali……
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Sultan Al Malikus Saleh
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Sultan Al Malikuz Zahir I
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Sultan Al Malikuz Zahi II.
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Sultan Zainal Abidin
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Sultan Iskandar Zulkarnaen
- Dibawah ini nama para wali songo atau wali sembilan kecuali….
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Maulana Malik Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Raden Rahmat
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Makdum Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Maulanan Ishak
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Maulana Ismail
- Dalam melawan penjajahan belanda banyak bergguguran pahlawan-pahlawan muslim kecuali……
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Sultan Iskandar Mahkota Alam
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Sultan Agung
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Sultan Agung Tirtayasa
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Sultan Hasnudin
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Sultan Aminudin
- Salah satu dari wali songo wafat pada tahun 1570 yaitu….
- Sunan Gresik
- Sunan Ampel
- Sunan Kali Jaga
- Sunan Giri
- Sunan Gunung Jati
- Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia ada Pulau Sumatera yaitu…..
- Kerajaan Demak
- Kerajaan Mataram
- Kerajaan Pagaruyung
- Kerajaan Samudra Pasai
- Melayu
- Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa adalah….
- Kerajaan Demak
- Kerajaan Mataram
- Kerajaan Pagaruyung
- Kerajaan Samudra Pasai
- Melayu
- Setelah mendapat kemenangan dari Portugis ……. mengganti nama Sunda Kelapa Menjadi Jayakarta.
- Sultan Hasanudin
- Sultan Demak
- Sultan Iskandar
- Fatahillah
- Syarif Hidayatullah
- Setelah bangsa Belanda mulai ingin menjajah
Indonesia maka bangkitlah pejuang dan pahlawan bangsa untuk mengusirnya.
Yang tertera dibawah ini adalah pahlawan-pahlawan muslim, kecuali ……
- Teuku Umar
- Imam Bonjol
- Sultan Hasanudin
- Pangeran Antasari
- Pangeran Tirtayasa
- Setelah perlawahan bersipat kadaerahan gagal
maka para cendekiawan saat itu merubah bentuk perlawanan dengan
berorganisasi, yang dipelori oleh …..
- Nahdhatul Ulama
- Muhammadiyah
- Al Wasliyah
- Tarbiyah Islamiyah
- Budhi Utomo
- Setelah Budhi Utomo lahir maka berdirilah Nahdatul Ulama yang didirikan oleh……
- KH Wahid Hasyim
- KH Wahid Wahab
- KH Hasyim Asy’ari
- KH Ahmad Dahlan
- KH Malik Al-Qodri
- Para Ulama mendirikan organisasi untuk dapat berjuang lebih terorganisir Nadhatul Ulama. Pada …
- Tahun 1920
- Tahun 1922
- Tahun 1924
- Tahun 1926
- Tahun 1928
- Sedangkan Muhammadiyah didirikan oleh…..
- KH Wahid Hasyim
- KH Wahid Wahab
- KH Hasyim Asy’ari
- KH Ahmad Dahlan
- KH Malik Al-Qodri
- Sedangkan Muhammadiyah didirikan pada…..
- 1910
- 1912
- 1914
- 1916
- 1918
- Salah satu pendiri Sarikat Islam ialah……
- Setia Budhi
- HOS Cokro Aminoto
- Bung Hatta
- Sukarno
- Mr Moh Yamin
- Yang disebut sunan Ampel ialah…
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–> Maulana Malik Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Raden Rahmat
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Makdum Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Maulanan Ishak
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Maulana Ismail
- sedangkan yang disebut sunan giri ialah…
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Maulana Malik Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Raden Rahmat
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Makdum Ibrahim
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Maulanan Ishak
<!–[if !supportLists]–>e. <!–[endif]–>Maulana Ismail
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Sebutkanlah jalur masuknya Islam ke Indonesia!
<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Siapa sajakah yang membawa Islam ke Indonesia?
<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Siapa sajakah yang mendirikan kerajaan Islam Samudra Pasai?
<!–[if !supportLists]–>4. <!–[endif]–>Bagaimanakah usaha Maulana Malik Ibrahim dalam da’wah Islamiyahnya?
<!–[if !supportLists]–>5. <!–[endif]–>Jelaskan perkembangan Islam di Indonesia secara singkat!
<!–[if !supportLists]–>6. <!–[endif]–>Kerajaan Islam apakah yang pertama dijawa?
<!–[if !supportLists]–>7. <!–[endif]–>Siapakah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh?
<!–[if !supportLists]–>8. <!–[endif]–>Apakah nama kerajaan Islam pertamam di Indonesia?
<!–[if !supportLists]–>9. <!–[endif]–>Sipakah pendiri kerajaan Demak?
<!–[if !supportLists]–>10. <!–[endif]–>Siapakah yang menyebarkan agama Islam di Kalimantan dan Sulawesi?